147 Oleh karena itu, kebijakan reklamasi lahan bekas pertambangan selama
operasional dan pasca tambang merupakan upaya mempercepat terjadinya suksesi lahan. Dalam jangka menengah dan jangka panjang suksesi adalah
bagian dari reklamasi. Dalam kaitan kebijakan rehabilitasi lahan tersebut, perusahaan dan pemerintah melakukan upaya pemberdayaan dan pembinaan
pertambangan informal. Upaya tersebut dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan yang tidak terkendali dari pertambangan informal di wilayah
pengendapan. Pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 11tahun 1967 yang berkaitan dengan upaya penghentian semua usaha pertambangan
tersebut, dengan pengecualian dapat melanjutkan usahanya apabila berstatus pertambangan rakyat untuk bahan galian intan dan tambang tradisional untuk
bahan galian emas. Namun pasal tersebut dirasakan masyarakat sebagai pelanggaran hak atas pemanfaatan sumberdaya alam yang seharusnya
digunakan untuk kemakmuran rakyat.
6.2.2. Kebijakan Penumbuhan Kesadaran Lingkungan Melalui CSER
Kebijakan perusahaan pertambangan melalui program CSR melakukan pembinaan dan fasilitasi pertambangan informal untuk diarahkan menjadi UMK
pertanian atau UMK lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan masyarakat serta pembelajaran terhadap
rencana penutupan tambang. Berdasarkan pengembangan arahan pelaksanaan CSER perusahaan pertambangan mengoptimalkan dana CSR secara langsung
sebagai dana operasional perusahaan dan dana kemitraan yang disalurkan melalui lembaga masyarakat lokal LML. Kebijakan tersebut didukung dengan
upaya bersama pemerintah dengan perusahaan pertambangan dan lembaga kemasyarakatan melakukan pembinaan dan pendampingan usaha.
6.3. Kebijakan Strategi Pengelolaan Lingkungan Pertambangan
Upaya pengelolaan lingkungan pertambangan mineral didasarkan pada Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan RKL-
RPL. Ketentuan pelaksanaan RKL-RPL tersebut mengacu pada Peraturan Daerah yang mengatur kegiatan pengelolaan lingkungan biologik pertambangan.
Selain itu, perusahaan pertambangan sebagai pelaksana teknis diharuskan mempunyai manajemen lingkungan fisik dan prosedur standar operasi PSO.
148 Kedua ketentuan tersebut merupakan model kebijakan strategis dalam RKL-RPL
yang didukung dengan ketentuan standarbaku mutu lingkungan. Ketentuan baku mutu lingkungan sering menjadi perdebatan dan
perbedaan pendapat berbagai pihak. Beberapa bahan pencemar dalam baku mutu lingkungan ditentukan dengan nilai batas atau standar yang tidak dapat
diterima oleh dunia usaha industri atau dianggap tidak realistis. Dilain pihak, ketentuan nilai batas dianggap tidak tepat. Oleh karena itu, baku mutu
merupakan suatu kebijakan pemerintah yang sah dan harus dilaksanakan. Kebijakan tersebut memuat spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh
dibuang atau jumlah kandungan bahan pencemar yang diperbolehkan berada dalam media ambien Kristanto 2002.
Dengan demikian kebijakan pelaksanaan dan pemantauan RKL-RPL harus berlandaskan baku mutu serta kebijakan perusahaan dan pemerintah melalui
mekanisme evaluasi periodik. Evaluasi dilakukan melalui konsensus, terutama pendapat pakar mengenai ketentuan baku mutu tersebut. Dalam evaluasi
dilakukan konsultasi antar pihak untuk mencapai suatu stakeholders engagement yang dapat memberikan informasi kepada industri, pemerintah serta masyarakat.
Untuk itu, kebijakan strategis pengelolaan lingkungan harus bersinergi dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan PETAS dan RELAWI
untuk menjaga kelestarian lingkungan Gambar 59.
StandarBaku Mutu Lingkungan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan
RKL-RPL Kebijakan Manajemen
Lingkungan Perusahaan Peraturan Pemerintah
Daerah Model Pengendalian
Endapan pasir sisa tambang pada Aliran
Sungai PETAS Model Rehabilitasi
Lahan Wilayah Mod-ADA
RELAWI
Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Masyarakat
Gambar 59. Model kebijakan strategi rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
149 Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya merupakan upaya untuk
menjamin hak-hak masyarakat untuk mengatur hidupnya yang mengharuskan pemerintah melindungi dan memfasilitasi masyarakat dalam memperoleh hak-
haknya. Pemberdayaan masyarakat berarti penciptaan iklim yang kondusif bagi masyarakat sehingga mendayagunakan sumberdaya dan potensinya secara
optimal agar tercipta kesejahteraan, martabat dan keberadaannya memiliki arti dalam kehidupan.
Pengembangan peranserta masyarakat dalam pengelolaa lingkungan sebagai upaya arahan pelaksanaan CSR diperlukan pengembangan dalam
perumusan RKL-RPL. Perusahaan swasta yang mengeksploitasi sumberdaya alam dianjurkan atau menerapkan CSER dengan memperhatikan prinsip Global
Compact yang berhubungan dengan kondisi kerja, menghormati HAM dan
melindungi lingkungan. Menurut UNIDO 2004 Implementasi CSER pada dunia usaha, terdapat 7
faktor yang berhubungan dengan internal perusahaan dalam penerapan CSER, yaitu: 1 kesehatan dan keselamatan karyawan, 2 mempertahankan standar
penggajianupah yang tinggi bagi karyawan, 3 investasi dalam pendidikan dan pelatihan pekerjakaryawan, 4 aktivitas rekreasi bagi pekerja, 5 menerapkan
EMS environmental management system, 6 program untuk mendukung keluarga pekerja, dan 7 melaporkan hasil-hasil yang dicapai dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan.
6.4. Validasi Model Kebijakan