mengganggu operasional bank. Sedangkan ketidakpatuhan kepada ketentuan Bank Indonesia bisa mengakibatkan bank dijatuhi denda dan penurunan tingkat kesehatan
bank atau yang paling buruk pembekuan usaha bank dan akhirnya dilikuidasi.
D. Risiko Kredit Penyaluran Kredit Berpola Penjaminan Kepada UMKM Di
roleh sumber penghasilan yang domina
ya kredit macet tidak saja akan merugikan para pemilik dana dan yang se
permodalannya. Untuk keperluan ini, boleh jadi perbankan akan memperbesar porsi
PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.
Melalui penyaluran kredit bank mempe n berupa pendapatan bunga. Pendapatan tersebut diperoleh melalui spread
yang merupakan selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan. Oleh sebab itu, jika terjadi kredit macet yang cukup besar maka bank tersebut dapat lumpuh bahkan
terancam insolvable tidak dapat menyalurkan kredit lagi dan illiquid kekurangan dana tunai, karena sebagian besar dana masyarakat yang dititipkan pada bank,
tertahan di tangan debitur bank bahkan dapat dikatakan bahwa kredit macet bagi dunia perbankan merupakan penyakit berbahaya yang dapat membuat lumpuhnya
suatu bank.
164
Timbuln bagian besar adalah anggota masyarakat dari berbagai lapisan dan tingkatan
kehidupan yang dapat meresahkan masyarakat bahkan merusak sendi perekonomian negara.
165
Naiknya NPL akan memaksa perbankan memperkuat struktur
164
Rahmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
c. Cit. Utama, 2001, hlm. 12.
165
Bismar Nasution, Lo
Universitas Sumatera Utara
penyisihan penghapusan aktiva produktif PPAP. Konsekuensinya adalah pada saat perbankan berupaya memperkuat struktur permodalan, secara otomatis hal ini akan
mengurangi kemampuan perbankan melakukan ekspansi kredit ke sektor riil.
166
Pengurangan kemampuan perbankan melakukan ekspansi kredit akan berdampak negatif terhadap perekonomian. Argumentasinya, imbas negatif krisis
global
atat sampai Desember 2009,
. Kredit mikro pemerintah yang diberi l
1,67 juta debitur. Kepala Sub Bidang Pendanaan Kemeneg KUKM, Mohammad membuat peran beberapa sumber permodalan untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi seperti investasi portofolio di pasar modal, investasi asing langsung FDI, dan modal sendiri dari sektor swasta mengalami penurunan.
167
Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Begitulah gambaran tingkat kemacetan kredit macet di sektor mikro. Bank Indonesia menc
total angka Non Performing Loan kredit bermasalahNPL seluruh sektor mencapai Rp.47,548 trilliun. Sekitar separuh angka itu atau Rp.24,79 triliun
merupakan kredit bermasalah sektor mikro. Nilai itu naik 19,4 dibandingkan NPL mikro tahun 2008 yang senilai Rp.20,79 triliun.
168
Persoalan kredit bermasalah atau Non Performing Loan NPL tidak hanya menghantui penyaluran kredit Mikro di Bank Umum
abel Kredit Usaha Rakyat KUR juga menghadapi bencana kredit bermasalah yang semakin membesar. Data kementerian Negara Koperasi dan UKM
menyebutkan, penyaluran KUR per Januari 2010 mencapai Rp.17,54 triliun untuk
166
Latif Adam, Loc. Cit.
167
Ibid
168
Dulu dibujuk Rayu, Kini Mulai Diwaspadai, Kontan Edisi 8-14 Maret 2010, hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
Hasyim menyatakan bahwa NPL KUR kini sebesar 5,85, angka NPL ini melejit tinggi dibandingkan Januari 2009 yang baru 1,49, bahkan NPL pada September
2009 pernah lebih tinggi lagi yaitu 5,96.
