150 1
Level kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral tergantung pada keunikan daerah site specific.
2 Model yang dikembangkan dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan
pertambangan mineral tetapi diperlukan penyesuaian terhadap skala usaha perusahaan pertambangan dan jenis komoditasnya.
3 Kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan mineral
terutama mencegah terjadinya pencemaran yang disebabkan adanya air asam batuan. Oleh karena itu penerapan teknologi yang tepat diperlukan
pada skala tertentu. 4
Timbulnya pertambangan informal disebabkan adanya persaingan kelompok dan kesenjangan masyarakat. Kelompok pendatang dengan
keahlian yang terbatas tidak terakomodasi dalam kebijakan perusahaan mengenai tingkat keahlian seluruh karyawannya. Kebijakan perusahaan
lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat setempat dengan melibatkannya dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Secara keseluruhan model pengendalian endapan pasir sisa tambang pada aliran sungai PETAS sebagai upaya pengelolaan lingkungan fisik dapat
merepresentasikan sistem pengelolaan pasir sisa tambang di wilayah pengendapan Mod-ADA. Demikian juga dengan Model rehabilitasi lahan wilayah
Mod-ADA RELAWI yang diarahkan untuk pengelolaan lingkungan biologik melalui kegiatan reklamasi selama operasional pertambangan sampai dengan
pasca pertambangan. Selain itu, dukungan dan keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan dapat diupayakan melalui
program pemberdayaan. Model tersebut diharapkan menjadi acuan dalam rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan RKL-
RPL
6.5. Prioritas Tindakan Solusi Dampak Lingkungan
Dalam menghadapi persoalan lingkungan pertambangan mineral yang kompleks transparansi informasi diperlukan sebagai masukkan, namun
penyediaan informasi sangat sulit karena tingginya kompleksitas faktor yang berinteraksi satu sama lainnya. Oleh karena itu, pengambil keputusan
membutuhkan mekanisme yang praktis untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, berdayaguna serta mampu berperan dalam formulasi strategi maupun
pengambilan keputusan yang cepat.
151 Menurut Salya 2006 diperoleh kesepakatan dalam penentuan matrik
perihal solusi sebagai berikut:
1 Dampak lajur mendatar, yaitu strata penilaian solusi terhadap
dampak diukur berdasarkan atas dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan kepada masyarakat. Semakin tinggi klasifikasi yang
diberikan maka makin tinggi resiko dampak yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian, orientasi penilaian dampak ini
adalah upaya meminimumkan how to minimize dampak sosial dan ekonomi suatu solusi kebijakan terhadap masyarakat.
2 Kepentingan kolom menurun, yaitu strata penilaian terhadap
kepentingan yang diukur berdasarkan atas manfaat yang dapat diterima masyarakat akibat dari suatu kebijakan. Semakin mendesak
tingkat kepentingan perihal yang diidentifikasi, semakin besar manfaat yang diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, orientasi penilaian
kepentingan adalah upaya memaksimalkan how to maximize manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kebijakan yang diambil
pemerintah. Berkembangannya isu pencemaran yang disebabkan oleh pengaliran
limbah pasir sisa tambang melalui aliran sungai dan pengendapan dengan jumlah yang sangat besar, serta adanya anggapan bahwa pasir sisa tambang
beracun dan tidak dapat dimanfaatkan. Isu lain yang berkembang sampai saat ini adalah pelaksanaan CSR oleh perusahaan yang belum optimal dan tidak
diarahkan pada upaya-upaya pengelolaan lingkungan. Berdasarkan FGD terhadap isu-isu yang berkembang tersebut diperoleh
10 sepuluh perihal. Perihal yang terkait dengan isu lingkungan, yaitu: 1 reklamasi lahan pengendapan pasir sisa tambang, 2 pengendalian pasir sisa
tambang pada aliran sungai dengan river training, 3 penyesuaian Perda dengan manajemen Lingkungan Mod-ADA. Sementara itu, perihal isu ekonomi yang
merupakan bagian dari upaya solusi terhadap dampak pengelolaan lingkungan pertambangan mineral, yaitu: 1 pembangunan pabrik pengolahan limbah pasir
sisa tambang untuk meningkatkan nilai tambah seperti semen, 2 pengembangan Usaha Mikro Lingkungan UML, 3 penataan Pertambangan
Informal PI, dan 4 penguatan program kredit mikro untuk UMK lokal. Sedangkan perihal isu sosial kemasyarakatan yang terkait dengan solusi dampak
152 lingkungan, yaitu: 1 optimalisasi program CSR, 2 pembentukan Lembaga
Masyarakat Lokal LML untuk pengelolaan lingkungan, 3 penguatan kegiatan peningkatan kesadaran dan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan.
