Doktrin-D Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penyaluran Kredit Kepada UMKM Pada Bank BUMN Berdasarkan Prinsip Business Judgement Rule

A. Doktrin-D

s. 1. Fidu Duty of are and skill, alam sistem common law dikenal dengan nama fiduciary duty. 180 Menurut Charles t: , fiduciary has two quite different functions. First, it instructs directors to be absolutely fair and candid in pursuing personal interest. Thus, the duty o corporation or to unfairly divert corporate resources or opportunities to her personal in carrying out their individual and collective duty to manage the corporation. In e the possibility that the directors will favour personal interest over the corporation’s eoptimal mungkin untuk kepentingan dan keuntungan perusahaan. Selanjutnya di dalam oktrin Yang Terkait Dengan Direksi Perseroan Terbata ciary Duty. loyality and good faith bersama-sama dengan duty of c d O’Kelley, Jr dari sisi perseroan, fiduciary duty memiliki fungsi sebagai beriku “in the corporate setting f loyality makes it wrongful for a directors to unfairly compete with her use. Second, fiduciary duty describes the bounds of acceptable conduct for directors both of these function, fiduciary duty raises a core issue how to optimally reduc interest”. 181 Issue utama dari fiduciary of duty adalah bagaimana meminimalisasi kemungkinan seorang Direktur menggunakan wewenangnya untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya, tetapi sebaliknya Direktur seharusnya menggunakannya s tataran aturan penerapannya, fiduciary duty pengertiannya diperluas tidak saja mengenai tindakan mementingkan diri sendiri, tetapi juga mencakup adanya kemungkinan sikap yang ceroboh atau tidak berhati-hati, atau dengan perkatan lain fiduciary duty memiliki unsur loyalitas loyality component dan unsur kepedulian 180 Gunawan Wijaya, Ibid, hlm 24. 181 Charles O’Kelley, Jr, Robert B. Thompson, Corporation and Other Business Associations, Boston, Toronto, London: Little, Brown and Company, 1992, hlm. 235. Universitas Sumatera Utara care component, 182 walaupun masih merupakan perdebatan mengenai ruang lingkup cakupan fiduciary of duty, tetapi seorang Direktur dituntut untuk menjalankan tugasnya dengan niat baik in good faith, kepedulian seorang yang bertindak hati- hati dan cara yang diyakini adalah yang terbaik untuk perseroan. 183 Philip Lipton dan Abraham Herzberg, membagi duty of loyality and good faith ke dalam duty to act bona fide in the interest of the company, duty to exercise power for the proper purpose, duty to retrain their discrenatory powers dan duty to avoid of conflict of interest. Sedangkan duty of care and skill dirumuskan sebagai duty to entunya harus didasarkan kepada maksud dan tujuan b. Du wewenang yang harus dipergunakan dengan wajar. Untuk itu diperlukan adanya care and diligence. 184 a. Duty to act bona fide in the interest of the company. Duty to act bona fide in the interest of the company ini adalah tuntutan agar Direksi mengelola perusahaan untuk kepentingan dan keuntungan perseroan. Tolak ukur kepentingan perseroan t pendirian perseroan atau visi dan misi perseroan. 185 ty to exercise power for the proper purpose. Dalam melaksanakan kepengurusan, Direktur diperlengkapi dengan 182 Ibid. 183 Ibid, hlm. 236. dikutip dari Revised Model Business Corporation Act RMBCA yang dikembangkan oleh American Bar Association Section on Business Law, Comitte On Corporate Laws. Lipton and Abraham Herzberg, Understanding Company Law, Brisbane: The Law Book Co yang me 184 Philip mpany Ltd, 1992, hlm. 297. 185 Lihat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 92 ayat 1 nyebutkan Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Universitas Sumatera Utara tatanan yang mengatur tentang bagaimana mengeksekusi wewenang tersebut. Tatanan itu dikenal dengan nama Good Corporate Governance GCG ang akan mengekang ujuan dan kepentingan perseroan. 187 Namun patkan Direksi tersebut dalam suatu keadaan yang tidak emungkinkan dirinya untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan kepentingan perseroan. Kewajiban ini bertujuan untuk mencegah Direksi secara tidak layak c. Duty to retrain their discrenatory powers. Direksi dapat melaksanakan wewenang dan berimprovisasi seluas-luasnya untuk melaksanakan tugasnya sepanjang masih dalam koridor dan anggaran dasar perseroan. 