Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal

90

4.4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal

Berdasarkan Kontrak Karya Kedua yang ditandatangani pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa luas wilayah kerja sebesar 100 km 2 yang tertutup untuk umum. Dengan demikian kegiatan usaha produktif non pertambangan tidak dilakukan di lokasi pertambangan. Pemenuhan kebutuhan pertambangan diperoleh melalui pembelian lokal produk pertanian pada triwulan keempat tahun 2007 mencapai Rp 16,824 milyar dan produk non pertanian dari UKM lokal sebesar Rp 55,506 milyar seperti disajikan pada Tabel 15 dan Tabel 16. Tabel 15. Pembelian lokal produk non pertanian Komoditas Nilai juta rupiah 2007 2006 2005 Kayu 433 1.534 ND Bisnis Inkubator 443 4.063 347 Ban Rekap 2.514 14.143 1.230 Suku Cadang 43.015 187.222 18.239 PSU 3.886 16.606 1.900 Lain-lain 5.215 28.286 20.989 Total 55.506 251.854 42.705 Sumber: PTFI 2007 Tabel 16. Pembelian lokal produk pertanian Komoditas Nilai juta rupiah 2007 2006 2005 Ikan 4.198 11.650 2.283 Sayuran dan Buah 3.267 15.606 3.839 Daging Sapi 8.861 30.675 9.465 Tahu - Tempe 498 2.061 551 Total 16.824 59.992 16.138 Sumber: PTFI 2007 Melalui program pembangunan kapasitas dan ekonomi masyarakat, perusahaan pertambangan pada tahun 2006 menyalurkan dana kemitraan pada LPMAK sebesar US 51.828.368. Gambar 26 menunjukkan perkembangan dana kemitraan yang telah diberikan perusahaan pertambangan untuk kegiatan pengembangan masyarakat. Dana kemitraan tersebut pada tahun 2006 yang digunakan dalam kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat sebesar 8,1 persen. Pada tahun 2007 anggaran kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat meningkat sampai 11,2 persen Tabel 17. Pelaksanaan program pembangunan ekonomi masyarakat difokuskan pada pembangunan kapasitas 91 dan pembinaan UKM melalui kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan atau RIGA Rural Income Generation Activities. Tabel 17. Alokasi anggaran LPMAK tahun 2006-2007 2006 2007 Alokasi Anggaran Nilai Proporsi Nilai Proporsi US US Program: Pendidikan 5.876.225 22,6 5.046.670 21,3 Kesehatan 8.494.183 32,6 8.617.768 36,3 Pembangunan Ekonomi 2.105.546 8,1 2.657.081 11,2 Budaya 1.053.073 4,0 1.115.401 4,7 Agama 955.161 3,7 824.400 3,5 Proyek Tiga Desa 1.132.674 4,4 - Proyek lain-lain 467.494 1,8 1.479.400 6,2 Administrasi 2.245.680 8,6 1.734.239 7,3 Pembelian Modal 511.820 2,0 368.292 1,6 Dana Abadi 10 dari Dana Kemitraan 3.195.125 12,3 1.882.980 7,9 Total 26.036.981 100 23.726.231 100 Nilai tukar US 1 = Rp 10.000,- Sumber: PTFI 2007 - 10 20 30 40 50 60 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun J um la h s u m ba n ga n jut a U S Gambar 26. Dana kemitraan perusahaan untuk masyarakat PTFI, 2006 Program Pendampingan dan Pengembangan Masyarakat di Lima Desa P3MD merupakan kelanjutan dari Program Rekognisi yang telah berakhir di tahun 2004. Tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengelola sumberdaya alamnya dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar secara mandiri dan berkelanjutan. Pada tahun 2006, melalui pendampingan usaha perikanan yang melibatkan rata-rata 25 orang per bulan dengan total pendapatan sebesar Rp 103.862.200,-. Untuk pendampingan 92 usaha pertanian dapat melibatkan 113 orang per bulan. Kegiatan pendampingan bidang pertanian berupa subsidi benih dan pupuk dengan total masing-masing 264 kg benih dan 1.187 kg pupuk Tabel 18. Dengan adanya program tersebut total pendapatan petani yang terlibat sebesar Rp 112.535.500,-. Tabel 18. Pencapaian Program Ekonomi Tahun 2006 Program Akivitas Total a Nelayan terlibat 25 Orang rata-ratabulan b Es balok terjual 40.225 kg c Bahan bakar terjual 5.815 liter d Produksi ikan 15.631 kg Perikanan e Pendapatan seluruh nelayan Rp 103.862.200 a Petani terlibat 113 Orang rata-ratabulan b Benih yang disubsidi 264 kg c Pupuk yang disusbsidi 1.187 kg Pertanian d Pendapatan seluruh petani Rp 112.535.500 Hingga akhir 2006 program ini telah memberikan pendampingan intensif kepada 66 pengusaha dan UKM aktif Gambar 27. Sebanyak 172 usaha kecil lainnya masih dalam daftar tunggu untuk mendapat pendampingan yang terdiri dari: pelatihan usaha, konsultasi penjualan, transfer keahlian dan peminjaman modal lewat program pinjaman dana bergulir. Dana bergulir diberikan dalam bentuk modal investasi, perbaikan fisik bangunan usaha dan modal kerja. Dana bergulir tersebut merupakan pinjaman dana dengan tingkat suku bunga 5 dan jangka pengembalian 18 bulan. 