b. Mengawasi pemberian kredit apakah telah memenuhi ketentuan perbankan yang
berlaku. c.
Memantau perkembangan kegiatan debitur termasuk pemantauan melalui kegiatan kunjungan kepada debitur dan memberikan peringatan dini mengenai
penurunan kualitas kredit-kredit yang diperkirakan mengandung risiko bagi bank. d.
Mengawasi apakah penilaian kolektibilitas kredit telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
e. Melakukan pembinaan kepada debitur untuk mengarahkan agar debitur dapat
memenuhi kewajibannya kepada bank. f.
Memantau dan mengawasi secara khusus kebenaran pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur tertentu apakah telah sesuai
dengan Kebijakan Perkreditan Bank. g.
Memantau pelaksanaan pengadministrasian dokumen perkreditan apakah telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
h. Memantau kecukupan jumlah penyisihan penghapusan kredit.
50
4. Penggunaan Rambu-Rambu Hukum.
Persoalan kredit dapat dipahami dengan 3 pendekatan yaitu: a.
Apakah kredit tersebut menjadi bermasalah karena risiko bisnis dan pengurusnya telah memenuhi kewajibannya dalam menjalankan prinsip duty of care dalam
rangka pemberian kredit tersebut. Misalnya dalam keputusannya pemberian kredit tidak ada unsur kepentingan pribadi dan diputuskan berdasarkan informasi yang
50
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat dan secara rasional mempercayai bahwa keputusan itu dibuat untuk kepentingan terbaik bagi
perusahaan. Apabila demikian maka pengurus bank dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care berdasarkan business judgement rule dan mereka
terhindar dari ancaman ganti rugi serta pidana. b.
Apakah seluruh kredit yang disalurkan berdasarkan ketentuan memenuhi kriteria kredit macet telah dilaporkan sebagai kredit macet. Untuk memelihara kinerjanya,
bank sering melakukan rekayasa agar kolektibilitas kreditnya terlihat baik. Aparat penegak hukum memang akan sulit melakukan penilaian karena hal ini
merupakan teknis perbankan yang sangat spesifik sehingga membutuhkan bantuan dari Bank Indonesia untuk menyelesaikan masalah ini.
c. Apakah kredit bermasalah tersebut tidak atau telah dibuka kepada publik
mengingat bank wajib melaksanakan prinsip keterbukaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
51
Setelah krisis finansial perbankan yang membuat negara harus mengeluarkan banyak biaya untuk menyelamatkan sistem perbankan, perbaikan sistem sudah dicoba
untuk dilakukan. Direksi bank harus menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebelum menduduki jabatan itu. Namun sistem baru itu tidak juga mampu menghasilkan
bankir yang kredibel, penuh integritas dan sadar akan pentingnya prinsip kehati- hatian. Ada yang mengatakan bahwa semua itu tidak bisa dilepaskan dari kesalahan
51
Bismar Nasution, Adakah Kecurangan di Bank Mandiri?, dimuat dalam Bisnis Indonesia, edisi 16 Mei 2005
Universitas Sumatera Utara
bankir semata. Penyalahgunaan fungsi perbankan masih terus terjadi karena lingkungan besar yang ada belumlah berubah.
52
Walaupun sekarang adalah zaman era reformasi dan demokrasi, tetapi perilaku dari orang-orangnya masih sama seperti dulu. Sebagian masih melihat aset
negara sebagai aset yang bisa dipergunakan sesukanya. Mereka tidak bisa membedakan antara milik pribadi dan milik umum. Apalagi ketika mereka merasa
dekat dengan kekuasaan. Mereka bisa melakukan apapun untuk kepentingan dirinya. Berbagai rekayasa dilakukan untuk memanfaatkan dana yang sebenarnya milik
masyarakat dan milik negara. Bank-bank milik negara dianggap sebagai sapi perahan. Disinilah kadang bankir terjebak. Mereka ikut larut dalam kebiasaan lama, tanpa
menyadari bahwa keadaan besarnya sudah berubah. Dengan adanya penyidikan terhadap orang-orang yang diduga melakukan pelanggaran dalam pemberian kredit,
banyak anggota direksi bank terutama bank pemerintah khawatir akan posisi mereka. Banyak diantara mereka yang merasa takut untuk menjalankan tugasnya menyalurkan
kredit karena khawatir satu saat akan dipersalahkan dan dikenai tindakan hukum.
53
Sebenarnya ketakutan ini tidaklah beralasan. Para bankir seharusnya tidak perlu takut untuk menjalankan tugasnya sepanjang prinsip kehati-hatian dalam
menjalankan tugasnya itu ia terapkan dengan baik dengan mendalami seluruh aspek perkreditan dan kepatuhan terhadap kebijakan ataupun larangan pemberian kredit
dalam kasus tertentu. Tidaklah mungkin seorang bankir dikenai tindakan hukum
52
Ibid.
53
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kalau tidak melakukan pelanggaran. Tidaklah mungkin seorang bankir dipersalahkan melakukan penyimpangan pemberian kredit sepanjang tidak bertindak sembrono dan
melakukan kongkalikong permufakatan jahat.
54
Para bankir seharusnya telah diberikan rambu-rambu untuk menjalankan tugasnya. Dalam profesi ini sebenarnya sudah digariskan batasan yang tegas
mengenai apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Kalau aturan- aturan yang sudah baku itu dilanggar, sudah sepantasnya seorang bankir
mempertanggungjawabkan kesalahannya. Penegakan hukum perlu dilakukan bukan karena tidak suka atau benci kepada profesi bankir, tetapi karena kepercayaan
terhadap sistem perbankan itu penting untuk dijaga. Mereka yang terbukti bersalah menyalahgunakan wewenangnya sebagai bankir harus dihukum agar memberikan
efek dan membuat orang lain tidak berani lagi untuk bermain-main dengan perbankan.
55
5. Pembuatan Kebijakan Perkreditan.