b. Kantor Cabang Penjamin dapat memeriksa pembukuan debitur terjamin, aset-
aset debitur terjamin yang dijadikan agunan tambahan, kegiatan usaha debitur terjamin dan kegiatan-kegiatan lain yang dianggap penting oleh Penjamin.
124
D. Lembaga Penjamin Kredit Sebagai Mitra Perbankan dan UMKM Untuk
Solusi Penyelesaian kredit Bermasalah.
Lembaga penjaminan kredit di Indonesia pada dasarnya telah ada sejak lama. Penjamin kredit terutama bagi koperasi antara lain Perum Sarana Pengembangan
Usaha Perum SPU merupakan pengembangan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi LJKK
125
yang didirikan pada tahun 1971 serta PT. Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia PT.PKPI mewakili perusahaan swasta yang didirikan pada
tahun 1995-an. Selain itu masih ada perusahaan asuransi kredit yaitu PT. Asuransi Kredit Indonesia Askrindo yang didirikan pada tahun 1971 yang juga
menyelenggarakan penjaminan dalam bentuk financial guarantee antara lain surety bond, custom bond dan asuransi kredit perdagangan.
124
Ibid.
125
Dahulu Lembaga Jaminan Kredit Koperasi LJKK merupakan BUMN bernaung di bawah Departemen Koperasi dan Tenaga Kerja. Tugas utama LJKK adalah menjamin skim kredit yang
disalurkan kepada koperasi. Sejarah mencatat bahwa sejak berdirinya LJKK telah banyak memberikan bantuan kepada Koperasi dalam hal penjaminan sehingga citra koperasi di masyarakat menjadi baik.
Selanjutnya untuk lebih mengembangkan kemampuan keuangan koperasi sekaligus menyehatkan beroperasinya lembaga penjaminan, Pemerintah memutuskan untuk membentuk Perusahaan Umum
Perum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 511981 dibentuklah Perusahaan Umum pengembangan Keuangan Koperasi. Selanjutnya sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun
2000, nama Perum Sarana berada di bawah naungan Kantor Meneg BUMN. ”Upaya Konversi Tanah dari Asset Menjadi Modal Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Usaha Mikro dan Penggerak
Ekonomi Rakyat”, DL05-03 Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sejarah perkembangannya, bentuk kemitraan lembaga penjamin dengan bank pada era tahun 1970-an dapat dikatakan gagal. Bertolak dari
pengalaman masa lampau, maka pendekatan yang sama kembali dicoba untuk diterapkan dalam mengatasi pemberdayaan UMKM saat ini. Untuk mengantisipasi
kegagalan program pada masa lalu agar dapat mengeliminasi kemungkinan yang akan terjadi, maka diharapkan adanya kerjasama yang saling cek dan ricek antara bank
dengan lembaga penjamin sehingga upaya pemberdayaan UMKM dapat tepat sasaran.
126
Perlu diketahui bahwa konsep pemberian pada lembaga penjamin tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan melihat cash flow dan menghitung
kemampuan membayar repayment capacity calon nasabah yang digunakan sebagai jaminan utama. Fungsi lembaga penjamin difokuskan pada opsi bahwa jaminan
tambahan yang selama ini berupa aset dirubah menjadi dalam bentuk corporate guarantee oleh lembaga penjamin.
127
Dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah untuk menggerakkan sektor riil yang tercantum dalam Inpres Nomor 6 tahun 2007 tanggal 8 Juni 2007 tentang
kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM serta
126
Menurut Krisna Wijaya bahwa terdapat dua hal penting agar tidak terulang kembali kegagalan program pemberdayaan UMKM dengan pola penjaminan yakni:
1. Program penjaminan dilakukan secara komprehensif sehingga tidak mengandung moral hazard
bagi oknum tertentu. Hal ini penting agar program ini tidak disalah artikan oleh pelaku UMKM sebagai suatu hakhibah dari pemerintah yang justru menjadi alat politik di masyarakat.
2. Bahwa kerjasama yang diharapkan antara bank dengan lembaga penjamin adalah adanya
kesimetrisan informasi dari bank terhadap nasabahnya, sehingga dapat memperkecil kesalahan dalam memilih calon nasabah yang potensial. Disinilah peran pemerintah sebagai fasilitator dalam
menyediakan profil UMKM.
