a b
Gambar 23 a Salt lick dan b Kubangan.
5.1.3. Tingkat Perjumpaan Harimau Sumatera dan Mangsanya
5.1.3.1. Tingkat Perjumpaan Harimau Sumatera
Hasil perhitungan tingkat perjumpaan harimau berdasarkan foto perangkap kamera n=6 adalah 0.93 foto100 hari. Tingkat perjumpaan harimau untuk setiap
kamera berkisar dari 0-7.85 foto100 hari. Tingkat perjumpaan harimau tertinggi terdapat pada kamera RC_02 dengan nilai 7.85 foto100 hari, diikuti kamera
RC_03, RC_07 dan RC_11 masing masing dengan nilai 3.21 foto100hari, 6.41 foto100hari dan 2.83 foto100hari. Sedangkan kamera lainya memiliki nilai
tingkat perjumpaan 0 atau tidak memiliki perjumpaan harimau sumatera. Perangkap kamera yang berhasil mendapatkan gambar harimau sumatera berada
pada kawasan padang rumput dan punggungan bukit pada hutan primer. Gambar 24 menyajikan peta tingkat perjumpaan harimau yang dilakukan proses
interpolasi menggunakan program Arc GIS 9.3 terhadap titik-titik pemasangan perangkap kamera.
Gambar 24 Peta interpolasi tingkat perjumpaan harimau sumatera.
5.1.3.2. Tingkat Perjumpaan Satwa Mangsa
Tingkat perjumpaan satwa mangsa 296 foto independen adalah 67.72 foto100 hari. ER mangsa setiap jenis berkisar antara 0.31 foto100 hari sampai
13.58 foto100 hari. Berdasarkan jenis satwanya kijang dan rusa memiliki nilai tingkat perjumpaan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis lainnya
masing-masing dengan nilai 13.58 foto100 hari dan 11.26 foto100 hari. Tingkat perjumpaan terendah adalah dengan nilai 0.31 foto100 hari yang dimiliki jenis
kucing hutan. satwa mangsa lain yang juga memiliki nilai yang tinggi adalah beruk dengan nilai 6.17 foto100 hari dan landak dengan nilai 2.47 foto100 hari
dan gajah sumatera dengan nilai 2.31 foto100 hari. Gambar 25 menyajikan grafik tingkat perjumpaan satwa mangsa berdasarkan jenis satwanya.
Gambar 25 Grafik tingkat perjumpaan satwa mangsa berdasarkan jenis satwanya. Berdasarkan kamera, tingkat perjumpaan mangsa berkisar antara 0 sampai
199 foto100 hari dengan rata-rata setiap kameranya 67.72 foto100 hari. Tingkat perjumpaan satwa tertinggi berada pada kamera RC_07 dengan nilai 199 foto100
hari dan tingkat perjumpaan terkecil berada pada kamera RC_03 dengan nilai 0. Nilai tingkat perjumpaan satwa mangsa harimau sumatera kemudian dilakukan
proses interpolasi terhadap titik pemasangan perangkap kamera menggunakan program Arc GIS 9.3. Berdasarkan interpolasi yang dilakukan dapat diketahui
lokasi-lokasi perjumpaan yang rendah sampai daerah dengan tingkat perjumpaan tinggi. Gambar 26 menunjukan interpolasi tingkat perjumpaan satwa mangsa
harimau sumatera.
G ambar 26 Peta interpolasi tingkat perjumpaan satwa mangsa harimau sumatera.
5.1.3.3. Hubungan Tingkat Perjumpaan Harimau dan Mangsanya
Untuk mengetahui hubungan tingkat perjumpaan harimau sumatera dengan satwa mangsanya maka terlebih dahulu dilakukan overlay nilai tingkat
perjumpaan harimau sumatrea dengan nilai tingkat perjumpaan mangsanya. Gambar 27 menyajikan overlay nilai tingkat perjumpaan harimau dan mangsa
dalam bentuk grafik.
Gambar 27 Grafik overlay tingkat perjumpaan harimau dan satwa mangsa. Pada kamera RC_02 dan RC_07 nilai tingkat perjumpaan harimau masing-
masing 7.85 foto100 hari dan 6.41 foto100 hari diikuti dengan tingginya nilai perjumpaan satwa mangsa masing-masing dengan nilai 70.7 foto100 hari dan 199
foto100 hari. Meskipun demikian bukan berarti tingginya nilai pejumpaan mangsa diikuti dengan tingginya perjumpaan harimau namun tingkat perjumpaan
harimau dipengaruhi tingkat perjumpaan mangsa karena di sisa kamera lainnya tingginya tingkat perjumpaan mangsa tidak diikuti dengan perjumpaan harimau.
Berdasarkan interpolasi nilai tingkat perjumpaan harimau sumatera dan interpolasi nilai tingkat perjumpaan mangsanya dapat dilakukan overlay untuk mendapatkan
gambaran hubungan tingkat perjumpaan harimau dan mangsanya. Gambar 28 menyajikan peta overlay interpolasi tingkat perjumpaan harimau dan satwa
mangsa.
Gambar 27 Peta overlay interpolasi tingkat perjumpaan harimau dan mangsa. Pada peta terlihat nilai tingkat perjumpaan satwa mangsa yang tinggi pada kamera
RC_02 dan RC_07 tumpang tindih dengan tingkat perjumpann harimau yang juga tinggi pada kamera tersebut. Namun demikian tumpang tindih ini hanya terjadi
pada kamera tersebut dan tidak terjadi pada kamera lainya. Untuk membuktikan hubungan antara tingkat perjumpaan satwa mangsa dan harimau dilakuan uji
regresi logistik menggunakan program SPSS 19.0. Hasil uji regresi logistik dengan n=20 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji regresi logistik tingkat perjumpaan harimau sumatera dan satwa mangsa
95 Confidence Interval for ExpB
ER_Harimau B
Std. Error Wald df Sig.
ExpB Lower
Bound Upper
Bound Intercept
0.198 3.243 0.004 1
0.951 ER_Mangsa
0.016 0.056 0.082 1
0.775 1.016 0.911
1.133 a. The reference category is: 2.47.
Hasil uji regresi logistik tingkat perjumpaan harimau dan mangsa pada Tabel 8 menunjukan kesimpulan yang sama yaitu tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat perjumpaan harimau dengan tingkat perjumpaan mangsanya atau sebaliknya. Dengan nilai signifikan P Sig. 0.775 menunjukan
tidak adanya hubungan siknifikan antara tingkat perjumpaan harimau dan mangsa karena jika nilai signifikan P 0.05 maka menunjukan hubungan yang tidak
signifikan antara dua variabel yang dihubungkan. Artinya tingkat perjumpaan harimau sumatera tidak dipengaruhi oleh tingkat perjumpaan satwa mangsanya
demikian juga sebalikanya.
5.1.4. Pola Aktivitas Harian Harimau dan Mangsanya