Tabel 34. Matrik perihal solusi untuk dampak lingkungan
Dampak Kepentingan
Manfaat Rendah
Cukup Tinggi
Rendah -
- -
Ada
- 1. Pengendalian pasir sisa
tambang pada aliran sungai dengan river
training 2. Pengembangan Usaha
Mikro Lingkungan UML 3. Penguatan kredit mikro
untuk UMK lokal 4. Pembentukan Lembaga
Masyarakat Lokal LML untuk pengelolaan
lingkungan 5. Penguatan kegiatan
peningkatan kesadaran dan partisipasi terhadap
lingkungan 1. Reklamasi lahan
pengendapan pasir sisa tambang
2. Penyesuaian Perda dengan manajemen
lingkungan Mod-ADA
Mendesak -
1. Penataan Pertambangan Informal
2. Optimalisasi program CSR
Pembangunan industri pengolahan pasir sisa
tambang untuk meningkatkan nilai
tambah seperti semen
Masing-masing dampak dan manfaat dari ketiga kelompok perihal tersebut dibagi dalam 3 tingkat penilaian. Penilaian dampak yang ditimbulkan dengan
tingkat nilai, yaitu: rendah, sedang dan tinggi. Penilaian tingkat kepentingan atau manfaat kebijakan pada masyarakat dengan tingkat penilaiannya, yaitu: rendah,
ada dan mendesak. Berdasarkan indepth interview dengan pakar dan perdebatan perihal untuk mendapatkan solusi dampak lingkungan dengan
tindakan yang logis Lampiran 22. Melalui perbandingan dengan kotak tindakan Tabel 34 maka penyelesaian untuk dampak lingkungan dapat disampaikan
bahwa tindakan segera adalah pembangunan industri pengolahan pasir sisa tambang seperti industri semen.
Dalam proses akuisis pengetahuan, pola pikir dan pendapat para pakar dalam mengisi setiap solusi permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut:
153 1
Reklamasi lahan pengendapan pasir sisa tambang dan penyesuaian Perda dengan manajemen lingkungan Mod-ADA.
Solusi ini ditujukan untuk memulihkan ekologi lingkungan pertambangan mineral melalui suksesi alami yang didukung dengan revegetasi. Dalam
pelaksanaan reklamasi tersebut dilakukan konsensus Perda dan kebijakan perusahaan dalam manajemen lingkungan Mod-ADA.
2 Pengendalian pasir sisa tambang pada aliran sungai dengan river training,
pengembangan usaha mikro lingkungan UML, penguatan kredit mikro untuk UMK lokal, pembentukan lembaga masyarakat lokal LML untuk
pengelolaan lingkungan dan penguatan kegiatan peningkatan kesadaran dan partisipasi terhadap lingkungan.
Solusi ini ditujukan untuk mencegah kerusakan lahan di wilayah pengendapan dan meningkatkan proses sedimentasi pasir sisa tambang di
wilayah peruntukannya. Kegiatan pengendalian pasir sisa tambang dapat menumbuhkan usaha produktif sehingga mengurangi ketergantungan
masyarakat terhadap
perusahaan pertambangan.
Pembentukan kelembagaan masyarakat yang bergerak dalam bidang lingkungan
berfungsi untuk sosialisasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat serta mediasi peran serta masyarakat dalam kegiatan lingkungan.
3 Penataan pertambangan informal serta optimalisasi program CSR.
Solusi tersebut ditujukan untuk mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan adanya aktivitas pertambangan informal, karena penggunaan
teknologi sederhana
yang tidak
ramah lingkungan.
Penataan pertambangan juga digunaka untuk mengalihkan menjadi usaha produktif
lainnya yang dapat menjalin kemitraan dengan perusahaan pertambangan. Penataan dimaksudkan secara substansial menunjang pembangunan
ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah-wilayah tersebut. Karena kebanyakan operasi penambangan menimbulkan kerusakan lingkungan
atau tata ruang penggunaan lahan serta mengabaikan perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Solusi optimalisasi program CSR ditujukan untuk mengarahkan alokasi dana CSR dalam kegiatan pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat. Hal ini untuk mengurangi keresahan, kesenjangan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat.
154 4
Pembangunan pabrik pengolahan pasir sisa tambang untuk meningkatkan nilai tambah.
Solusi ini ditujukan untuk mengurangi keresahan masyarakat terhadap anggapan pasir sisa tambang Lampiran 34 yang mengandung racun dan
berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut LAPI ITB 2006 menyatakan bahwa limbah pasir sisa tambang memiliki prospek sebagai
bahan dasar pembuatan material seperti mortar struktur beton cetak setempat dan pracetak, semen portland bahan pengikat, kaca, polymer
modified tailing-asbuton sheet bahan pembuat jalan, dan material lainnya.
