4.2. Peralatan yang Digunkan
Peralatan yang digunakan adalah perangkap kamera tipe Reconyx dan DLC, GPS, Kompas, Baterai, kamera digital, peta kerja, alkohol 70, pengukur
waktu, meteran dan alat tulis. Objek penelitian adalah harimau sumatera dan mangsanya serta habitatnya. Untuk memebantu analisis data digunkan komputer
yang dilengkapai dengan program Microsoft Excel 2007, Adobe Photoshop CS3, CAPTURE, Erdas Imagine 9.1, Arc GIS 9.3, dan SPSS 19. Peralatan perangkap
kamera dan GPS yang digunakan disajikan pada Gambar 4.
a b
c Gambar 4 Peralatan lapangan a Kamera reconix, b Kamera DLC dan c GPS.
4.3. Jenis Data Yang Dikumpulkan
Jenis data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang akan dikumpulkan merupakan data spasial berupa Citra Landsat
ETM Enhanced Thematic Mapper 7 tahun 2000, Peta Rupa Bumi Propinsi Aceh skala 1: 50.000 tahun 1977, Peta RSTM Shuttle Radar Topography
Mission keberadaan dan tingkat perjumpaan harimau dan satwa mangsa, serta
jumlah individu harimau dan satwa mangsa terdeteksi perangkap kamera. Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi kondisi harimau sumatera
dan habitatnya pada waktu sebelum penelitian, gangguan yang terjadi dan potensial terjadi, interaksi antara harimau sumatera dengan masyarakat, serta
kondisi penduduk di sekitar Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Data sekunder dikumpulkan melalui buku, jurnal, internet dan sumber
lainnya serta pencarian informasi dengan wawancara informal pada masyarakat dan pihak-pihak yang berhubungan dengan Kawasan Ekosistem Ulu Masen dan
harimau serta habitatnya seperti manajemen Kewasan Ekosistem Ulu Masen, Ranger, masyarakat dan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat serta lembaga
lainya yang menjalin kerjasama dengan Ulu Masen dan Propinsi Aceh.
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Metode Perangkap Kamera
Perangkap kamera camera trap merupakan alat yang yang baik dan efektif digunakan dalam pendugaan populasi satwaliar serta penentuan penyebarannya
terutama jenis mamalia besar yang hidup diatas tanah terestrial Karanth Nichols 2002. Pemasangan perangkap kamera dilakukan dengan terlebih dahulu
menentukan titik secara acak pada grid yang telah dibagi sesuai dengan peta kerja. Grid survey yang dipakai merupakan grid yang telah dibagi oleh FFI Fauna
Flora International-Aceh Programe untuk melakukan metode Ocalpancy present-absen terhadap harimau sumatera dan mamalia besar di Propinsi Aceh.
FFI membagi kawasan Ulu Masen menjadi 52 Grid Cell, dengan luas areal 17×17 km
2
per Grid Cell. Penentuan luas areal tersebut berdasarkan penelitian yang menyebutkan jarak jelajah harimau jantan dewasa mencapai 250 km
2.
Artinya areal satu grid cell 17×17 km setara dengan 289 km
2
telah memenuhi jarak jelajah harimau sumatera. Untuk pemasangan perangkap kamera grid yang digunakan
adalah grid dengan kode N33W39 dan N33W40. Setiap grid dibagi menjadi 30 grid kecil dengan pembagian 6 sejajar garis bujur dan 5 sejajar garis lintang atau
setiap grid kecil berukuran 2,83 x 3,4 km. Pemasangan kamera dilkukan dengan asumsi titik dimanapun dalam setiap grid kecil mewakili keseluruhan kawasan
pada grid tersebut. Pemasangan lapangan perangkap kamera dilakukan pada tiang dan atau
pohon pada titik yang ditetapkan. Pada padang rumput pemasangan perangkpa kamera dilakukan dengan membawa pancang dari hutan sekitar padang rumput.
Kamera dipasang pada ketinggin 30-60 cm dari permukaan jalur yang dilintasi satwa. Jatak tiang pemasangan perangkap kamera dari jalur adalah 1,5-3 m. Selain
itu diusahakan sedapat mungkin kamera tidak mmenghadap langsung ke arah matahari karena dapat menyebabkan kamera mengambil gambar secara terus
menerus saat matahari bersinar terik. Gambar 5 menyajikan posisi pemasangan perangkap kamera
Gambar 5 Posisi pemasangan perangkap kamera.
