Populasi Harimau Sumatera dan Mangsanya

5.1.6. Populasi Harimau Sumatera dan Mangsanya

5.1.6.1. Populasi Harimau Sumatera

Populasi harimau dapat diduga melalui analisis terhadap foto-foto harimau yang diperoleh melalui perangkap kamera. Jumlah individu teridentifikasi yang diperoleh merupakan populasi minimum harimau pada kawasan tersebut. Selain itu berdasarkan perjumpaannya dengan menggunakan proggram CAPTURE juga dapat dihitung dugaan populasi absolutnya. Rekapitulasi harimau tertangkap perangkap kamera disajikan pada Tebel 15. Tabel 15 Individu harimau sumatera tertangkap kamera Individu Jenis kelamin Perkiraan umur Lokasi temuan Agam Jantan dewasa RC 02 Krueng Pisang Ineung 1 Betina dewasa RC 02 Krueng Pisang Ineung 2 Betina dewasa RC 07 Senong ba’kiet, krueng ble Ineung 3 Betina dewasa RC 03 Alu Ikuloe Idaek Ineung 4 Betina dewasa RC 11 Puncak Alu Gajah Indram Total keseluruhan foto harimau yang tertangkap perangkap kamera adalah 14 sekuen foto. Dari 14 sekuen foto tersebut dinyatakan terdapat 6 sekuen foto independen dan dinyatakan terdapat 5 individu hariamau. Berdasarkan sekuen foto yang berhasil teridentifikasi dapat dinyatakan bahwa populasi minimum harimau sumatera pada kawsan penelitian adalah 5 ekor. Keseluruhan harimau yang terfoto hidup secara soliter dimana tidak diperoleh foto individu yang berpasangan atau dengan anaknya. Dari lima individu tersebut empat individu dinyatakan sebagai individu betina dewasa dan satu individu merupakan individu jantan dewasa. Pada hasil perangkap kamera tidak ditemukan individu berusia anakan atau remaja. Dengan demikian dari foto harimau yang berhasil diidentifikasi tersebut diketahui bahwa perbandingan sex ratio harimau antara jantan dan betina pada kawasan ini adalah 1:4 dengan struktur umur 100 dewasa. Selain itu juga terdapat satu sekuen foto yang tidak bisa diidentifikasi apakah merupkan recapture dari individu yang ada atau sebagai individu baru, karena foto yang terakam tidak dapat dijadikan acuan untuk menunjukan perbedaan atau persamaan dngan individu yang telah terlebih dahulu di identifikasi. Foto ini diperoleh karena harimau tersebut bergerak terlalu dekat dengan posisi lensa kamera sehingga sulit dilakukan identifikasi pada harimau tersebut. Harimau yang berhasil diidentifikasi diberi nama sebagai pengenal dan mempermudah dalam penyebutan harimau sumetera tersebut Lima individu yang berhasil tertangkap kamera tersebut dapat dilihat pada Gambar 39. a b c d e Gambar 39. Harimau tertangkap kamera a Agam b Ineung 1 c Ineung 2 d Ineung 3 e Ineung 4. Untuk mendapatkan dugaan kepadatan harimau pada keseluruhan kawasan maka dilakukan analisis foto independen perangkap kamera menggunakan program CAPTURE. Hasil analisis data menggunakan program tersebut disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Populasi harimau sumatera berdasarkan Analisi CAPTURE Item Nilai Efektif Traping kamera 192.67 km 2 Tes Closure 0.17 Kriteria seleksi M h Jumlah individu 5 Rata-rata P -hat 0.17 Peluang Capture M t+1N 0.75 Populasi N dan Standar Error 6 2.45 Populasi CI 95 4 -15 Nilai p dari hasil analisis CAPTURE adalah asumsi populasi tertutup closed population pada lokasi penelitian dapat diterima, hal ini mengacu pada penelitian Karant 1995 yang mengungkapkan jika nilai P0,005 maka asumsi populasi tertutup dapat diterima. Asumsi populasi tertutup adalah selama periode pemasangan perangkap kamera tidak ada penambahan dan atau pengurangan populasi baik melaui kelahiran, kematian atupun migrasi.

5.1.6.2. Populasi Mangsa

Terdapat dua jenis satwa mangsa harimau yang dapat dihitung populasinya yaitu rusa sambar dan kijang. Parameter yang dapat diketahui berdasarkan perangkap kamera adalah kepadatan dan sex rasio. Rekapitulasi dugaan kepadatan populasi rusa dan kijang disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Kepadatan rusa sambar dan kijang Kepadatan ekor 100 Km 2 Jenis satwa Blang Raweu Krueng Gooha Rata-rata Sex Rasio Rusa sambar 56.09 56 39.39 39 58.96 59 1:5.11 1:5 Kijang 31.33 31 37.34 37 74.57 75 1:1.11 1:1 Nilai rata merupakan rataan dari keseluruhan pemasangan kamera bukan rataan dari dua lokasi tersebut. Dari empat kelompok pemasangan perangkap kamera, rusa dan kijang hanya dapat dihitung dugaan kepadatan populasinya pada dua kelompok pemasangan yaitu kelompok pemasangan Blang Raweu dan kelompok pemasangan Krueng Gooha. Meskipun perhitungan kepadatan keseluruhan menunjukan kepadatan rusa lebih rendah daripada kepadatan kijang namun kijang tidak ditemukan satu individu pun pada kawasan padang rumput Blang Raweu sedangkan rusa ditemukan hampir di semua lokasi pemasangan kamera. Berdasarkan analisis jenis kelamin pada rusa sambar dan kijang perbandingan kelamin sex rasio antara jantan dan betina memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Sex rasio rusa sambar antara jantan dan betina adalah 1:5 1:5.11 sedangkan sex rasio kijang adalah 1:1 1:1.11.

5.1.7. Potensi Gangguan Terhadap Kawasan