186 Dengan demikian tidak selayaknyalah jika Direksi kemudian melakukan pembatasan dini atau membuat suatu perjanjian y kebebasan mereka untuk bertindak demi t , penggunaan diskresi ataupun wewenang harus memperhatikan doktrin ultra vires yang menyebutkan bahwa anggota Direksi dilarang melakukan kegiatan yang berada di luar kewenangannya. 188 d. Duty to avoid of conflict of interest. Dalam konsep fiduciary duty ini, Direksi memiliki kewajiban untuk menghindari diadakan, dibuat, atau ditandatanganinya perjanjian atau dilakukannya perbuatan yang akan menem m memperoleh keuntungan dari perseroan, yang mengangkat dirinya menjadi Direksi. 186 Ibid, Lihat Pasal 92 ayat 2 yang menyebutkan Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat, dalam batas yang diitentukan dalam undang-undang ini danatau anggaran dasar. 187 Gunawan Wijaya, Op Cit, hlm. 31. 188 Sutan Remy Sjahdeni, Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris, Dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 14, Juli 2001, hlm. 102. Universitas Sumatera Utara Lebih jauh lagi kewajiban ini sebenarnya melarang dengan mencegah Direksi untuk menem il risiko dan peluang di masa depan. 190 enganut common law system, acuan yang digunakan adalah dalam patkan dirinya pada suatu keadaan yang memungkinkan Direksi bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Pada saat yang bersamaan mereka harus bertindak mewakili untuk dan atas nama perseroan. 189 e. Duty of care and diligence. Jika dalam duty of loyality, Direksi perseroan bertindak sebagaimana layaknya seorang trust, yang dipercayakan untuk mengelola harta kekayaan perseroan, maka dalam duty of care and skill atau dilligence, Direksi sebagai organ kepercayaan perseroan diharapkan dapat menjalankan perseroan sehingga memberikan keuntungan bagi perseroan. Direksi diberikan fleksibilitas dalam bertindak untuk melaksanakan fungsi kegiatan manajemen dengan mengamb Di negara-negara yang m standar of care atau standar kehati-hatian. Apabila Direksi telah bersikap dan melanggar standar of care, maka Direksi tersebut dianggap telah melanggar duty of care. 191 Tidak semua orang diharapkan dan dihadapkan pada keadaan untuk memiliki suatu standar keahlian tertentu yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam beberapa hal, seseorang diangkat sebagai anggota Direksi karena keahliannya bidang tertentu, misalnya seorang akuntan diangkat sebagai anggota Direksi karena keahliannya di bidang akuntansi keuangan. Dalam hal ini, standar yang 189 Ibid, hlm. 331. deni, Op Cit, hlm. 100. hat juga UUPT Pasal 99. 190 Sutan Remy Sjah 191 Lipton and Herzberg, Op Cit, hlm. 315, Li Universitas Sumatera Utara diharapkan dari anggota Direksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan anggota Direksi lainnya yang tidak memiliki kemampuan dan keahlian yang sama. Dengan demiki a vires the company” dan kontrak itu void tidak sah atau mereka melakukan kegiatan tersebut dan mengakibatkan persero an, anggota Direksi tersebut patut diharapkan dapat bertindak dan melakukan perbuatan yang menghasilkan keuntungan bagi perseroan dari keahliannya tersebut. Dalam beberapa kejadian, seorang Direksi dapat dianggap telah melanggar duty of care jika dalam menghadapi suatu persoalan yang rumit ia tidak mencari pendapat ahli untuk memberikan masukan dalam mengambil keputusan terhadap persoalan yang dihadapinya. 192 2. Doctrine of Ultra Vires. Salah satu prinsip dari fiduciary duty adalah melarang anggota Direksi melakukan sesuatu diluar kewenangannya atau disebut dengan kegiatan ultra vires, sedangkan pandangan tersebut dalam hukum perseroan disebut dengan doctrine ultra vires. Menurut doktrin tersebut, apabila suatu kontrak dibuat oleh perseroan tidak dalam rangka maksud dan tujuan perseroan beyond the object of the company, maka kontrak itu disebut “ultr batal demi hukum. Apabila an merugi, maka perseroan dapat meminta agar anggota Direksi yang bersangkutan mengganti kerugian itu, karena mereka telah melalaikan kewajibannya. 193 192 Gunawan Wijaya, Op Cit, hlm. 34-35. 193 Sutan Remy Sjahdeni, Op Cit, hlm. 102. Universitas Sumatera Utara Doktrin ini didasari oleh dua teori yang berbeda. Teori pertama yaitu teori yang lebih tua yang berpendapat bahwa suatu perseroan memiliki kewenangan untuk melakukan apapun juga sepanjang anggaran dasar perseroan tidak melarangnya. Dengan demikian menurut teori tersebut apabila anggaran dasar perseroan bungkam mengenai apakah perseroan dapat melakukan suatu perbuatan tertentu, maka perseroan itu bebas melakukannya. Sedangkan teori yang kedua yang saat in rseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya suatu kegagalan dalam perseroan, atau dengan perkataan lain, derivative action merupakan suatu i digunakan mengemukakan bahwa perseroan hanya memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan sepanjang untuk melakukan perbuatan itu perseroan memang telah diberikan kewenangan oleh anggaran dasar perseroan. Berdasarkan teori ini, apabila anggaran dasar perseroan tidak menentukan bahwa perseroan dapat melakukan perbuatan tersebut maka perseroan itu tidak dapat melakukannya. 