METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

54

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

Adanya limbah pertambangan mineral yang berupa pasir sisa tambang sangat mempengaruhi penurunan daya dukung lingkungan wilayah pengendapan dan aliran sungai. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan daerah pengendapan dan sekitarnya. Dalam limbah pasir sisa tambang masih mengadung tembaga sekitar 0,2 serta berbagai logam lainnya termasuk emas. Adanya kandungan logam di dalam pasir sisa tambang ini menimbulkan kegiatan pertambangan tanpa ijin, karena penambang memasuki wilayah yang tertutup untuk proses produksi lainnya. Namun demikian, usaha pertambangan tersebut termasuk usaha mikro pertambangan informal, artinya terdapat sekelompok orang yang berusaha dengan skala dan modal tertentu. Aktivitas pertambangan informal yang tidak terkendali dapat mengganggu proses suksesi lahan dan stabilitas wilayah pengendapan sehingga berbahaya bagi aktivitas pertambangan informal. Selain itu, akibat aktivitas pertambangan oleh perusahaan maupun masyarakat dapat menyebabkan kesenjangan kesejahteraan dan perubahan perilaku masyarakat. Dalam upaya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan diperlukan konsensus pembangunan berkelanjutan antar stakeholders, yaitu masyarakat, pemerintah serta perusahaan pertambangan Gambar 8. Keterkaitan aspek sosial dan ekonomi berupa tanggung jawab sosial perusahaan untuk mewujudkan keadilan sosial agar tidak terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat lokal. Dalam kaitan peningkatan kualitas lingkungan dan kemakmuran ekonomi, maka diperlukan pengelolaan eko-sistem dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan bio-fisik melalui kegiatan rehabilitasi lahan dan revegetasi. Peningkatan kualitas lingkungan juga dilakukan melalui sinergi pengurangan dampak limbah. Tujuan pembangunan berkelanjutan pengelolaan lingkungan untuk mencapai sasaran sosial dan kualitas lingkungan dengan kualitas air dan total kualias hidup masyarakat MacNaughton 2004. Oleh karena itu diperlukan dukungan dana lingkungan dari perusahaan pertambangan maupun pemerintah melalui pola dana berbantuan. Dalam pelaksaan program kondisi infrastruktur yang memadai dan kegiatan yang terarah diharapkan dapat mencapai tujuan dengan efektif Gambar 9. 55 Kualitas Lingkungan Tujuan Sosial Kemakmuran Ekonomi Social Equity Corporate Social Responsibility Ecosystem services By-product synergy Water Quality Overall Quality of Life Stakeholder Engagement and Consultation Gambar 8. Pendekatan keterkaitan antar aspek dalam pembangunan berkelanjutan Limbah pertambangan mineral yang berupa pasir sisa tambang Penurunan daya dukung lingkungan wilayah pengendapan dan aliran sungai Pencemaran lingkungan di wilayah pengendapan Tumbuhnya usaha pertambangan informal yang menggangu proses suksesi lahan Kesenjangan kesejahteraan dan perubahan perilaku masyarakat Upaya-upaya bersama pemerintah, masyarakat dan perusahaan pertambangan Program rehabilitasi lahan Program rehabilitasi wilayah pengendapan Pemberdayaan masyarakat Ketersediaan dana lingkungan, infrastruktur yang baik serta program kegiatan yang jelas • Pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam • Pengurangan kesenjangan sosial pada masyarakat lokal • Stabilitas wilayah pengendapan pasir sisa tambang Gambar 9. Kerangka pemikiran pengelolaan pertambangan mineral secara berkelanjutan. 56 Kegiatan pembangunan pada umumnya menyangkut pendayagunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang merupakan kesatuan ekologis atau ekosistem dan mempunyai manfaat langsung atau tidak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem sumberdaya alam ini, manusia merupakan konsumen dan berperan aktif pula dalam proses produksi dan pengelolaan. Pendayagunaan sumberdaya alam oleh manusia, dengan eksploitasi, penggunaan atau pemanfaatan, menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga mempengaruhi pula sumberdaya-sumberdaya lain beserta lingkungannya, yang akibatnya akan dirasakan pula oleh manusia. Permasalahan lingkungan juga terlihat dalam kegiatan pertambangan mineral di wilayah Mod-ADA Kabupaten Mimika. Sebagaimana yang dijelaskan dalam latar belakang bahwa pengelolaan lingkungan pertambangan mineral di wilayah Mod-ADA menunjukkan adanya pelaksanaan kebijakan yang tumpang tindih sehingga menghambat tujuan pembangunan berkelanjutan. Efektivitas suatu kebijakan, termasuk kebijakan lingkungan antara lain ditentukan oleh instrumen kebijakan yang digunakan. Menurut Barde “The selection of policy instrument by governments is based on the characteristics described below and on the application of criteria for selecting mixes of instruments. In general these criteria will relate to: 1 environmental aspect environmental effectiveness; 2 economic aspect efficiency; and 3 political and administrative aspects such as distributional issues, acceptability and simplicity . Demikian pula halnya dengan kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral perlu memperhatikan dan menetapkan instrumen kebijakan lingkungan yang tepat. Berdasarkan pandangan Barde tersebut di atas, maka penelitian ini mengadopsi instrumen kebijakan dengan menambahkan faktor sosial kemasyarakatan sebagai parameter pelengkap dalam mencapai model konseptual kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan yang keberlanjutan. 3.2. Obyek Penelitian 3.2.1.Lokasi dan Waktu Penelitian