4.4.2. Survey Lapangan Menggunakan Metode Jalur
Survey keberadaan harimau dan mangsanya dengan menggunkan metode jalur dilakukan pada semua jalur pemasangan perangkap kamera yaitu pada jalur
Blang Raweu dan Krueng Gooha. Metode yang digunakan untuk menandakan titik-titik keberadaan harimau sumatera dan mangsanya adalah dengan melakukan
pencatatan setiap perjumpaan langsung direct encounter dan perjumpaan tidak langsung indirect encounter keberadaan harimau sumatera dan mangsanya pada
semua jalur pemasangan perangkap kamera yang dilakukan. Jenis keberadaan harimau yang dicatat adalah perjumpaan langsung, jejak kaki, cakaran, kotoran,
sisa makanan serta jejak lainya yang dapat menunjukan keberadaan harimau sedangkan keberadaan mangsa harimau yang dilakukan pencatatan berupa
perjumpaan langsung, kotoran, pusat-pusat kegiatan mangsa yang dapat menunjukan keberadaan mangsa harimau sumatera.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pendugaan Populasi Harimau Sumatera
Foto-foto hasil perangkap kamera dipisahkan antara satwa mangsa dan harimau sumatera. Foto-foto harimau sumatera dipisahkan berdasarkan pola
loreng McDougal 1979, , Franklin et al. 1999, jenis kelamin, ciri-ciri yang berbeda seperti morfologis dan berdasarkan dimensi badan yang mendasar.
Kemudian dikembangkan database referensi foto-foto harimau yang bermutu,
sehingga terlihat gambar harimau yang telah diidentifikasi dari arah kanan dan kiri, dan mungkin juga dari arah depan dan belakang serta penunjuk waktu.
Setelah kumpulan referensi ini dibuat maka semua foto individu harimau dapat diklasifikasikan secara tepat Franklin et al. 1999 dengan menggunakan program
Adobe Photoshop CS3. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program CAPTURE dan Arc View 3.3. jumlah individu teridentifikasi merupakan
populasi minimum harimau sumatera pada kawasan penelitian. Penghitungan kepadatan populasi harimau dilakukan berdasarkan luas
efektif area sampling. Luas efektif area sampling diperoleh dengan menghubungkan titik koordinat kamera terluar hingga membentuk poligon A
kemudian ditambahkan dengan lebar garis batas W Karanth Nichols 1998 yang didapatkan dari Vi Mean Maximum Distance Move ViMMDV Karanth
Nichols 1998, Karanth Nichols 19982000 yaitu dengan menghitung rataan jarak perpindahan maksimum setiap individu harimau yang tertangkap kamera
lebih dari sekali dan pada dua lokasi berbeda Linkie, 2005.
m d
d
m i
i
∑ =
=1
dan
2 d
w =
Dalam hal ini w = lebar garis batas, m = Jumlah recapture Individu, d= rata-rata jarak individu recapture, di = Jarak dari tiap individu recapture ke-i.
Karena tidak ada harimau yang tertangkap dua kali pada dua lokasi kamera berbeda maka luasan sampling area dihitung luasan grid kecil yang terpasang
kamera. Luas sampling area diperoleh dengan mengalikan jumlah grid kamera terpasang dengan luas satu grid. Luasan ini dijadikan landasan karena asumsi
pemasangan perangkap kamera pada setiap gridnya dianggap mewakili keseluruhan luasan grid yang bersangkutan.
Selain penghitungan kepadatan relatif juga dilakukan penghitungan kepadatan absolut harimau sumatera untuk setiap 100 km
2
. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data jumlah individu yang telah diidentifikasi melalui data
foto kamera Trap. Selanjutnya data hasil identifikasi foto dianalisis mengunkan metode capture recapture untuk memperkirakan populasi N-hat. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa populasi tertutup closure test dan menggunakan model analisis Mh untuk heterogenetik dari harimau Karanth Nicholas, 2002 melalui
Program CAPTURE Rexstad Burnham 1991. Asumsi menggunakan capture- recapture
model M
h
dimana populasi yang diambil sampelnya adalah sampel tertutup secara demografi, yakni diasumsikan tidak ada kelahiran, kematian,
imigrasi, maupun emigrasi selama survey dilakukan. Kepadatan absolut harimau dihitung dengan menggunakan persamaan:
w A
N D
=
Dalam hal ini D = estimasi kepadatan harimau, N = jumlah individu yang telah teridentifikasi dan Aw = efektivitas sampling area.
