memburu satwa berbadan besar kijang ±40 KG, rusa ±200KG akan memberikan efesiensi energi pada harimau tersebut karena tidak harus berburu setiap hari.
Aktivitas satwa mangsa potensial harimau yang meningkat aktivitasnya pada selang waktu yang sama dengan peningkatan aktivitas harimau dan dua
mangsa utamanya memberikan kemudahan bagi harimau untuk memburu mereka. Harimau yang bersifat oportunis tidak akan melewatkan peluang mendapatkan
mangsanya meskipun mangsa tersebut juga merupakan pemangsa. Sifat oportunis harimau ini terlihat dari analisis kotoran yang menunjukan bahwa kotoran tersebut
merupakan kotoran harimau yang memakan jenis kucing-kucingan. Jenis kucing tersebut diidentifikasi berdasarkan bentuk kuku yang masih tersisa serta adanya
bantalan seperti telapak kaki kucing yang masih menempel dengan kuku tersebut.
5.2.5. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Distribusi Harimau
Sumatera dan Mangsanya 5.2.5.1.
Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan Tipe Tutupan Lahnnya
Berdasarkan tipe tutupan lahannya harimau sumatera tersebar cukup merata pada tipe tutupan hutan primer dan padang rumput jika ditinjau dari
temuan tanda keberadaannya di lapangan, namun sangat sulit ditemukan pada kawasan hutan sekunder. Berbeda halnya dengan harimau satwa mangsanya
tersebar relatif merata pada berbagai tipe tutupan lahan namun berbeda dari segi jenis yang menempati setiap tipe tutupan lahannya.
Tutupan lahan bagi harimau sumatera erat kaitannya dengan fungsi perlindungan cover dari sinar matahari yang didapatkan dari lahan tersebut.
McDougal 1979 mengemukakan bahwa harimau merupakan satwa yang tidak tahan terhadap sinar matahari. Hutan primer mampu memberikan perlindungan
bagi harimau dari matahari. Struktur vegetasi hutan merupakan salah satu perlindungan yang peranannya dapat dibedakan atas tempat persembunyian
hiding cover dan tempat penyesuaian terhadap perubahan suhutemperatur udara thermal cover lingkungannya Lestari 2006.
Pada padang rumput meskipun terbuka namun masih bisa dijadikan tempat perlindungan bagi harimau. Lestari 2006 mengemukakan bahwa di Taman
Nasional Way Kambas harimau biasa memanfaatkan alang-alang sebagai tempat
perlindungannya. Harimau menjadikan alang-alang sebagai perlindungan dari sengatan matahari dengan cara merebahkan dirinya. Alang-alang yang dapat
dijadikan perlindungan bagi harimau adalah alang-alang yang tingginya lebih tinggi dari tinggi harimau tersebut. Pada padang rumput Blang Raweu di beberapa
bagiannya memiliki rumput yang tingginya bahkan lebih tinggi dari tinggi manusia sehingga pada bagian padang rumput seperti inilah yang dimanfaatkan
harimau sebagai tempat perlindungan. Bagi banyak mangsa harimau, tutupan lahan erat hubungannya dengan
ketersediaan pakan. Padang rumput merupakan tempat paling ideal bagi rusa sambar karena mampu memeberikan pakan yang cukup melimpah bagi satwa
dengan tipe pemakan rumput tersebut. Pada hutan primer maupun hutan sekunder rusa sambar akan membutuhkan energi lebih banyak dalam menemukan pakannya
karena keanekaragaman jenis tanaman yang tinggi yang hanya sebagian kecil saja yang merupakan pakannya. Berbeda dengan rusa, kijang merupakan satwa
mangsa harimau bertipe browser atau menyukai tunas-tunas tanaman sebagai makannya Endri 2007. Kijang ditemukan terdistribusi merata di semua kawasan
penelitian kecuali pada padang rumput. Luasnya distribusi atau sebaran kijang pada lokasi penelitian dapat diasumsikan bahwa kijang merupakan satwa mangsa
utama harimau pada kawasan hutan primer dan hutan sekunder. Babi yang juga merupakan mangsa utama harimau memiliki distribusi
yang lebih sempit berdasarkan tipe tutupan lahan lokasi penelitian. Babi jenggot lebih banyak dijumpai pada kawasan hutan yang berbatasan langsung dengan
kawasan perladangan. Babi jenggot lebih menyukai kawasan tersebut diduga karena sifat tolerannya terhadap perubahan dan gangguan serta ketersedian pakan
yang melimpah di sekitar kawasan tersebut yang paling banyak terdapat pada ladang penduduk sehingga babi sering merupakan hama bagi penduduk.
