74
IV. ANALISIS SITUASIONAL 4.1. Kegiatan Pertambangan Mineral
Proses pengolahan bijih mineral dilakukan dengan penghancuran batuan crushing, penggilingan grinding dan pengapungan flotation. Menurut Husaini
2007 pengolahan mineral didahului dengan proses pengecilan ukuran untuk mendapatkan derajat liberasi yang tinggi agar pemisahan komponen pengotor
dan mineral berharganya berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, crushing dan grinding dilakukan untuk mengurangi ukuran butiran bijih menjadi butiran
halus agar partikel mineral dapat dipisahkan dari mineral lainnya secara efisien. Pengapungan merupakan
proses fisiko-kimia yang
digunakan untuk
memproduksi konsentrat mineral seperti tembaga, perak dan emas. Butiran halus bijih dicampur dengan air sebanyak kurang lebih 30-40 persen padatan serta
ditambahkan sedikit reagen frother dan collector.
10 20
30 40
50 60
70
2007 2006
2005
Tahun J
u m
la h
g ra
m t
o n
Primary collector gramton Secondary collector gramton
Frother gramton
Gambar 14. Penggunaan reagen dalam pengolahan bijih Reagen collector
bereaksi dengan partikel mineral logam sulfida yang menjadikan permukaannya bersifat tidak suka dengan air, sedangkan reagen
frother membentuk gelembung-gelembung udara yang stabil dipompakan di
dasar sel agar mampu mengangkat partikel mineral ke permukaan sel flotasi. Penggunaan reagen dalam pemisahan logam berharga dari pengotornya secara
fisiko-kimia bervariasi menurut jenistipe bijih yang diolah dan mengacu pada anggaran konsumsi rata-rata per satuan ton bijih seperti ditunjukkan pada
75 Gambar 14. Berdasarkan RKL-RPL PTFI tahun 2007, untuk pengolahan bijih
sebanyak 77.592.743 ton bijih kering digunakan rata-rata collector primer 36,81 gramton, collector sekunder 13,98 gramton dan frother 21,46 gramton.
Penggunaan reagen pada tahun sebelumnya cenderung lebih besar, pada tahun 2006 untuk menghasilkan konsentrat 229.360 ton bijih kering digunakan rata-rata
collector primer 45,44 gramton, collector sekunder 11,64 gramton dan frother
19,16 gramton. Produksi rata-rata pengolahan bijih pada tahun 2007 mencapai 212.583
ton bijih kering per hari dengan perolehan mineral berharga yang berupa tembaga sebesar 90,46 persen, emas sebesar 86,24 persen dan 59,78 persen
untuk perak. Berdasarkan proses pengolahan bijih dengan teknik crushing, grinding
dan flotation konsentrat tembaga yang diproduksi mencapai 2.025.388 ton berat kering dengan kandungan rata-rata tembaga sebesar 28,5 persen,
emas 40,82 gramton dan perak sebesar 80,82 gramton konsentrat PTFI 2007. Pengolahan bijih mineral menggunakan proses pengapungan tersebut di
PTFI menghasilkan konsentrat dengan tailing pasir sisa tambang sebagai limbah produk. Hasil akhir proses pengapungan tersebut menghasilkan
konsentrat logam berharga tembaga, emas dan perak sebesar 3-4 persen, sedangkan sisanya sebesar 96-97 persen berupa pasir sisa tambang. Perkiraan
pasir sisa tambang yang dihasilkan dari proses tersebut pada tahun 1970 sebelum kontrak karya kedua disepakati sebesar 9.000 ton per hari, setelah
kontrak karya kedua mengalami peningkatan yang sangat besar hingga pada tahun 2006 mencapai 230.000 ton per hari Gambar 15.
- 50,000
100,000 150,000
200,000 250,000
300,000
1970 1980
1990 1997
2000 2006
Tahun P
ro d
u k
s i
p a
s ir
s is
a t
a m
b a
n g
to n
Pasir sisa tambang ton Kecenderungan Produksi pasir sisa tambang
Gambar 15. Perkiraan produksi pasir sisa tambang LAPI-ITB 2006
76
4.2. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Mod-ADA