50 100 150 200 250 300 350 400 UKM binaan tetap UKM binaan non-aktif UKM konsultasi Total UKM Tahun J u m la h U K M u n it 2003 2004 2005 2006 2007 Gambar 27. Perkembangan peserta program pembinaan UKM 1998 -2006 93 Pengembangan ekonomi kerakyatan dilakukan untuk peningkatan perekonomian berbasis potensi masyarakat lokal. Program tersebut untuk memperkenalkan sistem usaha ekonomi bagi masyarakat adat Tujuh Suku agar dapat memanfaatkan potensi ekonomi di wilayahnya dan memiliki sumber pendapatan yang berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya biro ekonomi LPMAK didampingi yayasan Bina Swadaya. Pada tahun 2006, jumlah kelompok pembinaan mencapai 1.363 KSM Tabel 19 dengan tingkat keberhasilan program Tabel 20 36,8 persen berhasil, 37,9 persen setengah berhasil dan gagal sebesar 20 persen serta 5,3 persen masih dalam tahap evaluasi. Kegagalan pelaksanaan program disebabkan adanya ketergantungan pada perusahaan pertambangan yang besar, sehingga masyarakat masih belum mandiri dengan unit usaha yang kompetitif. Disamping itu, adanya persaingan antar suku dan masyarakat pendatang yang memperketat persaingan tersebut. Tabel 19. Jumlah KSM Berdasarkan Suku 2003-2006 Tahun Amungme Kamoro Damal Dani Mee Moni Nduga Total 2003 18 28 77 64 71 33 88 379 2004 282 441 113 139 181 161 102 1.419 2005 304 457 138 133 272 164 187 1.645 2006 320 265 132 129 166 164 187 1.363 Sumber: PTFI 2006 Tabel 20. Kinerja kelompok RIGA tahun 2006 Suku Status Kinerja Gagal Setengah berhasil Berhasil Belum Monitor Amungme 41 179 100 16 Kamoro 38 38 152 - Damal 33 51 48 25 Dani 77 30 22 - Mee 18 24 93 31 Moni 23 80 57 - Nduga 43 115 29 - Total 273 517 501 72 Persentase 20,0 37,9 36,8 5,3 • Gagal : dana digunakan untuk kegiatan selain yang telah ditentukan untuk proyek RIGA • Setengah berhasil : Proyek sebagian dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan rencana proyek RIGA • Berhasil: Proyek dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan rencana proyek RIGA Sumber: PTFI 2006 94 Program dana bergulir bertujuan untuk memberikan pinjaman modal bagi UKM-UKM binaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk memulai usaha ataupun bagi UKM-UKM yang hendak melakukan pengembangan usaha. Pemberian pinjaman, pengembalian dan berbagai proses administrasinya dikelola oleh Yayasan Bina Usaha Mandiri YBUM di bawah departemen SLD. Jumlah pinjaman pada tahun 2007 sebesar Rp 4.050 juta Tabel 21 dengan pengembalian sebesar Rp 3.935 juta, sehingga kemampuan pengembaliannya sebesar 97,16 persen. Mulai dari tahun 2005 UKM binaan memiliki kemampuan untuk mengembalian pinjaman Tabel 21. Tabel 21. Bantuan modal usaha UKM Binaan Obyek Nilai juta rupiah 2007 2006 2005 Pinjaman 4.050 6.401 2.255 Pengembalian 3.935 2.256 671 Realisasi 97,16 35,24 29,77 Sumber: PTFI diolah Melalui program dana bergulir dan pembinaan usaha terbukti mampu meningkatkan pendapatan pengusaha. Gambar 28 menunjukkan perkembangan pendapatan pengusaha UKM binaan. Pada tahun 2006 total pendapatan UKM binaan mencapai Rp 58 milyar. Hal ini menunjukkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan baik dan adanya keinginan masyarakat untuk meningkatkan kemandiriannya. 13 18 28 37 58 - 10 20 30 40 50 60 70 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun T o ta l Pe n d a p a ta n M il y a r R p Gambar 28. Pendapatan pengusaha binaan pada tahun 2002-2006 PTFI 2006 95 Kelompok usaha UKM binaan terlihat cukup beragam, artinya pengembangan ekonomi masyarakat diarahkan pada potensi ekonomi lokal. Menurut Kepala BPS Kabupaten Mimika, pada tahun 2007 jumlah pengusaha atau usaha yang beroperasi di Kabupaten Mimika mencapai 13.071 unit usaha. Perusahaan yang tidak berada di lokasi permanen sebesar 5.811 unit atau 44,46 persen, usaha yang berada di lokasi permanen sekitar 7.260 unit