5.2.5.2. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan Tipe
Hutan Menurut Ketinggiannya
Hutan sebagai perlindungan yang disukai harimau juga dipengaruhi oleh ketinggian. Ketinggian hutan mempengaruhi harimau karena perbedaan
ketinggian akan memberikan perbedaan tutupan tajuk hutan yang dijadikan cover bagi harimau dari sinar matahari. Borner 1978 dalam Santiapillai dan Ramono
1985 mengemukakan bahwa harimau sumatera dapat dijumpai sampai ketinggian lebih dari 2000 mdpl. Pernyataan tersebut dapat dijadikan salah satu
alasan mengapa distribusi tanda-tanda keberadaan harimau sumatera tersebar merata pada kawasan penelitian yang ketingginya berkisar antara 400-1700 mdpl.
Menurut Setijati et al.,1992 harimau sumatera dapat ditemukan pada berbagai tipe hutan mulai dari hutan dataran rendah sampai dataran tinggi, meliputi dataran
pantai, berawa payau dengan vegetasi primer sekunder, padang rumput sampai lahan perkebunan dan lahan pertanian masyarakat.
Kawasan penelitian yang didominasi oleh hutan pegunungan mengakibatkan pada hutan ini distribusi harimau dan mangsanya terlihat sangat
tinggi bila dibandingkan dengan tipe hutan lainnya. Hal ini tidak dapat dijadikan alasan bahwa distribusi harimau pada tipe habitat lainnya tidak tersebar merata
karena pemasangan kamera dan jalur pengamatan yang tidak cukup mewakili keseluruhan tipe hutan berdasarkan ketinggiannya. Namun demikian tingginya
perjumpaan tanda-tanda keberadaan harimau pada hutan perbukitan disebabkan oleh kerapatan tajuk hutan pegunungan yang relatif rapat menyebabkan lantai
hutan menjadi sejuk dan teduh karena sinar matahari terhalang masuk Marlan 2009. Kondisi lantai hutan yang sejuk dan teduh merupakan kondisi ideal yang
disukai oleh harimau. Selain disukai oleh harimau kondisi hutan pegunungan juga memberikan kebutuhan akan pakan bagi mangsa harimau serat memberikan
perlidungan dna persembunyian bagi mangsa harimau tersebut
5.2.5.3. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan Tingkat
Kemiringan
Berdasarkan kelas kemiringan lahannya harimau sumatera dan mangsanya terdistribusi merata pada semua kelas kemiringan lahan pada lokasi penelitian
mulai dari datar sampai curam. Dengan distribusi yang merata tersebut menandakan pada kawasan hutan Blang Raweu dan sekitarnya faktor kemiringan
lahan tidak berpengaruh terhadap distribusi harimau maupun mangsanya. Meratanya distribusi harimau dan mangsanya terutama mangsa yang bersifat
terestrial diduga karena jalur-jalur yang dijadikan survey dan lokasi pemasangan perangkap kamera justru memiliki tingkat kemiringan yang tergolong landai
meskipun berdasarkan analisis terhadap peta kemiringan kawasan yang sama
menunjukan kelas kemiringan yang sedang bahkan curam. Jalur-jalur yang menjadi pilihan bagi harimau dan mangsanya dalam beraktivitas merupakan jalur-
jalur yang secara alami dibuat oleh gajah sumatera yang melakukan perjalanan secara periodik. Gajah sumatera berdasarkan pengamatan lapangan terlihat
berjalan dalam kecepatan yang lambat dan cenderung memilih atau membuat jalur baru yang memberikan kemudahan baginya dalam melakukan perjalanan. Dengan
massa dan ukuran tubuh yang besar serta langkah yang pendek dalam pergerakan normalnya gajah sumatera akan selalu meninggalkan jalur perlintasannya dalam
keadaan seperti jalur baru yang lebar dan mudah dilalui oleh satwa lainnya. Gajah sumatera memiliki kecenderungan berjalan mengikuti garis kontur
atau sejajar garis kontur dan sangat jarang dijumpai jalur yang langsung memotong kontur sehingga meskipun berdasarkan peta kemiringan lahan kawasan
tersebut memiliki kemiringan yang sedang sampai curam tapi jalur yang dibuat dan dilalui gajah sumatera tersebut pada sebagian besar jalurnya justru memiliki
kemiringan yang datar dan landai. Jalur-jalur seperti inilah yang dijadikan oleh satwa lainnya termasuk harimau sumatera sebagi jalur perlintasannya.
Pemanfaatan jalur-jalur gajah tersebut oleh harimau sumatera dan mangsanya terlihat dari banyaknya jejak telapak kaki harimau dan mangsanya yang
ditemukan pada jalur tersebut.
