Kerugian Bukan Karena Kesalahan Atau Kelalaian Direksi.

Sedangkan UUPT Pasal 97 ayat 5 telah memasukkan hal-hal yang dapat dipertimbangkan sebagai dasar pemakaian konsep business judgement rule untuk melindungi Direksi dari tuntutan tanggung jawab pribadi yang antara lain disebutkan bahwa anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebaga ng maupun tidak ian; dan elakukan ”kesalahan” dan ”kelalaian”. Untuk dapat elakukan pendekatan yang lebih terarah, perlu dipahami arti kata ”kesalahan” dan menilai apakah kebijak imana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan: 1 Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; 2 Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; 3 Tidak mempunyai benturan kepentingan baik secara langsu langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerug 4 Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

B. Kerugian Bukan Karena Kesalahan Atau Kelalaian Direksi.

UUPT tidak menjelaskan ukuran apa yang dipakai sehingga seorang Direksi dapat digolongkan telah m m ”kelalaian” serta ukuran yang dipakai sebagai tolak ukur untuk an direksi tergolong salah atau lalai. 1. Pengertian kesalahan dan kelalaian. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana diketahui bahwa Pasal 1365 KUHPerdata 204 mensyaratkan adanya unsur kesalahan schuld terhadap suatu perbuatan melawan hukum. Sudah u hukum bahwa unsur kesalahan tersebut diangg acht, lain-lain. 206 kesalahan dari pelaku perbuatan ur kesengajaan derajat kesalahannya lebih ti merupakan tafsiran umum dalam ilm ap ada jika memenuhi salah satu diantara 3 tiga syarat sebagai berikut: a. Ada unsur kesengajaan, atau b. Ada unsur kelalaian negligence, culpa, 205 dan c. Tidak ada alasan pemaaf rechtvaardigings-grond, atau keadaan overm membela diri, tidak waras dan Ditinjau dari segi berat ringannya derajat melawan hukum, maka dibandingkan dengan unsur kelalaian, maka perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan uns nggi. Jika seseorang yang dengan sengaja merugikan orang lain baik untuk kepentingannya sendiri atau bukan, berarti dia telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum tersebut dalam arti yang sangat serius ketimbang dilakukannya hanya sekedar kelalaian belaka. 207 2. Ukuran bench mark dari kelalaian dan kesalahan. 204 Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian KUHPerdata yang berbunyi “Setiap orang bertanggungjawab, bukan hanya at Hukum, Pendekatan Kontemporer Bandung: PT. Citra Aditya B Ibid, hlm. 45-46. kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya mengganti kerugian tersebut”. 205 Lihat Pasal 1367 as kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya”. 206 Munir Fuady, Perbuatan Melawan akti, 2005, hlm. 45. 207 Universitas Sumatera Utara Dari definisi tersebut di atas bahwa di balik kata kesalahan atau kelalaian itu terkandung pengertian bahwa ada suatu perbuatan yang melanggar hukum. Hukum ecara luas mengingat begitu banyak nesia. Komitmen biasanya diminta oleh Bank lakukan oleh bank. ang salah satu tugas Direktur Kepatuhan adalah mencegah Direksi Bank agar tidak menempuh kebijakan dan atau menetapkan keputusan yang dalam konteks industri perbankan harus ditafsirkan s aturan yang diberlakukan pada industri perbankan. Selanjutnya akan diidentifikasi ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh direksi bank. Ada beberapa ketentuan di dalam dunia perbankan yang harus dipedomani direksi dalam menjalankan tugasnya, antara lain: a. Undang-undang yang berlaku dan ketentuan-ketentuan yang berada di bawahnya. b. Seluruh ketentuan yang dikeuarkan oleh Bank Indonesia. c. Komitmen dengan Bank Indo Indonesia setelah melakukan pemeriksaan dan pembinaan terhadap bank. Komitmen berisi langkah-langkah perbaikan yang harus di d. Anggaran Dasar perusahaan. Di dalam Anggaran Dasar biasanya tercantum hak, kewajiban, wewenang direksi, visi dan misi perusahaan. e. Standar Operasional dan Prosedur SOP yang mengatur langkah-langkah y harus ditempuh dalam memproses suatu pekerjaan sejak dari awal sampai pekerjaan selesai. f. Pendapat yang dikeluarkan oleh Direktur Kepatuhan atas hasil uji kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Direksi. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa Universitas Sumatera Utara menyimpang dari peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku serta tetap memperhatikan unsur kehati-hatian. 208 g. Kesepakatan-kesepakatan yang sudah diratifikasi baik bilateral maupun multilateral. Sebagai contoh adalah: 1 Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh bank-bank yang beroperasional di Indonesia yaitu Bank for International Settlement BIS atau yang dikenal en risiko yang ditetapkan dalam Bassel k peraturan yang mengandung sifat dengan Bassel Accord. Perbankan Indonesia harus tunduk kepada aturan dan metodologi penerapan manajem Accord karena Indonesia telah menyatakan diri tunduk atas aturan-aturan yang ditetapkan dalam Bassel Accord tersebut. 2 Pemberian fasilitas Letter of Credit LC. Oleh karena pelaksanaannya melibatkan kegiatan jasa perbankan yang masing-masing berada di Negara berlainan, maka sangat perlu adanya kesesuaian cara pembayaran yang dilakukan oleh bank-bank itu dalam bentu keseragaman baik dalam cara maupun mengenai pengertiannya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah dilakukan oleh International Chamber of Commerce ICC yang telah berhasil menyusun suatu peraturan bersifat internasional dikenal dengan nama Uniform Customs and Practice for Documentary Credits UCPDC. 209 208 Rudi Dogar Harahap, Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Yang Berbadan Hukum Perseroan Terbatas, Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm. 92-97. 209 Ibid. Universitas Sumatera Utara h. Kelaziman dan kebiasaan yang berlaku dan sudah diakui sebagai best practise. Ilmu di bidang perbankan yang sudah dipraktekkan secara luas juga dapat dikategorikan dalam golongan ini. Salah satu contoh adalah praktek dalam bidang lai kel ena akan sangat it. Bank harus menghindari penyaluran 2 Calon debitur wajib emiliki modal sendiri yang merupakan partisipasinya di dalam menjalankan perkreditan. Untuk menilai kelayakan calon nasabah debitur, bank wajib meni ayakan calon nasabah debitur, bank wajib menilai kelayakannya minimal melalui 5 lima unsur yang dikenal dengan Five Cs 5C yaitu: 1 Character karakter calon debitur. Aspek ini meliputi sifat, pola hidup maupun kebiasaan calon nasabah penerima kredit debitur. Karakter ini sangat penting kar menentukan kelancaran suatu kred kredit kepada pemohon kredit yang memiliki pola hidup, kebiasaan dan sifat negatif seperti pemboros, sulit membayar hutang, penjudi, pembohong, tidak tertib dan lain-lain. Gambaran mengenai calon nasabah bisa diperoleh dengan beberapa tehnik seperti wawancara, meneliti daftar riwayat hidup calon debitur, mencari informasi melalui sistem informasi debitur, dan informasi lainnya dari pihak yang kredibel dan lain sebagainya. 