127
Delmon Frengki, Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah UMKM Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk Kantor Cabang
Lubuk Pakam, Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU, 2008, hlm. 92.
Universitas Sumatera Utara
kesepahaman bersama antara pemerintah, perbankan dan perusahaan penjamin, maka dalam implementasinya perbankan akan bekerja sama dengan menyalurkan usaha
mikro dan kecil dengan pola penjaminan KUMKP. Hal ini bertujuan bagi pelaku usaha mikro dengan pola penjaminan kredit oleh bank untuk mikro, kecil dan
koperasi sebagai penjamin. Seiring dengan kebijakan pemerintah yang tercantum dalam program
pengembangan UMKM bagi ekonomi masyarakat kecil, maka dipandang perlu untuk membuat suatu mekanisme percepatan penyaluran kredit bagi pelaku sektor riil.
Program ini dilakukan pemerintah dengan dukungan dan pendanaan dari perbankan dengan konsep kemitraan dan penjaminan dari pihak asuransi kredit sebagai mitra
perbankan. Program tersebut diberi nama Kredit Usaha Rakyat KUR. Dengan program ini, kebuntuan permasalahan permodalan yang selama ini dihadapi oleh
pelaku UMKM setidaknya dapat terpecahkan. Pemerintah terhadap KUR dapat membantu UMKM dalam meningkatkan usahanya dengan menambah modal
sehingga dampak lanjutannya adalah semakin banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap oleh UMKM untuk mengurangi angka pengangguran. Untuk mensukseskan
program ini, pemerintah telah menunjuk Lembaga Asosiasi Kredit Indonesia Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha SPU sebagai lembaga resmi
yang menjamin kredit mikro tersebut.
128
128
Nota Kesepahaman MoU tentang pembiayaan UMKM ditandatngani di Jakarta, 5 November 2007 antara pemerintah yang diwakili sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dengan
lembaga penjaminan kredit Perum Sarana Pengembangan Usaha SPU dan PT. Askrindo Asuransi Kredit Indonesia, serta pihak perbankan yaitu BRI, BNI, BTN, Mandiri, Mandiri Syariah dan
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian kerjasama ini menjadi tindak lanjut dari kesepakatan kerja bersama antara Askrindo dan SPU dengan departemen serta enam bank nasional yang ditunjuk
pemerintah yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah dan Bank Bukopin. Dengan perjanjian kerjasama ini memungkinkan asuransi Askrindo dan SPU secara
otomatis menjamin pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan perseroan kepada pelaku usaha mikro dan kecil.
129
Dari segi persyaratannya, kredit bagi usaha mikro, kecil dan koperasi dengan pola penjaminan KUMKP ini adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan
plafond kredit sampai dengan Rp 500.000.000,00 lima ratus juta yang diberikan kepada pelaku usaha kecil, mikro dan koperasi dengan usaha produktifnya dan
mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin. Proses pengajuannya lebih mudah dan cepat, disamping itu kendala selama ini yang menjadi hambatan bagi pelaku
usaha mikro dan kecil untuk memperoleh modal sudah dapat diatasi, karena kewajiban menyerahkan agunan jaminan tidak mutlak dibutuhkan, sehingga pelaku
usaha kecil dapat memperoleh kredit tersebut.
130
Askrindo sendiri dapat menjamin
Bukopin. Program ini untuk mendukung program unggulan di daerah yang dilakukan oleh dinas-dinas koperasi di daerah dan dilakukan dengan tim pendamping yaitu BDS Business Development Service
dan KKMB Konsultan Keuangan Mitra Bank. Risiko yang ditanggung yaitu perusahaan penjamin 70 dan perbankan 30.
http:www.antaranews.co.id , diakses tanggal 27 Maret 2010.
129
Rhenald Kasali berpendapat bahwa, KUR yang dimaksudkan sebagai ”kail” harus tetap memperhatikan asas kehati-hatian dalam penyalurannya. Kebijakan yang hanya berfokus pada usaha
mikro akan menjadi ”hama” ketahanan rakyat. Semua membuka usaha dengan memanfaatkan kemudahan mendapatkan modal dari bank. Menjamurnya usaha mikro seperti itu berpotensi jadi
persoalan sosial baru. KUR harus dijaga agar tidak menjadi sarana baru bagi pelaku UMKM dalam ”gali lubang tutup lubang”. KUR diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas pengusaha. ”Program
KUR-Penyerapan Tenaga Kerja Baru Sebatas Estimasi”, Stepanus Osa T, Kompas, 28 Juni 2008.