5.2.5.4. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan Letak
Padang Rumput
Lokasi penelitian yang berada pada radius 15 km dari padang rumput menunjukan bahwa padang rumput tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi
mangsa harimau sumatera hal ini dapat dilihat dari tetap tingginya tingkat perjumpaan mangsa harimau meskipun berada jauh dari padang rumput. Berbeda
dengan mangsanya tersebut harimau sumatera justru memperlihatkan adanya pengaruh padang rumput yang cukup signifikan terhadap keberadaan dan tingkat
perjumpaannya. Pengaruh padang rumput terhadap keberadaan dan tingkat perjumpaan
harimau diduga terkait dengan keberadaan rusa sambar yang cukup melimpah di padang rumput yang merupakan mangsa utamanya. Pada padang rumput juga
memberikan kemudahan bagi harimau dalam mengintai dan berburu mangsanya.
Pada padang rumput harimau dapat tersamarkan oleh rumput yang berwarna kuning kecoklatan sehingga dapat mengaburkan pandangan mangsanya terhadap
keberadaan harimau tersebut. Selain faktor tersebut faktor keberadan salt lick yang juga berada dalam kawasan padang rumput diduga merupakan faktor paling
berpengaruh karena salt lick yang ada merupakan lokasi yang dikunjungi secara berkala oleh mangsa harimau terutama rusa sambar. dengan keberadaan salt lick
dan keuntungan yang didapat harimau dari padang rumput menjadikan kawasan tersebut sebagai tepat paling ideal bagi harimau dalam berburu mangsanya.
5.2.5.5. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan Letak
Sungai
Harimau memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap air karena harimau memiliki mobilitas yang tinggi dalam aktivitas hariannya sehingga harimau
memiliki kadar metabolisme dan suhu tubuh yang tinggi Yong, 2005. Menurut Sunquist 1981 Harimau sumatera menyukai habitat yang dekat dengan sungai
atau pinggiran sungai riverine habitat. Meskipun demikian harimau juga bisa ditemukan pada habitat-habitat yang jauh dari sungai.
Sebaran mangsa yang juga berada di sekitar sungai juga menunjukan ketergantungan mangsa dengan air. Dengan demikian selain karena faktor
harimau yang suka air juga terdapat faktor keberadaan mangsa yang juga menyukai habitat sekitar perairan atau sungai. Hutajulu 2007 mengemukakan
sungai sebagai tempat berkumpulnya satwa kemungkinan berhubungan dengan proses pemangsaan mangsa oleh harimau sumatera. Pada padang rumput terutama
saat suhu udara tinggi harimau juga akan cenderung mendekati sungai dalam melakukan aktivitasnya di siang hari hal ini berguna untuk memudahkan
mendapatkan air saat harimau membutuhkannya untuk mendinginkan suhu tubuhnya atau untuk menghindari dehidrasi. Menurut Hutajulu 2007 saat suhu
harian mencapai 33 C memungkinkan bagi harimau untuk menurunkan suhu
tubuhnya dengan berendam di sungai. Pada beberapa pemetaan perjumpaan terdapat tanda-tanda keberadaan
harimau dan mangsa berada jauh dari sungai. Data tersebut ternyata tidak sepenuhnya benar karena berdasarkan fakta lapangan pada kawasan tersebut
ternyata juga terdapat aliran sungai kecil yang mengalir sepanjang tahun namun
tidak terpetakan dengan baik. Demikian juga halnya di padang rumput banyak terdapat aliran air kecil yang banyak digunakan oleh harimau dan mangsanya
sebagai tempat minum yang ditandai dengan dijumpainya jejak harimau dan mangsa disekitar aliran tersebut. Ketersedian air pada suatu habitat secara
langsung dipengaruhi oleh iklim lokal Alikodra, 2002. Pada saat musim kemarau sumber air yang bersifat temporal tidak mampu menyediakan air yang
cukup bagi harimau dan mangsanya sehingga harimau dan mangsanya cenderung memanfaatkan air yang tersedia sepanjang tahun pada sungai-sungai besar untuk
memenuhi kebutuhannya.
5.2.5.6. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan Letak
Pemukiman dan Aktivitas Manusia
Pemukiman dan aktivitas manusia di kawasan dan sekitar kawasan penelitian identik dengan adanya gangguan terhadap harimau sumatera dan
mangsanya bahkan terhadap habitatnya. Secraa umum harimau sumatera ditemukan semakin menjauhi pemukiman maka semakin tinggi perjumpaannya.
Berbeda halnya dengan harimau, mangsanya justru tersebar merata pada semua selang jarak dari pemukiman namun memiliki komposisi jenis yang berbeda-beda.
Pada kawasan yang dekat dengan pemukiman mangsa utama harimau yang seing dijumpai dan tinggi perjumpaannya adalah babi jenggot semakin menjauhi
pemukiman komposisi akan mengalami perubahan dimana rusa dan kijang akan tinggi perjumpaannya bila dibandingkan dengan babi hutan.