169
W. Pramono, Kepala Divisi Bisnis Mikro PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk berpendapat bahwa hal tersebut diatas terjadi karena nasabah KUR
belum berpengalaman mendapatkan kredit. Selain itu, banyak yang berpendapat bahwa
a Kecil Small Scale Enterprise, meliputi: a.
antung pada kredit perbankan dan subsidi
. KUR adalah bantuan pemerintah dan tidak perlu dikembalikan. Selain karena
minimnya pengetahuan debitur, faktor bencana alam dan krisis global juga turut menaikkan NPL. Kedua faktor itu memang berandil besar menggulung banyak usaha
pebisbnis kecil karena bagi pengusaha kecil omzet berkurang Rp.20.000,- per hari itu sudah bisa mempengaruhi keberlangsungan usaha sehingga mengancam NPL. BRI
sebagai penguasa 74 pangsa pasar KUR, menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp.8,09 triliun.
170
Beberapa identifikasi masalah awal yang dinventarisir terkait dengan kondisi dari aspek UMKM dan Perbankan adalah:
1. Dari Aspek Usah
Keterbatasan perluasan pemasaran produk UMKM. b.
Keterbatasan modal usaha yang terg pemerintah.
c. Keterbatasan penguasaan teknologi produksi UMKM
169
Ibid. hlm. 35
170
Ibid. hlm. 35
Universitas Sumatera Utara
d. Pengelolaan Manajemen SDM yang belum memadai.
e. Kesulitan mendapatkan akses kredit dari perbankan karena tidak dapat
ing Loan NPL sektor UMKM yang terus
hadap bobot risiko kredit khususnya sektor
ersepsi penyelesaian kredit
maksimal pinjaman jika terjadi wanprestasi
Indonesia memiliki fungsi sebagai pembina
rsebut sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
menyediakan agunan bank lack of collateral.
171
2. Dari Aspek Perbankan, meliputi:
a. Masih tingginya risiko bisnis akibat stagnasi prospek pasar UMKM kondisi
usaha yang kurang kompetitif. b.
Kecenderungan Non Perform meningkat akibat inflasi yang terus meningkat.
c. Pengaturan Bank Indonesia ter
UMKM yang tidak mendukung. d.
Kurang jelasnya fungsi hukum terhadap p bermasalah pada sektor UMKM.
e. Agunan yang tidak mencukupi
kredit UMKM.
172
Dalam kegiatan perkreditan, Bank dan pengawas perbankan, dituntut konsekuensinya untuk selalu mengawasi kegiatan
perkreditan tersebut. Hal te 1999 Tentang Bank Indonesia yang mencantumkan bahwa dalam rangka
melaksanakan tugas mengatur bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian. Salah satu upaya
171
Sulistia Teguh, Perlindungan Hukum Dan Pemberdayaan Pengusaha Kecil Dalam Ekonomi Pasar Bebas, Jurnal Hukum Bisnis Volume 27 No. 1 Tahun 2008.
172
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dalam rangka pembinaan dan pengawasan perkreditan tersebut Bank Indonesia telah membuat suatu aturan mengenai Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank
PPKPB yang harus dilaksanakan oleh perbankan nasional. Pedoman tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor
27162KepDIR tanggal 31 Maret 1995 dimana ditentukan bahwa Bank Umum diwajibkan memiliki standar dan ukuran yang mengandung unsur pengawasan intern
pada setiap proses pemberian kredit. Hal ini diperlukan menginat pelaksanaan pengawasan kredit tersebut merupakan tugas yang sulit karena adanya interaksi
keanekaragaman faktor yang melingkupi perkreditan itu sendiri.
173
Kebijakan tersebut sekurang-kurangnya mengatur dan memuat hal-hal pokok sebagai berikut:
1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan.
2. Org
n persetujuan kredit.
n sejarah perbankan di Indonesia, tampak jelas am perbankan pada masa lalu dijadikan sebagai alat politik
anisasi dan manajemen perkreditan. 3.
Kebijaksanaa 4.
Dokumen dan administrasi kredit. 5.
Penyelesaian kredit. 6.
Pengawasan kredit bermasalah.
174
Jika ditinjau dari perkembanga bahwa fungsi hukum dal
173
Muhammad Djumhana I, Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 336-367.
akti,1996, hlm. 84.