Keunggulan beton pasir sisa tambang adalah: 1 hemat waktu pelaksanaan, 2 dimensi lebih ekonomis, 3 tanpa perawatan rutin, 4 tidak
memerlukan penulangan susut, 5 modulus elastisitas lebih rendah sehingga tahan retak, 6 dapat dibuat tanpa agregat kasar sehingga dapat
digunakan di seluruh wilayah termasuk yang sulit dijumpai batu, 7 dapat diaplikasikan sebagai material gedung, jalan, dermaga, pelabuhan udara
dan pengairan, serta 8 lebih murah daripada beton biasa. Keunggulan teknik beton pasir sisa tambang memiliki kekuatan tekan yang lebih tinggi
dibandingkan beton konvensional Gambar 60. Berdasarkan sertifikasi pengujian Departemen PU tahun 2004 terhadap
pasir sisa tambang sebagai bahan campuran beton di Kabupaten Mimika dinyatakan bahwa bahan pasir sisa tambang dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton dengan menggunakan bahan tambahan yang berupa polimer JDB-CTPMC 30. Komposisi beton pasir sisa tambang
dalam meter kubik yang disarankan adalah: semen maksimal 450 kg, polimer 10 liter, WCF 0,58 dan sisanya bahan pasir sisa tambang. Beton
pasir sisa tambang dengan komposisi tersebut dinyatakan layak digunakan sebagai beton struktur LAPI ITB 2006.
Berdasarkan kajian LAPI ITB 2006 perbandingan biaya pembuatan beton untuk aplikasi jalan di Timika menunjukkan bahwa beton biasa dengan
komposisi semen 30 persen, pasir 30 persen dan kerikil 40 persen diperlukan biaya sebesar Rp 1,5 jutam
3
, sedangkan beton pasir sisa tambang mortar struktur dengan komposisi semen 29,4 persen, polimer
0,6 persen dan pasir sisa tambang 70 persen kebutuhan biayanya sebesar Rp 0,8 jutam
3
.
155
y = 5.194Lnx + 11.894 R
2
= 0.9803 y = 12.146Lnx + 12.11
R
2
= 0.994
10 20
30 40
50 60
5 10
15 20
25 30
umur hari K
e k
u a
ta n
t e
k a
n M
p a
Beton Sirsat Beton Biasa
Gambar 60. Perbandingan Kekuatan tekan beton Pendapat pakar terhadap perihal pembangunan industri pengolahan pasir
sisa tambang seperti semen tersebut, dinyatakan bahwa 67 persen berpendapat upaya tersebut dapat meningkatkan nilai tambah limbah pertambangan mineral.
Oleh karena itu, upaya tersebut mengurangi dampak negatif terhadap degradasi kualitas lingkungan pengendapan pasir sisa tambang. Dilihat dari tingkat
kepentinganya, 60 persen pakar dalam FGD menyatakan bahwa perihal tersebut mendesak untuk dilakukan sebagai solusi untuk dampak lingkungan.
Solusi dampak lingkungan dengan pembangunan industri pengolahan pasir sisa tambang sebagai bahan baku semen perlu memperhatikan
kemungkinan dampak lingkungan. Selain nilai ekonomisnya, rencana pengembangan industri semen perlu memperhatikan kebijakan yang ada.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 mengenai jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Berdasarkan ketentuan tersebut, industri semen merupakan proses
produksi klinker dengan kegiatan yang bersatu dengan kegiatan pertambangan, dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku raw
mill process , penggilingan batubara coal mill serta proses pembakaran dan
pendinginan klinker rotary kiln dan clinker cooler. Dengan demikian, pada umumnya dampak lingkungan yang terjadi disebabkan oleh: 1 debu yang keluar
dari cerobong, 2 penggunaan lahan yang luas, 3 kebutuhan air yang sangat
156 besar 3,5 ton semen membutuhkan 1 ton air, 4 kebutuhan energi cukup besar,
baik energi listirik 110-140 kWhton dan tenaga panas 800-900 Kcalton, 5 kebutuhan tenaga kerja yang banyak 1-2 tenaga kerja per 3000 ton produk
serta 6 potensi terjadinya limbah, seperti: tailing limbah padat, debu CaO, SiO
2
, Al
2
O
3
, FeO
2
dengan radius 2-3 km, limbah cair sisa cooling yang mengandung minyak pelumas, limbah gas CO
2
, So
x
, NO
x
dari pembakaran batubara, minyak dan gas.
Oleh karena itu, pembangunan industri semen harus dibuat dengan prinsip produksi bersih dengan audit lingkungan serta AMDAL yang terintegrasi yang
sejalan dengan clean development mechanism CDM principles.
6.6. Implikasi Kebijakan