4
2.1.2. Morfologi
Secara umum bentuk warna dan corak tubuh delapan spesies harimau hampir sama yaitu loreng dengan warna dasar oranye dan corak berwarna hitam.
Dari segi ukuran tubuh harimau sumatera merupakan sub-spesies harimau yang memiliki ukuran tubuh paling kecil dari ukuran tujuh sub-spesies lainnya. Tipe
loreng antar individu harimau berbeda dengan individu lainya begitu juga dengan corak kiri berbeda dengan corak kanan pada tubuh satu individu asimetris.
Jumlah corak atau loreng pada setiap individu harimau bervariasi dan cenderung terpisah-pisah Sriyanto 2003. Pada bagian tertentu tubuh harimau berwarna
putih dengan loreng berwarna hitam seperti pada bagian bawah tenggorokan dan bawah tubuh serta pada bagian dalam kaki Boerer 1971. Iris mata harimau
berwarna kuning dengan pupil mata berbentuk bulat, telinga bagian belakang berwarna hitam dan memiliki noda putih mencolok yang berfungsi sebagai tanda
visual untuk membantu anaknya pada malam hari Tilson et al. 1997. Harimau jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada harimau betina
Jackson 1990. Harimau sumatera jantan memiliki massa tubuh antara 100-140 kg, dengan panjang total 220-255 cm, sedangkan harimau betina memiliki massa
tubuh antara 75-110 kg, dengan panjang tubuh 215-230 cm Subagyo 1996. Ukuran kaki depan harimau lebih panjang dari kaki belakangnya yang membantu
memudahkan harimau melompat tinggi dan jauh Jackson 1990. Setiap kaki harimau dilengkapi dengan cakar berupa kuku yang tajam dan bantalan pada
telapak kakinya. Cakar kaki depan harimau lebih panjang daripada cakar kaki belakangnya. Cakar kaki depan harimau berupa kuku runcing dan tajam dengan
panjang 80-100 mm yang dapat ditarik dan diulur serta sangat efektif untuk menangkap dan menggenggam mangsa Jackson 1990. Bantalan pada telapak
kaki harimau berfungsi mengurangi suara saat melangkah terutama saat harimau mengejar mangsanya. Telapak kaki harimau berbeda antara telapak kaki depan
dan belakang. Telapak kaki depan harimau dewasa antara 10-20 cm dan kaki belakang lebih kecil 1-1,5 cm Singh 1999.
5
2.1.3. Perilaku