130
Menurut Sandiaga Uno, Nota Kesepahaman diperlukan untuk menyamakan persepsi antara pemerintah, pelaku usaha dan perbankan mengenai skim Kredit Usaha Rakyat KUR. Penyaluran
KUR yang selama ini kerap terganjal masalah prosedur perbankan yang panjang dan persyaratan
Universitas Sumatera Utara
70 dari nilai pinjaman, sementara bank menanggung risiko sebesar 30 dari nilai pinjaman dengan sumber dana sepenuhnya dari Bank BRI. Dengan model kerjasama
ini, terbukti bahwa saat ini total pinjaman kredit Askrindo hingga posisi triwulan I, Maret 2008 telah mencapai Rp 20 trilliun. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang hanya Rp 11 trilliun.
131
Sebagian alokasi penjaminan tersebut diperuntukkan bagi kredit usaha mikro dan kecil sebesar 90.
Adapun ketentuan kerugian risiko klaim yang dijamin oleh pihak Askrindo adalah:
1. Jika debitur tidak dapat melunasi kredit pada saat fasilitas kredit yang
bersangkutan telah memenuhi ketentuan: a.
Untuk kredit dengan jangka waktu satu tahun, hak klaim timbul pada saat kolektibiltas kredit masuk dalam kategori diragukan, atau perjanjian kredit
jatuh tempo dan tidak dapat diperpanjang. b.
Untuk kredit lebih dari satu tahun, hak klaim timbul pada saat kolektibilitas kredit dalam kategori diragukan dan masa kredit telah berjalan minimal satu
tahun sejak akad kredit atau perjanjian telah jatuh tempo dan tidak dapat diperpanjang.
132
agunan dari peminjam. Meski demikian, pola distribusi KUR oleh perbankan dinilai sulit menjangkau sektor usaha mikro dengan plafond Rp.5.000.000 lima juta sampai dengan Rp.500.000.000,- lima
ratus juta. Hal senada juga disampaikan oleh Nining Soesilo, UMKM Center UI, bahwa KUR belum mampu menyentuh pelaku UMKM hingga ke pelosok daerah. Untuk itu, pemerintah diharapkan
mengkaji ulang pola penyaluran KUR bagi usaha Mikro melalui program keterkaitan linkage antara bank, BPR dan lembaga keuangan mikro, ”Kadin Minta Komitmen Bank”, Kompas, 31 Agustus 2008.
131
Harian Analisa, 20 April 2008, hlm. 2.
132
Surat Edaran Direksi BRI Nokep: 8DIR022008 tentang Ketentuan Fasilitas Pinjaman KUR Kupedes.
Universitas Sumatera Utara
2. Dalam hal kredit yang telah diterima oleh debitur telah menunjukkan
kolektibilitas diragukan sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia, maka pihak penjamin kerugian akan mengganti sejumlah maksimal yang dapat dibayar
sebesar 70 dari outstanding realisasi.
133
Adapun mekanisme dalam penjaminan kredit menjadi kewajiban bank pelapor untuk secara rutin setiap bulannya dalam melaporkan daftar nama debitur secara
kolektif ke perusahaan penjamin. Pelaporan yang dibuat harus mencakup daftar nominatif data debitur secara keseluruhan termasuk fasilitas kredit yang diberikan.
Sementara itu, untuk biaya premi asuransi sebesar 1,5 dari total plafond kredit menjadi beban anggaran pendapatan dan belanja negara APBN, debitur hanya
dibebankan biaya administrasi sebesar 0,1. Dengan adanya penjaminan kredit UMKM tersebut maka:
1. Pengajuan kredit usaha kecil yang sebelumnya tidak memenuhi persyaratan
perbankan menjadi bankable, sehingga usaha kecil dapat mengembangkan usahanya.
2. Risiko bank menjadi berkurang, karena sebagian telah dialihkan menjadi risiko
perusahaan penjamin. 3.
Dengan terpenuhinya kecukupan agunan dan berkurangnya risiko, maka kemungkinan terjadinya penolakan proposal pinjaman menjadi lebih kecil.
133
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Perusahaan penjamin juga melakukan kelayakan dan pengendalian kredit atas
kredit yang dijamin. Dengan adanya dan pengendalian dari dua pihak yang berlainan diharapkan risiko dapat lebih diminimalkan.
