BAB III PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYALURAN KREDIT
KEPADA UMKM
A. Karakteristik Bisnis Bank.
Bank merupakan bisnis yang berbeda dengan jenis bisnis lainnya karena produknya ada pada dua sisi yaitu produk penyaluran dana sisi aktiva neraca dan
produk penghimpunan dana sisi pasiva neraca. Disamping itu kegiatan bank sangat bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak, bahkan krisis perbankan dapat
meruntuhkan suatu pemerintahan sebagaimana terjadi pada tahun 1998 di Indonesia. Kondisi ini tergambar dalam buku ”BPPN The End” oleh I Putu Gde Ary Suta yang
menguraikan awal dari krisis perbankan dan moneter.
140
Sebelum krisis di tahun 1997, bank-bank begitu gencar mengucurkan kredit. Proyek yang dibiayai tidak dikaji
kelayakannya, ditambah lagi banyak bank-bank tersebut yang dimiliki oleh konglomerat. Tampaknya sudah tidak ada lagi yang mengindahkan kehati-hatian
dalam menjalankan bank. Bank tidak sungkan-sungkan untuk mengucurkan kredit bagi perusahaan di grupnya sendiri.
Ketidak hati-hatian ini juga dilakukan oleh bank-bank pemerintah di dalam mengelola portofolionya kreditnya. Kealpaan dalam menerapkan prinsip kehati-
hatian di dalam mengelola bank pada saat itu seolah-olah ditolerir baik oleh
140
I Putu Gde Ary Suta dan Soebowo Musa, BPPN The End, Bogor: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2004, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham pemilik, manajemen, pemerintah dan bank sentral sendiri sebagai pengawas perbankan. Hal ini tercermin pada tingginya tingkat kredit macet yang
disalurkan ke grup oleh pihak terkait baik di bank umum swasta maupun bank milik pemerintah.
141
Hal tersebut di atas mengakibatkan semua sektor usaha yang dibiayai oleh bank menjadi macet, bank kesulitan karena dananya tidak kembali. Pada akhir tahun
1997, jumlah kredit macet di perbankan mencapai sekitar Rp 234,1 trilliun.
142
Sementara itu, kewajiban bank terhadap nasabah penyimpan terus meningkat, ketimpangan ini menyebabkan bank semakin tergerus modalnya dan tingkat
likuiditasnya, sehingga menjadi negatif. Tentunya kemampuan bank mengembalikan uang nasabah semakin berkurang bahkan berhenti, yang akhirnya nasabah tidak
percaya lagi kepada bank. Oleh karena itu belajar dari pengalaman masa lalu, direksi dituntut untuk
mengelola bank dengan prinsip kehati-hatian dan mampu mengelola risiko. Sesuai dengan definisinya, risiko merupakan kemungkinan terjadinya hasil negatif
kerugian, dan kerugian tersebut bisa diperkirakan, sehingga terkandung makna bahwa:
a. Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis bank atau yang
dikenal dengan inherent risk.
141
Ibid, hlm. 11.
142
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
b. Risiko bisnis bank bisa diperkirakan, sehingga bank wajib membangun sistem
untuk mengelola risiko risk control system agar kelangsungan usaha dapat terjaga.
143
B. Kewajiban Mengelola Risiko.