Saran Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penyaluran Kredit Kepada UMKM Pada Bank BUMN Berdasarkan Prinsip Business Judgement Rule

akan mengurangi kemampuan perbankan melakukan ekspansi kredit ke sektor riil. 3. Semua pejabat yang terkait dengan penyaluran kredit kepada UMKM harus menyadari bahwa setiap pemberian kredit kepada peminjam manapun hendaknya benar-benar didasarkan atas prinsip kehati-hatian melalui pemenuhan asas-asas pemberian kredit yang sehat dan menyadari bahwa dalam memberikan persetujuan kredit, pejabat bank tanpa terkecuali pejabat Bank BUMN, tidak boleh terpengaruh oleh permintaan-permintaan dari pihak manapun yang dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan serta harus melaksanakan kemahiran profesionalnya di bidang perkreditan secara jujur, objektif, cermat dan seksama dengan mengikuti praktek-praktek good corporate governance yang berlaku. Jika hal tersebut di atas telah dilakukan, apabila timbul kerugian di kemudian hari akibat penyaluran kredit kepada UMKM tersebut maka penggunaan prinsip business judgement rule sebagaimana diatur dalam Pasal 97 ayat 5 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dapat menjadi payung hukum bagi para pejabat bank tersebut termasuk pejabat bank pada bank BUMN.

B. Saran

1. Ketentuan mengenai fungsi khusus bagi BUMN dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang mendesak, pemerintah dapat menugasi suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah bagi BUMN yang Universitas Sumatera Utara berperan di lembaga keuangan dan perbankan agar dikaji lagi lebih jauh agar penerapan Good Corporate Governance dapat terlaksana dengan baik. Hal ini menjadi krusial karena jika saja bank independen dalam setiap produk perbankan yang dipasarkannya tersebut dan telah sesuai dengan aturan hukum tanpa adanya intervensi dari pihak luar, maka bank mungkin mampu meminimalisir risiko hukum sebagai bagian dari usaha penciptaan Good Corporate Governance GCG dan fiduciary relationship. Hal ini penting bagi lembaga perbankan yang wajib mempertanggungjawabkannya secara hukum kepada shareholder dan stakeholder. Faktor inilah sebagai modal usaha perbankan yang mengutamakan kepercayaan tinggi dari masyarakat dalam mengelola dana masyarakat itu sendiri. 2. Mengingat betapa kompleksnya pengelolaan bank dan pentingnya mendorong bank agar lebih berperan aktif dalam menyalurkan dananya untuk membantu sektor riil, perlu diterbitkan suatu ketentuan yang mengatur bahwa sebelum aparat penegak hukum memeriksa bank, khusus yang menyangkut penyediaan dana, penghimpunan dana dan jasa dan jasa perbankan lainnya harus mendapat izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia, dengan demikian akan memberikan kelegaan bagi para bankir untuk lebih berani menyalurkan dana bank yang akan berdampak kepada bergairahnya perekonomian Indonesia. Akibat lainnya adalah muncul kekhawatiran bank BUMN dalam melakukan pembiayaan ke sektor riil dan muncul pula kekhawatiran di sebagian kalangan pelaku usaha untuk berhubungan dengan bank BUMN, karena mereka harus segera melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan citra dan kredibilitas di Universitas Sumatera Utara mata masyarakat melalui serangkaian kegiatan public relation dan mereka juga harus mengembalikan kepercayaan dan dukungan masyarakat dalam dan luar negeri serta memunculkan kepercayaan diri agar muncul keberanian dalam melakukan penyaluran kredit, karena semenjak terkuaknya kasus kredit macet, tidak sedikit proposal kredit yang ditolak bank BUMN. Jika tidak ditangani dengan baik, maka kredit bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat potensial bagi bank. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan, karena akibat dari kredit bermasalah adalah menjadi biaya yang menjadi beban dan kerugian bagi bank. 3. Bank Indonesia perlu mengadakan sosialisasi mengenai konsep prinsip fiduciary duty dan prinsip business judgement rule di kalangan pengusaha, bankir dan aparat penegak hukum, sehingga implementasi prinsip business judgement rule yang sudah diadopsi oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dapat dipahami oleh pihak-pihak yang terkait sehingga implementasinya sesuai dengan maksud diterbitkannnya undang-undang tersebut. Walaupun prinsip business judgement rule telah diadopsi pada Pasal 97 ayat 5 UUPT, tetapi pada Pasal 155 menyatakan bahwa ketentuan mengenai tanggungjawab Direksi dan atau Dewan Komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur dalam undang-undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang hukum pidana. Hal ini menjadi mengaburkan kembali apakah kerugian yang terjadi akibat keputusan Direksi Universitas Sumatera Utara bersifat perdata atau pidana. Oleh karena itu perlu peraturan lanjutan yang bisa menarik benang merah antara dua isu tersebut. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

A. Buku.