5. Dengan berkurangnya risiko tersebut, maka seharusnya risk premium yang
ditetapkan menjadi salah satu komponen dalam perhitungan lending rate dapat diturunkan sehingga lending rate menjadi lebih rendah.
6. Perusahaan penjamin akan mendapatkan fee penjaminan.
134
Apabila terjadi kemacetan atas kredit yang dijamin, maka: 1.
Sejak klaim yang dibayarkan, maka atas kredit tersebut tidak dikenai bunga. Hal ini akan meringankan beban nasabah.
2. Agunan dan atau fix asset yang dimilikinya tidak perlu dilikuidasi, karena
kewajiban nasabah yang dijamin akan dipenuhi oleh perusahaan penjamin sebesar porsi kredit yang dijamin. Hal ini memungkinkan usaha kecil tetap dapat
dijalankan dan selanjutnya apabila usaha tersebut telah mengalami pemulihan, nasabah tersebut dapat melakukan pembayaran subrogasi.
3. Dengan adanya pembayaran klaim, maka bank akan lebih cepat mendapatkan
likuiditas apabila dibandingkan dengan penjualan fix asset yang memerlukan prosedur dan waktu relatif lama.
135
Peran asuransi kredit sebagai penjamin UMKM tidak saja dikenal di Indonesia. Beberapa negara maju seperti Jepang juga menggunakan jasa asuransi
134
Untoro Perry Warjiyo, ”Default Risk dan Penjaminan KUKM”, Jakarta: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2008, hlm. 27.
135
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kredit dalam upaya mendukung perbankan untuk pembiayaan kredit.
136
Di Jepang implementasi penjaminan kredit diselenggarakan oleh credit guarantee system yang
diselenggarakan oleh Credit Guarantee Corporation Japan dan Credit Insurance System yang diselenggarakan Small Business Credit Insurance Corporation yang
mengasuransikan jaminan tersebut. Credit Guarantee System dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk mengusahakan kelancaran permodalan ke perusahaan
perdagangan dan berupaya dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan yang sehat. Secara konkritnya, lembaga yang berusaha
keras membantu pengelolaan perusahaan dan berperan sebagai “public guarantor” bagi perusahaan kecil dan menengah yang memiliki potensi yang besar untuk
berkembang di masa yang akan datang. Dengan adanya Credit Guarantee Corporation perusahaan kecil dan menengah di Jepang dimungkinkan dapat
memperoleh modal usaha dari lembaga keuangan. Untuk memperluas jangkauan pelayanan maka perusahaan penjamin di Jepang diperbolehkan melakukan ekspansi
penjamin gearing ratio
137
sebesar 50-60 kali. Ini artinya jika modal disetor perusahaan penjamin Rp 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah maka
perusahaan penjamin diperbolehkan menjamin kredit Rp 500.000.000.000,00 lima ratus milyar rupiah sampai dengan Rp 600.000.000.000,00 enam ratus milliar
rupiah dengan asumsi non performance loan kredit bermasalah kurang dari 1.
136
Noer Soetrisno, Penjaminan Kredit UKM: Pengalaman Kita dan Negara Lain. http:www.antara.co.id
. Diakses tanggal 27 Maret 2010.
137
Gearing Ratio = Utang x 100 Modal
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan peranan Credit Insurance System diselenggarakan oleh Small Business Credit Insurance, berfungsi menyelenggarakan pengasuransian kembali terhadap
pembayaran ganti rugi Credit Guarantee Corporation. Selain itu berfungsi pula selama menyelenggarakan peminjaman bunga rendah untuk promosi jaminan kepada
Credit Guarantee Corporation.
138
Di Indonesia sendiri gearing ratio perusahaan penjamin dapat mencapai 20 kali atau dengan asumsi non performance loan maksimal 5. Ini berarti jika
perusahaan penjamin memiliki modal Rp 10 milliar dan menjamin Rp 200 milliar rupiah serta 5 dari seluruh UKM dijamin macet, maka seluruh modal perusahaan
penjamin tersebut akan habis untuk menutup klaim atas kredit yang macet tersebut.
139
138
Delmon Frengki, Op. Cit, hlm. 98.
139
Ibid, hlm. 99.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYALURAN KREDIT
KEPADA UMKM
A. Karakteristik Bisnis Bank.