4.5.2. Pendugaan Populasi
Mangsa
Dengan menggunakan data kecepatan berjalan satwa yang diperoleh berdasarkan hasil perangkap kamera maka digunkan metode yang dipekenalkan
oleh Hutchinson Waser 2007. Kecepatan berjalan yang dihitung adalah satwa jenis ungulata dalam hal ini adalah rusa dan kijang. Kecepatan berjalan rusa dan
kijang dihitung menggunkan Adobe Photoshop untuk memperkirkan jarak berjalan satwa dengan meliahat waktu pada foto hasil perangkap kamera.
Persamaan yang digunakan berdasarkan metode tersebut adalah:
dimana y merupakan jumlah foto, r adalah jarak dari lensa ke objek, t adalah waktu operasi kamera, v adalah kecepatan berjalan dan D kepadatan populasi.
4.5.3. Distribusi Harimau dan Satwa Mangsa
Distribusi harimau sumatera dan mangsanya dianalisis dengan melakukan overlay
pelapisan koordinat perjumpaan keberadaan harimau sumatera dan mangsanya terhadap data spasial peta tematik seperti tutupan lahan, ketinggian,
kemiringan, jarak dari sungai, jarak dari padang rumput dan aktivitas manusia.
1. Peta Tutupan Lahan
Peta tutupan lahan dibuat dengan menggunakan Erdas Imagine 9.1 dari citra landsat TM 7 tahun 2000. Proses pembuatan peta tutupan lahan disajikan
pada Gambar 6.
Klasifikasi Terbimbing
Recode
Fill Focal
Majority
Uji Akurasi
Mosaic Subset
Image
Geo Correction
Citra Lansat
Titik Uji
Peta Tutupan Lahan
Erdas Imagine 9.1
Gambar 6 Proses pembuatan peta tutupan lahan.
2. Peta Kontur, ketinggian dan kemiringan
Peta Kontur, ketinggian dan kemiringan dihasilkan dari peta srtm yang diperoleh melalui wbsite httprstm.cgsir.usgs.org. Peta srtm yang digunakan
adalah peta dengan kode geografi “srtm 56-11” dan “srtm 56-12”. Pembuatan peta dilakukan menggunakan program Arc GIS 9.3. Proses pembuatan peta kontur,
ketinggian dan kemiringan disajikan pada Gambar 7.
Peta Kontur
Subset Image pemotongan Citra
Fill
3D Analyst
Conditional
Raster Survace
Countur
Slope CreateModify
TIN
Create TIN from Feature
Reclassify Reclassify
Peta Ketinggian
Peta Kemiringan
Peta SRTM
Erdas Imagine 9.1
Arc GIS 9.3
Gambar 7 Proses pembuatan peta kontur, ketinggian dan kemiringan lahan.
3. Peta padang rumput dan jarak dari padang rumput
Peta padang rumput dan jarak dari padang rumput dibuat dari citra landsat yang telah diproses menjadi peta tutupan lahan. Peta padang rumput dibuat
dengan mengkonversi padang rumput sebagai raster menjadi padang rumput dalam format vektor berupa polygon. Jarak dari padang rumput dibuat dengan
melakukan buffer terhadap padang rumput yang telah dikonversi menjadi polygon. Buffer yang dilakukan adalah pada jarak 5, 10,15, 20, dan 20 KM dari
garis terluar padang rumput. Proses pembuatan peta padang rumput dan jarak dari padang rumput disajikan pada Gambar 8.
Convertion from Raster to Polygon
Peta Padang Rumput
Buffer
Peta Jarak dari Padang Rumput
Overlay
Arc GIS 9.3
Peta padang rumput dan jarak dari padang rumput
Citra Lansat
Gambar 8 Proses pembuatan peta padang rumput dan jarak dari padang rumput.