atau 55,54 persen. Berdasarkan skala usahanya, usaha mikro lebih besar hingga mencapai 11.627 unit usaha atau 88,95 persen, usaha kecil sebanyak 1.415 unit 10,82 persen, usaha menengah baru mencapai 28 unit 0,21 persen serta satu unit usaha besar 0,007 persen. Bidang usaha UKM binaan cukup beragam seperti terlihat pada Gambar 29, bahwa sebagian besar usaha bergerak dalam bidang jasa 34 persen, perdagangan 21 persen, konstruksi 8 persen, pembibitan 6 persen, manufaktur 3 persen, perikanan 2 persen dan usaha lainnya 26 persen. Dalam kaitan pengelolaan lingkungan usaha pembibitan dan konstruksi memiliki potensi yang cukup tinggi. Manufaktur 3 Perdagangan 21 Perikanan 2 Lain-lain 26 Jasa 34 Pembibitan 6 Konstruksi 8 Gambar 29. Bidang usaha UKM binaan Pada tahun 2007 berdasarkan laporan pelaksanaan RKL-RPL terdapat 26 kontrak pekerjaan reklamasi yang aktif, sebanyak 21 kontrak 81 persen dikelola oleh kontraktor lokal, 4 kontrak 15 persen oleh kontraktor non-lokal serta 1 96 kontrak 4 persen untuk pekerjaan khusus, yaitu jasa pemantauan kesehatan ternak oleh Dinas Peternakan setempat. Hasil survey lapang ditemukan kegiatan usaha produktif pengolahan pakan ternak pada peternakan sapi yang terletak di MP22. Untuk peternakan sapi sebanyak 100 ekor diperlukan pakanrumput per hari sebesar 3.000 kg. Dengan mengasumsikan 30 hari kerja per bulan, maka total produksi pakan mencapai 90.000 kg. Apabila harga pakan ternak sebesar Rp 900 per kg, maka keuntungan bersih pengolahan pakan ternak sebesar Rp 11.717.474. Berdasarkan analisis usaha Lampiran 9 ditunjukkan bahwa usaha tersebut layak secara ekonomis sebab nilai net BC lebih besar 1, yaitu 1,08 dengan pencapaian BEP sebesar 81.368 kg pakan ternak atau setelah hasil produksi mencapai Rp 73.231.398. Berdasarkan indepth interview dengan manager keamanan perusahaan pertambangan diperoleh informasi adanya kegiatan pertambangan informal di wilayah Mod-ADA. Jumlah Pertambangan Informal PI di lokasi tersebut mengalami peningkatan hingga mencapai 7.420 orang. Para penambang berasal dari berbagai suku yang ada di wilayah Kabupaten Mimika, sebagian besar berasal dari Suku Amungme, Dani, Moni dan Damal serta Suku Kamoro dengan jumlah yang sangat sedikit. Sedangkan berdasarkan pendataan pada saat acara bakar batu, tercatat sekitar 1.185 orang dari pengunungan high land dan sekitar 2.400 orang dari low land. Menurut Forum Pengendalian dan Pembinaan Pendulang Timika, yaitu kelompok yang dibentuk oleh masyarakat pendulang dari tujuh suku terdiri atas Suku Amungme, Kamoro, Moni, Lani, Damal, MeeEkari, dan Nduga mencatat pada tahun 2006 jumlah pendulang mencapai 13.000 orang. Terlihat terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2003 jumlah pendulang baru mencapai 1.086 orang. Masing-masing suku memiliki daerah penambangan tersendiri, misalnya Suku Moni Ugimba melakukan penambangan di Mil 72-74. Untuk lokasi lainnya seperti di Mil 69 sampai dengan Utekini Lama dikuasai oleh para pendulang dari Suku Dani, Moni Utara, Damal dan pendatang dari luar Mimika. Di Kimbeli Area banyak ditemui pendulang yang berasal dari Suku Amungme dan sebagian Suku Moni Selatan Arif 2007. Hasil survai lapangan ditemukan adanya kegiatan Pertambangan Informal PI oleh kelompok masyarakat lokal dan pendatang Lampiran 39 sampai dengan Lampiran 43. Kelompok penambang tersebut rata-rata beranggotakan 97 10 orang dengan aktivitas pertambangan di wilayah pengendapan Mod-ADA yang tertutup untuk masyarakat umum. Dengan menggunakan peralatan sederhana seperti ember, selang, kualiwajan, sekop, papan dan kain karpet dihasilkan pasir emas rata-rata 2 gram per hari penambang informal memperoleh pendapatan yang besar dengan net BC sebesar 5,5 Lampiran 10. Menurut Ghose dan Surendra 2007, Pertambangan Informal Small Scale Mining tersebut selain mengganggu lingkungan juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan demikian aktivitas usaha tersebut seyogyanya tidak dihentikan karena dapat menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan. Pembinaan dan penataan dengan pendekatan manajemen konsensus diharapkan dapat mengatasi konflik yang mungkin terjadi.

4.5. Sosial Kemasyarakatan