194 3. Derivative Action. Gugatan derivatif derivative action adalah suatu gugatan yang berdasarkan atas hak utama primary right dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang saham atas nama pe 194 Ibid, hlm. 102. Universitas Sumatera Utara kegiatan yang dilakukan oleh para pemegang saham untuk dan atas nama persero rsebut diajukan oleh pemegang saham dari perseroan; d. Pem rseroan tersebut; n gugatan tersebut karena adanya suatu kegagalan dalam ang bersangkutan; sil dari gugatan t menjadi ng erupakan contemporaneous ownership. Dengan demikian pihak pemegang saham setelah an. 195 Menurut Munir terdapat 7 tujuh unsur yuridis yang utama dari suatu gugatan derivatif, ketujuh unsur tersebut adalah sebagai berikut: a. Adanya gugatan; b. Gugatan tersebut tentunya diajukan ke pengadilan; c. Gugatan te egang saham mengajukan gugatan untuk dan atas nama perseroan; e. Pihak yang digugat adalah Direksi maupun Komisaris dari pe f. Sebabnya diajuka perseroan atau kejadian yang merugikan perseroan y g. Karena diajukan untuk dan atas nama perseroan, maka segala ha tersebut menjadi milik perseroan, maka segala hasil dari gugatan tersebu milik perseroan, sungguhpun yang mengajukan gugatan adalah pemega saham. 196 Salah satu persyaratan lain dari gugatan derivatif yang sebenarnya m persyaratan klasik adalah bahwa pihak pemegang saham yang menggugat haruslah pemegang saham pada saat perbuatan salah tersebut terjadi, yang disebut dengan 195 Steven H Gifis. Law Dictionary, New York: Barrons’s Educational Series, Inc, 1984, hlm 129. 196 Munir Fuadi, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, Bandung: CV. Utomo, 2005, hlm.255. Universitas Sumatera Utara kejadian yang menyebabkan kerugian tersebut tidak berhak mengajukan gugatan derivatif, meskipun dia masih berhak menikmati ganti rugi terhadap perusahaan tersebu b. Wa seroan karena merupakan tindakan yang dikategorikan sebagai ”fraud n t, asalkan dia merupakan pemegang saham pada saat putusan dijatuhkan. 197 Agar dapat diakui sebagai derivatives action, setiap gugatan yang diajukan oleh pemegang saham untuk dan atas nama perseroan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: a. Pemegang saham tidak dapat mengajukan gugatan dalam bentuk derivative action jika yang digugat adalah tindakan atau perbuatan anggota Direksi yang dapat disahkan oleh RUPS berdasarkan persetujuan sederhana ordinary resolution. laupun tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anggota Direksi perseroan tersebut adalah tindakan atau perbuatan yang tidak dapat disahkan oleh RUPS per on the minority”, derivative action hanya berhasil jika anggota Direksi yang melakukan tindakan atau perbuatan yang melanggar fiduciary duty tersebut adalah anggota Direksi yang dominan dan memegang kendali dalam perseroan da dalam hal tertentu telah disetujui oleh sebagian besar pemegang saham independen. 198 Persyaratan pertama diberikan dengan tujuan untuk menghindari kerugian bagi perseroan itu sendiri sebagai akibat dari gugatan untuk dan atas nama perseroan 197 Ibid, hlm. 255. American Law Institute, Principle of Corporate Governance and Structure Section . 7.02 a ii Tent. Draft no. 1, 1982 permits suit by noncontemporaneous owners as long as they purchased before disclosure of the wrong. 198 Gunawan Wijaya, Op Cit, hlm 44-45 Universitas Sumatera Utara oleh salah satu atau lebih pemegang saham yang tidak puas dengan tindakan salah satu atau lebih anggota Direksi perseroan yang menurut pertimbangan pemegang saham tersebut tidak sesuai dengan kepentingannya. Ada tiga hal yang secara umum dapat dikatakan sebagai pengecualian dari pengesahan tindakan atau perbuatan anggot g pemegang saham yang menyatakan dirinya ber r a Direksi yang melanggar fiduciary duty yang dapat dilakukan oleh suara mayoritas biasa dalam suatu RUPS. Hal-hal tersebut adalah tindakan ultra vires, tindakan lain yang memerlukan persetujuan khusus dalam suatu RUPS, tindakan yang merupakan ”fraud on minority”. 