210 Capital stuktur permodalan calon debitur. Capital adalah modal yang dimiliki oleh calon debitur. m 210 Teguh Puji Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Yogyakarta: BPFE, 2001, hlm. 12-13. Universitas Sumatera Utara bisnis. Hal ini penting untuk memastikan tanggung jawab finansial calon 3 adalah sebagai gan kredit gagal oleh sebab 4 ntinya hasil usaha tersebut dapat kapasitas calon debitur dapat dilakukan melalui debitur dan juga bonafiditasnya di dalam menjalankan usaha yang akan dibiayai tersebut. Menurut kelazimannya, modal sendiri self financing ini biasanya lebih besar dari kredit yang dimohonkan ke bank. 211 Collateral agunan atau jaminan calon debitur. Collateral adalah jaminan atau agunan yang dimiliki oleh calon debitur sebagai jaminan untuk pelunasan hutang. Manfaat collateral alat pengaman apabila usaha yang dibiayai den apapun juga. Harus disadari bahwa jaminan tidak memperbaiki tingkat kelayakan feasibility suatu usaha proyek, karena objek utama pembiayaan adalah prospek usaha yang akan dibiayai dengan kredit bank. Namun jaminan tetap diperlukan agar proyek yang feasible tersebut menjadi bankable yang artinya layak untuk dibiayai oleh bank. 212 Capacity kapasitas debitur Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam mengelola perusahaan atau proyek yang akan dibiayai sehingga na melunasi kredit. Pengukuran berbagai pendekatan antara lain: 211 Ibid, hlm. 15. 212 Ibid, hlm. 16. Universitas Sumatera Utara a Pendekatan historis yaitu menilai past performance dari nasabah yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu euangannya ng menjalankan perusahaan tersebut, antara lain ya ataupun badan hukum yang 213 dalam budaya dan lain-lain yang menunjukkan perkembangan yang baik dari waktu ke waktu. b Pendekatan finansial yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan rugi laba dalam beberapa tahun terakhir untuk menilai rasio-rasio k apakah sehat atau tidak. c Pendekatan kualitas sumber daya manusia yaitu menilai kemampuan sumber daya manusia ya pendidikan, pelatihan dan pengalamannya. d Pendekatan yuridis yaitu menilai apakah calon debitur memiliki kapasitas sebagai subjek hukum untuk mewakili dirin diwakilinya dalam pengikatan perjanjian kredit dengan bank. e Pendekatan manajerial yaitu menilai kemampuan calon debitur dan perusahaannya apakah memiliki sistem manajemen yang baik. 5 Condition of Economic kondisi perekonomian. Pengertian kondisi ekonomi adalah dalam artian luas termasuk pengertian ini adalah situasi ekonomi, politik, mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan mempengaruhi kelancaran usaha dari calon debitur. 214 213 Ibid, hlm. 14. 214 Ibid, hlm. 17. Universitas Sumatera Utara Setiap aspek tersebut di atas wajib dituangkan dalam pedoman perusahaan dan setiap person di perusahaan termasuk direksi wajib mempedomaninya. Dengan demiki ian dan menjamin terpenuhinya unsur kehati- hatian d dia dalam proses pengambilan keputusan. an setiap keputusan atau kebijakan direktur bank dapat dipertanggungjawabkan dengan memakai buku pedoman perusahaan sebagai tolak ukurnya. Jika bank tidak menerbitkan buku pedoman atau menerbitkan buku pedoman yang tidak mengakomodir 8 delapan aspek tersebut, maka hal itu menjadi tanggung jawab direksi. Jika akibat hal tersebut bank mengalami kerugian, business judgement rule menjadi tidak berlaku. Menurut Bismar Nasution dengan mengutip Dine, menyatakan bahwa untuk menghindari unsur kesalahan dan kelala alam keputusannya, seorang Direksi harus: a. Mendapat informasi yang cukup mengenai kebijakan kepengurusan atau keputusan yang akan diambil. b. Agenda dan dokumen pendukung mengenai aspek-aspek kepengurusan dan keputusan bisnisnya harus terse c. Mengungkapkan pertanyaan atau pernyataan dengan pikiran yang tidak memihak dalam proses pengambilan keputusan. d. Membuat catatan dan dokumen tentang partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan. Universitas Sumatera Utara e. Membentuk sebuah komite untuk menjamin hal-hal penting yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambil telah diperiksa para ahli di bidang tersebut dalam hal yang tidak dapat ditangani atau dipahami oleh manajemen. 215

C. Direksi Telah Melakukan Pengurusan Dengan Itikad Baik Dan Kehati-