4. Peta Sungai dan Jarak dari sungai
Peta sungai dibuat dengan melakukan proses digitasi terhadap peta mosaik bakosurtanal yang telah di scan dan di-geokoreksi. Jarak dari sungai dibuat
dengan melakukan proses buffer berdasarkan selang 500, 1000, 1500, 2000 dan lebih dari 2000 meter dari garis sungai yang telah didigitasi sebelumnya
menggunkan program Arc GIS 9.3.proses pembuatan peta sungai dan jarak dari sungai disajikan pada gambar 9.
Subset Image
Digitasi
Polyline Polygone
Peta Sungai
Buffer Peta
Rupa Bumi Propinsi Aceh Tahun 1977 0520
‐43, 0520‐44, 0521‐11 dan 0521‐21
Arc GIS 9.3
Erdas Imagine 9.1
Peta Batas Administratif
Peta Jarak dari Sungai
Gambar 9 Proses pembuatan peta sungai dan jarak dari sungai.
4.5.4. Hubungan Harimau dengan Satwa Mangsa 1. Penggunaan Habitat Harimau dan Mangsanya
Hubungan penggunaan habitat oleh harimau dan mangsanya dilakukan dengan melakukan analisis deskriptif terhadap hasil analisis peta terhadap
berbagai faktor ynag diduga mempengaruhi distribusi harimau dan mngsanya. Peta yang akan dianalisis merupakan peta hasil tumpang tindih overlay antara
keberadaan harimau terhadap suatu faktor dengan keberadaan mangsa terhadap faktor tersebut.
2. Pola Aktivitas Harian Harimau dan Mangsanya
Pola aktivitas harian harimau sumatera dan mangsanya dianalisis menggunkan foto yang berhasil diperoleh dari perangkap kamera. Menurut
Laidlaw 1999 dibutuhkan lebih dari 5 foto hasil perangkap kamera satu spesies satwa untuk dapat dijadikan acuan dalam analisis pola aktivitas harian satwa
tersebut. Foto-foto yang dianalisis dikelompokan berdasarkan selang waktu tertentu dalam hal ini setiap satu jam.
Pola aktivitas harian harimau dan mangsanya dapat dilihat dengan membuat grafik berdasarkan selang waktu yang digunakan. Untuk melihat
hubungan pola aktivitas harian harimau dan mangsanya dapat dianalisis dengan melakukan penumpukan atau tumpang tindih overlay grafik pola aktivitas harian
harimau dan mangsanya.
3. Tingkat Perjumpaan Harimau dan Mangsanya
Tingkat perjumpaan EREncounter Rate harimau dan mangsanya jumlah foto100 hari diperoleh dengan melakukan perhitungan total jumlah foto
yang berhasil diidentifikasi dibagi dengan total hari kamera aktif dikali seratus. Faktor pembagi seratus digunakan untuk menyamakan waktu satuan usaha yang
digunakan dalam keseluruhan periode pemasangan perangkap kamera Lynam et al
. 2000. ER harimau dan mangsanya dihitung dengan menggunakan persamaan:
100 .
∑ ∑
= d
f ER
Dalam hal ini ER = Encounter Rate, Σf = jumlah total foto harimaumangsa, dan
Σd = jumlah total hari operasi kamera. Untuk mendapatkan peta hubungan ER harimau dan mangsa diperoleh
dari proses interpolasi ER harimau dan mangsa pada setiap kamera dan kemudian melakukan tumpang tindih kedua ER tersebut menggunkan program Arc GIS 9.3.
sebelum melakukan proses interpolasi terlebih dahulu nilai ER dimasukan pada atribut setiap kamera yang digunakan pada proses pembuatan peta tersebut. Proses
pembuatan peta interpolasi ER disajikan pada gambar 10.
ER Harimau ER Mangsa Harimau
Interpolasi Arc GIS 9.0
Overlay Titik pemasangan
kamera Titik Pemasangan Kamera
ER Harimau ER Mangsa
Peta Interpolasi ER Harimau dan Mangsanya
Gambar 10 Proses pembuatan peta overlay ER harimau dan mangsanya. Untuk mendapatkan hubungan yang lebih akurat maka dilakukan uji
regresi logistik ER harimau terhadap ER mangsanya dan ER mangsa terhadap ER harimau. Apabila terdapat nilai signifikan P 0.05 maka dapat diartikan bahwa
faktor yang diuji tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap faktor lainnya. Uji regresi linier ini dilakukan menggunakan program SPSS 19.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1. Keberadaan Harimau Sumatera dan Mangsanya Berdasarkan
Perangkap Kamera
Keberadaan harimau sumatera dan mangsanya diidentifikasi menggunakan perangkap kamera digital. Pada penelitian ini total terdapat 28 kamera terpasang.
