Gambar 5 Posisi pemasangan perangkap kamera.
4.4.2. Survey Lapangan Menggunakan Metode Jalur
Survey keberadaan harimau dan mangsanya dengan menggunkan metode jalur dilakukan pada semua jalur pemasangan perangkap kamera yaitu pada jalur
Blang Raweu dan Krueng Gooha. Metode yang digunakan untuk menandakan titik-titik keberadaan harimau sumatera dan mangsanya adalah dengan melakukan
pencatatan setiap perjumpaan langsung direct encounter dan perjumpaan tidak langsung indirect encounter keberadaan harimau sumatera dan mangsanya pada
semua jalur pemasangan perangkap kamera yang dilakukan. Jenis keberadaan harimau yang dicatat adalah perjumpaan langsung, jejak kaki, cakaran, kotoran,
sisa makanan serta jejak lainya yang dapat menunjukan keberadaan harimau sedangkan keberadaan mangsa harimau yang dilakukan pencatatan berupa
perjumpaan langsung, kotoran, pusat-pusat kegiatan mangsa yang dapat menunjukan keberadaan mangsa harimau sumatera.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pendugaan Populasi Harimau Sumatera
Foto-foto hasil perangkap kamera dipisahkan antara satwa mangsa dan harimau sumatera. Foto-foto harimau sumatera dipisahkan berdasarkan pola
loreng McDougal 1979, , Franklin et al. 1999, jenis kelamin, ciri-ciri yang berbeda seperti morfologis dan berdasarkan dimensi badan yang mendasar.
Kemudian dikembangkan database referensi foto-foto harimau yang bermutu,
sehingga terlihat gambar harimau yang telah diidentifikasi dari arah kanan dan kiri, dan mungkin juga dari arah depan dan belakang serta penunjuk waktu.
Setelah kumpulan referensi ini dibuat maka semua foto individu harimau dapat diklasifikasikan secara tepat Franklin et al. 1999 dengan menggunakan program
Adobe Photoshop CS3. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program CAPTURE dan Arc View 3.3. jumlah individu teridentifikasi merupakan
populasi minimum harimau sumatera pada kawasan penelitian. Penghitungan kepadatan populasi harimau dilakukan berdasarkan luas
efektif area sampling. Luas efektif area sampling diperoleh dengan menghubungkan titik koordinat kamera terluar hingga membentuk poligon A
kemudian ditambahkan dengan lebar garis batas W Karanth Nichols 1998 yang didapatkan dari Vi Mean Maximum Distance Move ViMMDV Karanth
Nichols 1998, Karanth Nichols 19982000 yaitu dengan menghitung rataan jarak perpindahan maksimum setiap individu harimau yang tertangkap kamera
lebih dari sekali dan pada dua lokasi berbeda Linkie, 2005.
m d
d
m i
i
∑ =
=1
dan
2 d
w =
Dalam hal ini w = lebar garis batas, m = Jumlah recapture Individu, d= rata-rata jarak individu recapture, di = Jarak dari tiap individu recapture ke-i.
Karena tidak ada harimau yang tertangkap dua kali pada dua lokasi kamera berbeda maka luasan sampling area dihitung luasan grid kecil yang terpasang
kamera. Luas sampling area diperoleh dengan mengalikan jumlah grid kamera terpasang dengan luas satu grid. Luasan ini dijadikan landasan karena asumsi
pemasangan perangkap kamera pada setiap gridnya dianggap mewakili keseluruhan luasan grid yang bersangkutan.
Selain penghitungan kepadatan relatif juga dilakukan penghitungan kepadatan absolut harimau sumatera untuk setiap 100 km
2
. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data jumlah individu yang telah diidentifikasi melalui data
foto kamera Trap. Selanjutnya data hasil identifikasi foto dianalisis mengunkan metode capture recapture untuk memperkirakan populasi N-hat. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa populasi tertutup closure test dan menggunakan model analisis Mh untuk heterogenetik dari harimau Karanth Nicholas, 2002 melalui
Program CAPTURE Rexstad Burnham 1991. Asumsi menggunakan capture- recapture
model M
h
dimana populasi yang diambil sampelnya adalah sampel tertutup secara demografi, yakni diasumsikan tidak ada kelahiran, kematian,
imigrasi, maupun emigrasi selama survey dilakukan. Kepadatan absolut harimau dihitung dengan menggunakan persamaan:
w A
N D
=
Dalam hal ini D = estimasi kepadatan harimau, N = jumlah individu yang telah teridentifikasi dan Aw = efektivitas sampling area.
4.5.2. Pendugaan Populasi