15 b. Studi Karakteristik Ekologi Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929 Berdasarkan Camera Trap di Lansekap Tesso Nilo-Bukit Tiga Puluh, Riau oleh Hutajulu 2007. Studi karakteristik harimau dilakukan
berdasarkan overlay pemasangan perangkap kamera terhadap faktor ketinggian, letak sungai, aktivitas manusia dan ketersedian satwa mangsa.
Hasil penelitian menunjukan penyebaran harimau dipengaruhi oleh faktor- faktor tersebut.
c. Kepadatan dan Tingkat Perjumpaan Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929 Ipuh Seblat Taman Nasional Kerinci Seblat oleh Agus Riansyah 2007. Penelitian ini memanfaatkan SIG untuk melakukan
interpolasi dan overlay tingkat perjumpaan harimau dan mangsanya. Berdasarkan hasil interpolasi dan overlay keduanya diketahui pada titik
kamera tertentu tingkat perjumpaan harimau yang tinggi diikuti oleh tingkat perjumpaan mangsa yang tinggi pula atau sebaliknya namun tidak pada
kamera lainnya dimana tingkat perjumpaan mangsa tetap tinggi meskipun tingkat perjumpaan harimau rendah.
2.4. Penginderaan Jauh Remote Sensing
2.4.1. Definisi
Penginderaan jauh merupakan seni dan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan data suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh tanpa melakukan kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena tersebut Lillesand Kiefer 1990. Komponen dasar sistem penginderaan jauh
ditujukan oleh sumber tenaga yang seragam, atmosfer yang tidak mengganggu, kesempurnaan sensor, interaksi antara benda dengan tenaga yang digunakan,
sistem pengolahan data tepat waktu, dan berbagai penggunaan data. Dalam penerapannya teknik penginderaan jauh menghasilkan beberapa data
yang disebut citra dan selanjutnya diproses serta diinterpretasikan untuk mendapatkan data yang bermanfaat dalam aplikasi dalam bidang-bidang tertentu
yang diinginkan. Keberhasilan penggunaan sistem penginderaan jauh meningkat berarti dengan mengunakan pendekatan multi pandang mutiple view dalam
pengumpulan datanya. Metode ini meliputi penginderaan multi tingkat multi
16 stage
, multi spektral multi spectral, dan multi waktu multi temporal. Penginderaan multi tingkat merupakan pengumpulan data suatu daerah kajian
dikumpulkan dari berbegai tingkat ketinggian. Penginderaan multi spectral merupakan pengumpulan data melalui beberapa saluran secara bersama-sama,
sedangkan penginderaan multi waktu merupakan pengumpulan data yang dilakukan pada lebih dari satu waktu pemotretan Lillesand Kiefer 1990.
2.4.2. Citra Landsat
Salah satu alat yang umum digunakan untuk memperoleh citra penginderaan jauh adalah Satelit Landsat. Citra landsat cocok digunakan untuk
menduga cakupan lahan dan penggunaannya. Satelit landsat merupakan salah satu sensor yang memiliki thematic mapper TM spasial 30x30 meter dengan
karakteristik seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik spectral landsat thematic mapper
Band Panjang
gelombang Potensi pemanfaatan
1 0,45 - 0,52 a. Penetrasi badan air, sehingga bermanfaat untuk pemetaan perairan
pantai. b. Pembedan antara tanah dan vegetasi
c. Pembedaan antara tumbuhan berdaun lebar dan berdaun jarum 2
0,52-0,60 Mengukur puncak pantulan hijau saluran tampak bagi vegetasi untuk penilaian ketahanan
3 0,63-0,69 Saluran absorbsi klorofil untuk diskriminasi vegetasi
4 0,76-0,90 Menentukan
kandungan biomassa dan deliniasi tubuh air
5 1,55-1,75 Menunjukan
kandungan kelembaban vegetasi dan tanah serta untuk
membedakan salju dan awan 6
2,08-2,35 Saluran infra merah termal untuk perekaman vegetasi, diskriminasi kelembaban tanah dan pemetaan termal
7 10,45-12,50 Saluran yang diseleksi karena memiliki potensi membedakan tipe
batuan untuk pemetaan hydrotermal Sumber
: Lo 1995
2.4.3. Penggunaan Citera Landsat ETM pada SIG