Semua kamera terpasang dalam 4 lokasi pemasangan selama periode November 2009 sampai Mei 2010. Lama periode pemasangan kamera pada setiap titik
bervariasi antara 18 sampai 59 hari dengan rata rata periode pemasangan selama 31,35 hari setiap kamera. Rekapitulasi keadaan perangkap kamera terpasang
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan perangkap kamera terpasang
Lokasi Pemasangan Kriteria
Blang Raweu
Krueng Gooha
Alu Ilei Gumue
Jumlah Jumlah kamera terpasang unit
10 5
5 8
28 Persentase 41.67
20.83 16.67
20.83 100.00
Periode kamera terpasang unit 42
59 25
18 144
Persentase 29.17 40.97
17.36 12.50
100.00 Kamera yang rusak unit
3 1
4 Persentase 75.00
0.00 25.00
0.00 100.00
Kamera yang hilang unit 1
1 Persentase 0.00
0.00 100.00
0.00 100.00
Total trap night hari 358
243 114
66 781
Persentase 45.84 31.11
14.60 8.45
100.00 Efektif trap night hari
243.18 242.83
92.55 69.65
648.21 Persentase 37.52
37.46 14.28
10.74 100.00
Terdapat dua tipe kamera terpasang yaitu tipe Reconyx dan DLC. Total terdapat 20 kamera tipe Reconyx dan 8 kamera tipe DLC terpasang. 4 dari 8 perangkap
Kamer DLC merupakan Perangkap video tipe yang digunakan untuk mendapatkan data yang sama seperti perangkap kamera.
Dari semua kamera terpasang terdapat 20 unit 71.42 kamera yang berfungsi dengan baik dan dapat dimanfaatkan foto hasil tangkapannya. Selain itu
juga terdapat 3 unit 10.71 kamera yang berfungsi dengan baik namun tidak terdapat foto yang dapat dimanfaatkan. Untuk menghindari bias maka kamera
yang tidak memiliki foto diabaikan. Kamera yang tidak digunakan datanya adalah kamera DLC_01, DLC_02, dan DLC_03. Sedangkan kamera yang rusak adalah
kamera RC_01, RC_10, ZSL_1 dan RC_07. Selain itu juga terdapat kamera DLC_08 yang hilang pada kelompok pemasangan Alu Ilei.
5.1.1.1. Foto-foto Hasil Perangkap Kamera
Terdapat 1487 sekuen foto atau 14870 frame foto hasil perangkap kamera yang diperoleh dari seluruh lokasi pemasangan perangkap kamera. Dalam satu
sekuen terdapat 10 frame foto artinya setiap sensor bekerja maka sensor akan menjepret sebanyak 10 kali dengan selang setiap framenya selama ±2 detik.
Dalam sepuluh frame setiap sekuennya, tidak setiap frame menangkap pergerakan satwa namun jika terdapat satu frame saja yang menangkap pergerakan satwa
maka sekuen tersebut dianggap menangkap pergerakan satwa. Secara umum foto- foto hasil perangkap kamera disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Foto-foto hasil perangkap kamera di lokasi penelitian
Tahapan Pemasangan Kriteria
Blang Raweu
Krueng Gooha
Alu Ilei CRU
Gumue Totol
Jumlah Sekuen Foto sekuen 754
383 194
156 1487
Persentase 50.71 25.76
13.05 10.49
100 Foto Teridentifikasi sekuen
358 313
111 73
855 Persentase 41.87
36.61 12.98
8.54 100
Foto tidak Teridentifikasisekuen 42
3 3
1 49
Persentase 85.71 6.12
6.12 2.04
100 Team sekuen
86 41
71 57
255 Persentase 33.73
16.08 27.84
22.35 100
Miss Fire sekuen 268
26 9
25 328
Persentase 81.71
7.93 2.74
7.62 100
Berdasarkan Tabel 5 diketahui terdapat 64.25 foto yang dapat digunkan untuk analisis keberadaan harimau dan mangsanya. Dari jumlah tersdebut 94.57 foto
hasil perangkap kamera berhasil diidentifikasi dan hanya 5.43 foto yang tidak
dapat diidentifikasi. 5.1.1.2.