199 Persyaratan kedua mengandung 2 dua unsur yang perlu diperhatikan yaitu: a. Anggota Direksi tersebut adalah anggota Direksi yang memegang kendali control dalam perseroan. Dalam hal ini menekankan kedudukan anggota Direksi sebagai pemegang saham dan kemampuannya untuk memberikan atau mempengaruhi keputusan yang akan diambil dalam RUPS; b. Ada kalanya tindakan seoran tindak untuk dan atas nama serta mewakili perseroan belum tentu benar-bena mewakili kepentingan perseroan. Oleh karena itu, untuk memberikan justifikasi dari tindakan tersebut diperlukan persetujuan dari sebagian besar pemegang saham independen dalam perseroan. Hal yang terakhir ini dianggap lebih dapat mewakili kepentingan perseroan secara utuh. 200 199 Ibid, hlm. 45-46. 200 Ibid, hlm. 46. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Gunawan mengutip P. Lipton dalam “Understanding Company Law” mengatakan bahwa termasuk dalam kategori fraud on minority adalah keputusan dalam RUPS yang dilakukan “Bona fide for the company as a whole” yaitu keputusan yang antara lain: a. Mengambil alih harta kekayaan perseroan; b. Mengesahkan tindakan Direksi yang melanggar fiduciary duty, secara umum dik at pemegang saham minoritas. Atas tindakan-tindakan nnya sendiri di atas kepentingan si karena prinsip ini bul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis atakan bahwa RUPS berhak untuk mengesahkan setiap tindakan atau perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty. Namun demikian tidak semua tindakan atau perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty yang dapat disahkan RUPS mengik Direksi yang mengutamakan kepentinga perseroan dapat digugat oleh pemegang saham minoritas. c. Mengambil alih harta kekayaan minoritas. Ini dapat terwujud melalui mekanisme dilusi secara sah. 201 4. Business Judgement Rule. Business judgement rule merupakan penyeimbang prinsip fiduciary duty yang menekankan pada kewajiban dan larangan kepada Direksi. Sebaliknya Business judgement rule merupakan pembelaan kepada para Direk menekankan bahwa para anggota Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang tim 201 Ibid, hlm. 48. Universitas Sumatera Utara business judgment oleh anggota Direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimb rsebut tidak seragam dalam merum menimbulkan benturan kepentingan conflict of Interest, atau merupa angan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Definisi business judgement rule adalah “a presumption that in making a business decision, the directors of corporation acted on an informed basis in good faith and in the honest belief that the action was taken in the best interest of the company”. 202 Menurut Sutan Remy setelah beliau mempelajari putusan-putusan pengadilan di Amerika Serikat, ternyata pengadilan-pengadilan te uskan pengecualian-pengecualian rule tersebut. Beberapa pengadilan berpendapat bahwa pertimbangan seorang anggota Direksi tidak dapat diganggu gugat kecuali apabila pertimbangan tersebut didasarkan atas suatu kecurangan fraud, atau kan perbuatan yang melanggar hukum. Sementara beberapa pengadilan lain berpendapat bahwa seorang direktur yang mengambil pertimbangan telah menimbulkan kerugian bagi perseroan, tidak dilindungi business judgement rule, jika kerugian tersebut akibat kelalaian berat gross negligence anggota Direksi bersangkutan. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak semua keputusan dan kebijakan Direksi dapat berlindung dengan alasan pertimbangan bisnis sehingga dapat dilindungi rule ini. 203 202 Sutan Remy Sjahdeni, Op Cit, hlm. 101. 203 Ibid. Universitas Sumatera Utara Sedangkan UUPT Pasal 97 ayat 5 telah memasukkan hal-hal yang dapat dipertimbangkan sebagai dasar pemakaian konsep business judgement rule untuk melindungi Direksi dari tuntutan tanggung jawab pribadi yang antara lain disebutkan bahwa anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebaga ng maupun tidak ian; dan elakukan ”kesalahan” dan ”kelalaian”. Untuk dapat elakukan pendekatan yang lebih terarah, perlu dipahami arti kata ”kesalahan” dan menilai apakah kebijak imana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan: 1 Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; 2 Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; 3 Tidak mempunyai benturan kepentingan baik secara langsu langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerug 4 Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

B. Kerugian Bukan Karena Kesalahan Atau Kelalaian Direksi.