Meskipun berdasarkan data lapangan harimau memiliki kecenderungan menjauhi pemukiman namun berdasarkan informasi masyarakat harimau sumatera
sering dijumpai memasuki kawasan pemukiman terutama perladangan. Harimau di perladangan masyarakat sering terlihat dalam aktivitas merawat anaknya.
Selain itu harimau juga memasuki perkebunan durian masyarakat saat musim durian berlangsung. Hampir semua masyarakat yang memberikan informasi
keberadaan harimau mengungkapkan bahwa harimau saat memasuki perkebunan durian ketika musim durian karena harimau menyukai buah durian untuk
dimakannya.
5.2.5.7. Hubungan Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya
Pada dasarnya harimau dapat hidup pada berbagai jenis tipe habitat. Menurut McDonald 1984 harimau merupakan jenis satwa yang mudah
beradaptasi pada berbagi tipe habitat yang bervariasi. Bahkan menurut Endri 2006 harimau dapat hidup dan berkembang biak dengan baik pada kawasan
hutan yang berada relatif dekat dengan manusia atau pemukiman selama masih tersedia cukup mangsa untuk menunjang kebutuhannya. Ada tiga komponen
utama yang menyusun kebutuhan harimau yaitu ketersediaan air, mangsa yang cukup banyak dan perlindungan cover. Tidak pada semua wilayah ketiga
komponen tersebut dapat tercukupi sehingga harimau cenderung bergerak dan menjelajah untuk mencukupi kebutuhannya tersebut. Pergerakan harimau mencari
mangsanya diikuti juga oleh pergerakan mangsanya menghindari harimau. Distribusi harimau sumatera sangat dipengaruhi oleh distribusi satwa
mangsanya. Tipe tutupan lahan yang mempengaruhi distribusi satwa mangsa harimau terutama rusa dan kijang secara tidak langsung juga mempengaruhi
distribusi harimau sumatera dan hewan yang dimangsanya. Pada kawasan padang rumput Blang Raweu harimau sumatera akan memilih rusa sebagai mangsa
utamanya karena kepadatan rusa yang tinggi serta adanya pusat aktivitas rusa berupa salt lick yang memberi kemudahan bagi harimau dalam menentukan
daerah perburuan. Pada padang rumput harimau sumatera relatif tidak memiliki mangsa cadangan selain rusa sehingga pada kondisi dimana rusa tidak ditemukan
pada padang rumput atau berada di hutan, harimau akan memiliki pilihan lain dalam mencari mangsanya.
Pada kawasan hutan terdapat tiga mangsa utama yang dapat dimakan harimau yaitu rusa, kijang dan babi. Namun berdasarkan sebarannya yang lebih
merata rusa dan kijang merupakan pilihan utama bagi harimau sedangkan babi merupakan pilihan utama jika harimau berada pada kawasan yang dekat dengan
pemukiman karena pada kawsan ini babi sangat mendominasi. Menurut Seidensticker et al., 1999 harimau sumatera pada ketinggian lebih dari 600 mdpl
akan cenderung memangsa kijang dan kadang-kadang kambing hutan. Dengan demikian pada kawasan hutan, harimau memiliki kecendrungan lebih memilih
kijang sebagai mangsa utamanya. Tingginya perjumpaan dan ratanya distribusi kijang dapat mendukung kelanjutan populasi harimau, sesuai dengan pernyataan
Seidenticker et al., 1999 yang menyatakan bahwa populasi kijang yang seimbang dapat mendukung populasi harimau secara berkelanjutan.
Berdasarkan tingkat perjumpaan satwa menggunakan perangkap kamera jenis satwa yang mungkin menjadi pilihan jika harimau mendapat kesulitan
memperolah maka jenis satwa yang dapat dijadikan pilihan sebagai mangsa cadangan adalah beruk dan landak karena memiliki sebaran yang merata.
Tingginya perjumpaan beruk dan landak dapat mengindikasikan bahwa kedua satwa tersebut dapat merupakan satwa mangsa utama harimau. Hasil penelitian di
TN gunung Leuser menunjukan bahwa landak merupakan salah satu satwa mngsa utama harimau Griffith, 1997 dalam Seidenticker et al., 1999.
Dari survey lapangan ditemukan tulang belulang rusa yang kuat dugaan merupakan bekas pemangsaan oleh harimau sumatera. Rusa tersebut mati diduga
dibunuh oleh harimau sumatera berdasarkan tulang-belulang yang berserakan dan berbeda dekat sungai yang agak tersembunyi dari jalur. Di sekitar tulang belulang
tersebut juga ditemukan jejak harimau sumatera. Kuat dugaan lokasi tersebut merupakan teritori harimau sumatera. Harimau sumatera setelah membunuh
mangsanya cenderung menyeret mangsanya ke pinggir sungai atau sumber air dan memakannya di sana.
5.2.6. Populasi Harimau Sumatera dan Mangsanya