Identifikasi Keberadaan Harimau Sumatera dan Mangsanya
Berdasarkan foto-foto hasil perangkap kamera yang berhasil diidentifikasi diketahui terdapat 28 spesies satwa liar dari 17 suku termasuk harimau sumatera.
Tabel 6 menyajikan keberadaan harimau dan mangsanya berdasarkan perangkap kamera.
Tebel 6 Keberadaan harimau dan mangsanya berdasarkan perangkap kamera
Suku Nama Jenis
Nama Ilmiah Jumlah foto
independen sekuen
Jumlah kamera
menangkap unit
Cercopithecidae Beruk Macaca nemestrina
40 13 Cervidae Rusa
sambar Cervus unicolor 73 7
Cervidae Kijang Muntiacus muntjak
88 15 Columbidae Delimukan
Zamrud Chalcophaps indica
11 2 Felidae
Harimau sumatera Panthera tigris sumatrae
6 4 Felidae Macan
dahan Neofelis nebulosa
3 2 Felidae Kucing
hutan Felis bengalensis
2 2 Felidae Kucing
emas Catopuma teminkii
6 4 Hystercidae Landak
Hystric brachyura 16 6
Mephitidae Sigung Meydaus javanensis
1 1 Muridae Tikus
126 11 Phasianidae Sempidan
sumatera Lophura inornata
4 3 Phasianidae Kuau
raja Argusianus argus
4 2 Phasianidae Kuau
kerdil sumatera
Polyplectron chalcurum
2 2 Phasianidae Sempidan
aceh Lophura hoogerwerfi 3 3
Pittidae Pita anggun
Pitta venusta 1 1
Proboscidae Gajah sumatera Elephas maximus
sumatranus 15 5
Sincidae Kadal
1 1
Suidae Babi jenggot
Sus barbatus 11 5
Timmaliidae Berencet Besar Napothera
macrodactyla 1 1
Timmaliidae Pelanduk topi
hitam Pellorneum
capistratum 1 1
Turdidae Anis Siberia
Zoothera sibirica 1 1
Tragulidae Napu Tragulus napu
7 2 Ursidae Beruang
madu Helarctos malayanus
7 4 Varanidae Biawak
Varanus salvator 1 1
Viverridae Binturong Arctictis binturong
3 2 Viverridae Linsang
Prionodon linsang 4 3
Viverridae Musang Diplogale derbianus
7 3
a. Suku Felidae
Terdapat empat spesies dari suku felidae yaitu harimau sumatera, macan dahan, kucing hutan dan kucing emas. Harimau sumatera ditemukan pada empat
kamera di empat kamera pada kelompok pemasangan Blang Raweu yaitu kamera RC_02, RC_03, RC_07 dan RC_11. Macan dahan hanya ditemukan pada kamera
DLC_4 dan ZSL_03. Kedua kamera yang berhasil menangkap keberadaan macan
dahan berada pada kelompok pemasangan Alu Ilei. Kucing hutan juga ditemukan pada dua kamera yaitu kamera RC-07 dan RC_09 pada kelompok pemasangan
Blang Raweu. Sedangkan kucing emas ditemukan pada empat kamera di empat kelompok pemasangan kamera berbeda pula. Ketiga kamera tersebut adalah
RC_02 pada kelompok pemasangan Blang Raweu, IOZ_02 pada kelompok pemasangan Krueng Gooha, kamera ZSL_03 pada kelompok pemasangan Alu Ilei
dan kamera RC_05 pada kelompok pemasangn CRU Gumue. Foto macan dahan, kucing emas dan kucing hutan tertangkap perangkap kamera disajikan pada
Gambar 11.
a b
c Gambar 11 Suku Felidae tertangkap perangkap kamera a Macan dahan, b
Kucing emas, dan c Kucing hutan.
b. Suku Ursidae