Pola Aktivitas Harian Harimau dan Mangsanya

Hasil uji regresi logistik tingkat perjumpaan harimau dan mangsa pada Tabel 8 menunjukan kesimpulan yang sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat perjumpaan harimau dengan tingkat perjumpaan mangsanya atau sebaliknya. Dengan nilai signifikan P Sig. 0.775 menunjukan tidak adanya hubungan siknifikan antara tingkat perjumpaan harimau dan mangsa karena jika nilai signifikan P 0.05 maka menunjukan hubungan yang tidak signifikan antara dua variabel yang dihubungkan. Artinya tingkat perjumpaan harimau sumatera tidak dipengaruhi oleh tingkat perjumpaan satwa mangsanya demikian juga sebalikanya.

5.1.4. Pola Aktivitas Harian Harimau dan Mangsanya

Secara umum pola aktivitas harian satwaliar dikelompokan pada tiga tipe yaitu diurnal, nocturnal dan crespuscular. Diurnal merupakan aktivitas satwaliar yang sangat dominan pada siang hari, nocturnal merupakan pola aktivitas satwaliar yang dominan pada malam hari. Sedangkan crespuscular merupakan pola aktivitas satwaliar yang aktif pada waktu-waktu peralihan menjelang pagi, awal pagi, menjelang malam dan awal malam. Pola aktivitas harian satwa liar dapat dianalisis berdasarkan rekaman waktu perjumpaan pada foto yang tertangkap perangkap kamera. Menurut Laidlaw dan Noordin 1999 minimum dibutuhkan lebih dari lima buah foto satwaliar yang tertangkap perangkap kamera yang dapat dijadikan acuan untuk analisis pola aktivitas harian satu jenis satwaliar. Berdasarkan acuan tersebut harimau sumatera dan 17 jenis satwa mangsanya dapat dianalisis pola aktivitas hariannya. Jenis satwa mangsa harimau yang dapat dihitung pola aktivitas hariannya diantaranya adalah kucing emas, beruang madu, gajah sumatera rusa sambar, kijang, napu, babi, musang, beruk dan landak.

5.1.4.1. Pola Aktivitas Harian Harimau Sumatera

Harimau dalam aktivitas hariannya merupakan satwa yang sangat aktif. Pola aktivitas harian harimau sumatera dianalisis berdasarkan catatan waktu pada foto hasil perangkap kamera Pie 1995. Terdapat 14 sekuen foto yang digunakan sebagai data untuk analisis pola aktivitas harian harimau sumatera. Berdasarkan catatan waktu foto perangkap kamera diketahui 42.68 aktivitas harimau pada siang hari dan 57.14 aktif pada malam hari. Untuk mendapatkan pola yang lebih akurat aktivitas harian harimau dikelompokan berdasarkan selang waktu setiap satu jam. Gambar 29 menyajikan grafik aktivitas harian harimau sumatera dalam 24 jam. Gambar 29 Grafik pola waktu aktivitas harian harimau sumatera. Berdasarkan grafik di atas terlihat peningkatan aktivitas harimau sumatera pada selang waktu menjelang subuh, di awal pagi, menjelang siang dan di awal malam. Pada pagi hari terlihat dalam selang waktu 06.01-07.00 WIB dan selang 07.01- 08.00 WIB yang merupakan awal pagi pada lokasi penelitian serta pada senja hari 07.01-08.00 harimau sangat aktif bergerak menunjukan pada kawasan penelitian harimau digolongkan kedalam pola crespuscular.

5.1.4.2. Pola Aktivitas Harian Mangsa

Dari 28 jenis satwa yang tertangkap perangkap perangkap kamera hanya 17 jenis satwa yang dapat dianalisis pola aktivitas hariannya. Secara umum setiap satwa aktif pada waktu yang berbeda dengan satwa lainnya dan memiliki pola aktivitas harian yang dominan di siang hari atau dominan di malam hari. Gambar 30 grafik cicardian pola aktivitas harian mangsa hariamu sumatera. Gambar 30 Pola aktivitas cicardian mangsa harimau sumtera. Untuk mendapatkan hasil pola aktivitas mangsa yang lebih akurat maka dilakukan pengelompokan pola aktivitas mangsa harimau berdasarkan selang waktu setiap satu jam dalam 24 jam. Pengelompokan berdasarkan selang waktu diperoleh berdasarkan data rekaman waktu penangkapan foto mangsa harimau oleh perangkap kamera. Gambar 31 menyajikan grafik pola aktivitas harian mangsa harimau sumatera setiap jenisnya. Gambar 31 Grafik pola aktivitas harian satwa mangsa. Berdasarkan grafik di atas mangsa utama harimau seperti rusa sambar, kijang dan babi jenggot memiliki pola yang berbeda dan persamaan pada selang waktu tertentu. Rusa sambar sangat tinggi aktivitasnya pada malam hari mulai dari jam 21.01 sampai jam 02.00 dan kembali meningkat pada jam 4.01 sampai jam 6.00 sehingga rusa digolongkan pada satwa nokturnal. Berbeda dengan rusa kijang justru lebih tinggi aktivitasnya di pagi hari jam 07.00 sampai 10.00 dan di awal malam jam 18.00-12.00 sehingga digolongkan pada satwa crespuscular. Sedangkan babi jenggot lebih cenderung aktif siang hari diurnal yang terlihat dari tingginya aktivitas babi jenggot pada jam 7.00 sampai jam 10.00 WIB. Untuk jenis mangsa lainnya yang merupakan mangsa pilihan harimau memiliki pola yang bervariasi juga. Jenis mangsa dari suku felidae, viveridae, dan landak lebih cenderung disebut sebagi satwa nokturnal sedangkan jenis dari suku phasianidae cenderung merupakan satwa diurnal. Secara umum keseluruhan satwa mangsa harimau aktif sepanjang waktu sesuai dengan jenisnya.

5.1.4.3. Hubungan Pola Aktivitas Harian Harimau dan Mangsanya

Hubungan pola aktivitas harimau dan mangsa dilakukan dengan cara melakukan overlay antara grafik pola aktivitas harimau dengan grafik pola aktivitas keseluruhan satwa mangsa. Analisis hubungan pola aktivitas harimau dan satwa mangsanya didasarkan pada harimau sebagi pemangsa dan satwa mngsa sebagai yang dimangsa. Overlay grafik pola aktivitas harian harimau sumatera dan pola aktivitas harian satwa mngsa disajikan pada Gambar 32. Gambar 32 Grafik hubungan pola ativitas harimau sumatera dan mangsa. Dari hasil overlay di atas dapat dilihat kesamaan pola aktivitas harian harimau sumatera dan satwa mangsa. Peningkatan pola aktivitas satwa mangsa pada waktu tertentu diikuti dengan peningkatan pola aktivitas harian harimau sumatera. Dengan demikian asumsi kecenderungan harimau sumatera aktif mengikuti pola pergerakan mangsanya terpenuhi. Harimau sumatera aktif untuk mengejar mangsanya sedangkan mangsa aktif untuk menghindari harimau. Dapat disimpulakan pola aktivitas harian harimau sumatera mengikuti pola aktivitas harian mangsanya.

5.1.5. Distribusi Harimau Sumatera dan Mangsanya