Prinsip Kehati-Hatian Sebagai Prinsip Utama Bank Dalam Memberikan

BAB II PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENYALURAN KREDIT KEPADA UMKM

A. Prinsip Kehati-Hatian Dalam Dunia Perbankan.

1. Prinsip Kehati-Hatian Sebagai Prinsip Utama Bank Dalam Memberikan

Kredit. Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan definisi tersebut diatas, di dalam suatu kredit terdapat unsur- unsur sebagai berikut: a. Pemberian kredit atau kreditur yaitu bank. b. Penerima kredit atau debitur. c. Penyediaan uang. d. Perjanjian kredit yang merupakan aturan main dari hubungan ini. e. Jangka waktu pengembalian kredit. f. Bunga atas kredit yang dinikmati oleh debitur. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian Universitas Sumatera Utara secara seksama, mengingat sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dana dari bank itu sendiri tetapi dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu penerapan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap. Seluruh hal tersebut di atas bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga. Apabila kredit yang telah disalurkan bank kepada masyarakat dalam jumlah besar tidak dibayar kembali kepada bank tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi non performing loan NPL kredit bermasalah. Jumlah kredit NPL yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan bank yang bersangkutan. Melalui penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit dinilai akan menurunkan kredit bermasalah NPL. Selain itu, bank-bank yang memiliki NPL besar saat ini terus melakukan restrukturisasi untuk menurunkan kredit bermasalahnya. Fakta membuktikan bahwa NPL Bank Mandiri pada tahun 2005 tercatat sebesar 26,7 atau meningkat sangat tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 7,4, sedangkan NPL Bank BNI pada tahun 2005 tercatat 14,4. Untuk menyelesaikan kredit-kredit bermasalah tersebut pada bank-bank BUMN membutuhkan waktu sekitar 3 sampai dengan 5 tahun mendatang. Oleh karena itu Universitas Sumatera Utara dalam memberikan kredit, harus mengikuti tahap-tahap yang tepat sehingga terhindar dari kredit bermasalah. 41 Salah satu indikator pencegah timbulnya kredit bermasalah adalah melalui penilaian faktor 5 P of Credit yaitu: 1. Person atau people yaitu penilaian pribadi dan kemampuan usaha dari calon nasabah. 2. Purpose yaitu penilaian tujuan dan sasaran penggunaan kredit. 3. Prospect yaitu penilaian masa depan usaha dan pendapatan yang diperoleh. 4. Payment yaitu penilaian kemampuan membayar kembali kredit. 5. Protection yaitu jaminan sebagai benteng terakhir untuk berlindung apabila kredit gagal. 42 Selain hal tersebut di atas, penilaian pencegahan 4 P dalam kredit dalam rangka pencegahan timbulnya kredit bermasalah juga dapat dilakukan yaitu: 1. Philosophy, bahwa setiap kredit diberikan berdasarkan unsur kepercayaan yang dimiliki oleh nasabah yang merupakan upaya saling menguntungkan dengan rasa adil karena pemberian kredit itu sendiri memiliki tujuan bersama sebagai mitra bisnis. 2. Policy, bahwa pemberian kredit merupakan suatu kebijaksanaan bisnis perbankan yang telah digariskan dan disepakati oleh petugas perbankan untuk dijalankan demi kesinambungan hidup perusahaan. 41 Avartara, http:avartara.comrisiko-risiko-perbankan , diakses tanggal 31 Januari 2010. 42 H.A.S. Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 25. Universitas Sumatera Utara 3. Procedures, bahwa setiap keteraturan memerlukan suatu acuan yang harus ditempuh karena setiap penyimpangan dari prosedur cenderung akan menimbulkan permasalahan bahkan kerugian 4. People, bahwa setiap orang yang ikut mengelola usaha perkreditan adalah tenaga atau karyawan yang berusaha bekerja penuh dedikasi dalam memberikan keuntungan bagi pemilik saham. Selain itu hal ini juga mengandung pengertian bahwa setiap karyawan mempunyai moral sebagai banker’s yang baik, berkemampuan dan berpengetahuan mengenai perkreditan. 43 Penilaian Faktor 3R dalam kredit atau 3 R of credit yang juga dapat dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah adalah sebagai berikut: 1. Returns yaitu penilaian penghasilan, apakah usaha yang akan dibiayai benar- benar suatu usaha yang memberikan hasil didasarkan pengalaman, kemampuan, pemasaran dan aspek lainnya. 2. Repayment Capacity yaitu penilaian kesanggupan membayar kembali kredit, apakah nasabah benar-benar memiliki kemampuan untuk mengembalikan kredit bank. Hal ini ditilik dari segi aliran kas, keuntungan yang diperoleh, watak yang dimiliki oleh nasabah. 3. Risk bearing ability yaitu penilaian kemampuan untuk menutup risiko yang mungkin timbul jika kredit menjadi macet. 44 43 Ibid, hlm. 27. 44 Ibid. Universitas Sumatera Utara

2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.