Karant 1995 yang mengungkapkan jika nilai P0,005 maka asumsi populasi tertutup dapat diterima. Asumsi populasi tertutup adalah selama periode
pemasangan perangkap kamera tidak ada penambahan dan atau pengurangan populasi baik melaui kelahiran, kematian atupun migrasi.
5.1.6.2. Populasi Mangsa
Terdapat dua jenis satwa mangsa harimau yang dapat dihitung populasinya yaitu rusa sambar dan kijang. Parameter yang dapat diketahui berdasarkan
perangkap kamera adalah kepadatan dan sex rasio. Rekapitulasi dugaan kepadatan populasi rusa dan kijang disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Kepadatan rusa sambar dan kijang
Kepadatan ekor 100 Km
2
Jenis satwa Blang Raweu
Krueng Gooha Rata-rata Sex Rasio
Rusa sambar 56.09 56
39.39 39 58.96 59
1:5.11 1:5 Kijang
31.33 31 37.34 37
74.57 75 1:1.11 1:1
Nilai rata merupakan rataan dari keseluruhan pemasangan kamera bukan rataan dari dua lokasi tersebut.
Dari empat kelompok pemasangan perangkap kamera, rusa dan kijang hanya dapat dihitung dugaan kepadatan populasinya pada dua kelompok
pemasangan yaitu kelompok pemasangan Blang Raweu dan kelompok pemasangan Krueng Gooha. Meskipun perhitungan kepadatan keseluruhan
menunjukan kepadatan rusa lebih rendah daripada kepadatan kijang namun kijang tidak ditemukan satu individu pun pada kawasan padang rumput Blang Raweu
sedangkan rusa ditemukan hampir di semua lokasi pemasangan kamera. Berdasarkan analisis jenis kelamin pada rusa sambar dan kijang perbandingan
kelamin sex rasio antara jantan dan betina memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Sex rasio rusa sambar antara jantan dan betina adalah 1:5 1:5.11
sedangkan sex rasio kijang adalah 1:1 1:1.11.
5.1.7. Potensi Gangguan Terhadap Kawasan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan informasi masyarakat sekitar kawasan potensi ganguan utama yang terdapat dalam kawasan adalah perburuan
satwaliar dan penebangan pohon. Perburuan satwaliar yang paling intensif dilakukan adalah perburuan rusa dan kijang yang dijadikan sebagai pasokan
kebutuhan daging bagi masyarakat sekitar kawasan. Penebangan pohon umumnya terjadi pada kawasan yang relatif dekat dari jalan besar atau lokasi-lokasi yang
memiliki potensi kayau yang bernilai ekonomis tinggi seperti kayu bran meranti yang merupakan sumber bahan baku utama untuk membangun rumah bagi
masyarakat sekitar kawasan. Potensi gangguan pada setiap lokasi sangat tergantung dari jarak lokasi tersebut dari pemukiman serta potensi sumberdaya
yang dimilikinya. Tabel 18 menunjukan potensi gangguan yang umum ditemukan pada blok pemasangan kamera.
Tabel 18 Potensi gangguan pada kawasan penelitian.
Kriteria Blang Raweu
Krueng gooha Gumue
Alu ilei Perburuan ++
++ +++
++ Penebangan liar
+++ +
Perambahan 0 ++
+++ +
kebakaran +++ +
++ +
Pencari hasil hutan non kayu
+ ++ +++
+ Ket erangan :
: potensi gangguan sangat rendah +
: potensi gangguan rendah ++
: potensi gangguan sedang +++ : potensi gangguan tinggi
Berdasarkan pengamatan dan informasi dari masyarakat tingginya tingkat perburuan satwaliar terutama jenis Rusa sambar dan Kijang dikarenakan hewan
tersebut merupkan sumber daging bagi masyarakat sekitar kawasan. Tidak adanya pasokan daging dari peternakan sapi atau kambing pada masyarakat sekitar
kawasan mengakibatkan masyarakat mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan makanan berupa daging.
Selain itu potensi gangguan yang menarik adalah pencari ikan kerelieng. Ikan kerelieng merupakan jenis ikan aliran deras yang berukuran besar. Ikan jenis ini
banyak terdapat di sungai-sungai dalam kawasan yang memiliki aliran sepanjang tahun dan berarus deras. Pencarian ikan dalam kawasan masih dilakukan secara
tradisional menggunakan pancing dan jala. Bagi masyarakat sekitar kawasan ikan jenis ini merupakan ikan yang paling mereka sukai sehingga harganya cukup
mahal dibandingkan jenis ikan lainnya bahkan jika dibandingkan dengan ikan laut. Namun permasalahan yang dikhawatirkan timbul bukan dari pencarian
ikannya tapi dari tingginya intensitas masyarakat masuk kawasan.
5.2. Pembahasan