174
Muhammad Djumhana II, Rahasia Bank, Ketentuan Dan Penerapannya Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya B
Universitas Sumatera Utara
untuk melegitimasi kebijakan pemerintah. Salah satu akibatnya, pengaturan bisnis perban
hingga pendapatan bank berkurang. Akan tetapi disisi lain, bank tetap harus memba
kan nasional dilakukan dengan cara memodifikasi kebijakan deregulasi yang telah diambil pemerintah untuk disesuaikan dengan tuntutan pembangunan ekonomi
nasional dan tujuan politik yang dijalankan pemerintah. Terlebih lagi bisnis perbankan nasional cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan yang
bersifat politis dan ekonomis,
175
yang pada akhirnya menyengsarakan kehidupan rakyat. Krisis ekonomi yang timbul diawal tahun 1998 pada saat itu bermula dari
kehancuran bisnis perbankan di Indonesia dimana angka menunjukkan lebih dari Rp 42,48 trilliun, atau 60,4 adalah dengan status kredit yang tergolong non performing
loan.
176
Jopie Jusuf mengemukakan ada beberapa alasan dampak yang diterima bank bila terjadi kredit macet. Kredit macet tidak menghasilkan pendapatan bunga sama
sekali, se yar bunga kepada masyarakat penabung deposan yang menitipkan dananya.
Apapun yang terjadi dengan kredit yang disalurkannya, bank tidak dapat menggunakan alasan kredit macet untuk tidak membayar bunga kepada penabung
deposan. Hal ini mengakibatkan penurunan laba apabila kredit macet ini terjadi pada suatu skala yang cukup besar hingga berujung pada timbulnya kerugian bagi bank.
177
Penurunan laba ini bukan saja disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga tetapi
nk BUMN, http:www.bumn-ri.comnews
175
Rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 15.
176
Rahmad S, Penghapusan Piutang Ba , diakses
tanggal 31 Desember 2009.
177
Jopie Jusuf, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
juga disebabkan oleh pengurangan laba dalam bentuk pencadangan aktiva produktif sebesar plafond kredit yang bermasalah.
Jika saja bank independen dalam setiap produk perbankan yang dipasarkannya tersebut dan telah sesuai dengan aturan hukum tanpa adanya intervensi dari pihak
luar, maka bank mungkin mampu meminimalisir risiko hukum sebagai bagian dari usaha p
enciptaan Good Corporate Governance GCG
178
dan fiduciary relationship. Hal ini penting bagi lembaga perbankan yang wajib mempertanggungjawabkannya
secara hukum kepada shareholder dan stakeholder. Faktor inilah sebagai modal usaha perbankan yang mengutamakan kepercayaan tinggi dari masyarakat dalam mengelola
dana masyarakat itu sendiri. Perlu diketahui bahwa prinsip fiduciary duty dikaitkan dengan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Pertanggungjawaban direksi dalam pengelolaan perseroan harus
didasarkan kepada prinsip fiduciary duty
179
yang standarnya didasarkan pada duty of care dan duty of loyality. Teori ini lebih mengedepankan atas prinsip kepercayaan
trust and confidence yang meliputi aspek ketelitian scrupolous, itikad baik good faith dan keterusterangan candor.
178
Zulkarnaen Sitompul, Problematika Perbankan, Bandung: Terrace Library, 2005, hlm. 25.
179
Disampaikan oleh Bismar Nasution pada Seminar Nasional Sehari dalam rangka menciptakan Good Corporate Governance pada sistem pengelolaan dan pembinaan PT Persero
BUMN, Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT Persero Di Lingkungan BUMN Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Transparansi,
diselenggarakan oleh Inti Sarana informatika, Hotel Borobudur, Jakarta, 8 Maret 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PRINSIP-PRINSIP BUSINESS JUDGEMENT RULE
DALAM PERTANGGUNGJAW BAN DIREKSI BANK BUMN ATAS PENYALURAN KREDIT KEPADA UMKM
A
Universitas Sumatera Utara
A. Doktrin-D