Pokok Permasalahan Model Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral Yang Berkelanjutan (Studi Kasus Pengelolaan Lingkungan Mod ADA Di Kabupaten Mimika, Papua)

7 disebabkan oleh adanya bias dalam pengelolaan pasir sisa tambang di lokasi pertambangan yang disebabkan oleh tidak adanya kepastian peraturan pemerintah yang khusus mengatur tata cara pengelolaan pasir sisa tambang. Bertolak dari kenyataan-kenyataan di atas maka untuk dapat menjamin adanya keberlanjutan pembangunan sistem sarana dimana terkait dengan dampak limbah pertambangan, baik keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial, maupun keberlanjutan lingkungan maka diperlukan suatu model kebijakan yang terpadu. Pendekatan yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan diatas adalah dengan menggunakan pendekatan sistem. Pertimbangannya, permasalahan pengelolaan limbah dan lingkungan di wilayah pertambangan mineral tembaga merupakan persoalan yang kompleks dan tidak dapat dijawab dan diselesaikan secara parsial. Permodelan sistem juga dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan atau hubungan antarsistem yang dibangun dalam mewujudkan keberlanjutan pertambangan mineral. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan untuk menemukenali dan merumuskan sebuah alternatif model konseptual tentang kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral secara berkelanjutan.

1.2. Pokok Permasalahan

Kebijakan yang tepat dan terpadu merupakan salah satu kunci dalam menjaga konsistensi dan jaminan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam. Demikian pula halnya dengan pengelolaan potensi sumberdaya mineral melalui kegiatan kegiatan pertambangan membutuhkan seperangkat kebijakan yang mendukung pencapaian manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara serasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan pemahaman yang kuat terhadap faktor-faktor yang mendukung kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral secara berkelanjutan. Bagian dari faktor-faktor tersebut merupakan subsistem yang akan dibangun dalam sebuah sistem melalui model kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral yang berkelanjutan. Pentingnya perumusan model kebijakan tersebut dikarenakan fenomena masalah pertambangan mineral, khususnya di Kabupaten Mimika pada wilayah Mod-ADA yang cukup kritis dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pemangku kepentingan terkait, termasuk Pemerintah di lingkungan Pemerintah Daerah Pemda Kabupaten Mimika, Provinsi Papua serta Pemerintah Pusat. Berdasarkan hasil audit lingkungan menunjukkan bahwa pengaliran pasir sisa tambang hasil kegiatan pertambangan melalui sungai sampai ke wilayah Mod- 8 ADA merupakan opsi pengelolaan lingkungan yang paling tepat untuk kondisi iklim dan topografi. Mekanisme pembuangan limbah tersebut jauh lebih efektif terhadap resiko dan dampak lingkungan dibandingkan dengan membangun jalur pipa untuk mengalirkan pasir sisa tambang dari dataran tinggi menuju dataran rendah, bendungan pasir sisa tambang dan sarana pembuangan di dataran tinggi, atau opsi-opsi lainnya yang sudah dievaluasi Namun demikian dalam pengelolaan limbah pertambangan mineral masih terdapat banyak kerawanan terhadap lingkungan. Hal tersebut antara lain terlihat dari besarnya volume pasir sisa tambang yang dialirkan dan diendapkan di Mod- ADA yang dapat memunculkan beberapa dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Selain itu juga merebaknya pelaku Penambangan Emas Tanpa Izin PETI melahirkan persoalan baru terhadap kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan karena belum ada mekanisme pengendalian terhadap upaya penambangan yang dilakukan oleh kelompok PETI di wilayah Mod-ADA, Kabupaten Mimika. Penurunan kualitas air permukaan pada tingkat yang tidak terkendali dalam usaha kegiatan pertambangan mineral dapat mengancam peruntukannya bagi berbagai kepentingan, bahkan lebih jauh dari itu akan mengganggu fungsi kelestarian sumberdaya air tersebut. Kegiatan penambangan mineral yang dilakukan oleh Kelompok PETI di wilayah Mod-ADA secara umum menimbulkan terjadinya erosi dan pendangkalan atau sedimentasi. Kondisi demikian selain merusak ekologis sungai, juga dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang dapat membahayakan kehidupan masyarakat pengguna air Sungai Ajkwa di wilayah Mod-ADA. Proses penambangan yang dilakukan oleh PETI di wilayah Mod-ADA secara umum sangat sederhana, tetapi akibat dari kesederhanaan tersebut dan minimnya pengetahuan dan ketidakpedulian terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat dapat membawa akibat buruk bagi kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungan Sungai Ajkwa. Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa volume pasir sisa tambang yang sangat besar di buang ke sungai Akjwa dan maraknya kegiatan PETI di wilayah Mod-ADA menimbulkan kerawanan lingkungan di sepanjang daerah tersebut. Pada sisi lain kebijakan lingkungan yang diterapkan belum mampu mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan limbah pertambangan mineral di wilayah Mod-ADA dapat dirumuskan sebagai berikut: 9 1 Kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral, khususnya di wilayah Mod-ADA belum berjalan secara efektif dan terpadu sehingga menyebabkan terjadinya kerawanan lingkungan dan kelestarian sumber daya alam di wilayah tersebut. 2 Sintesa berbagai faktor yang mendukung kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan mineral di wilayah Mod-ADA belum ditemukenali sehingga dapat menimbulkan persoalan dalam perumusan model kebijakan pengelolaan lingkungan yang tepat dan terpadu.

1.3. Tujuan Penelitian