tersebut umumnya SMU dan Diploma. Sebanyak 29 persen responden menyatakan bahwa mereka memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp
3.000.001 hingga 5.000.000 yang digolongkan pada tingkat ekonomi menengah keatas. Responden pada selang pendapatan ini berprofesi sebagai pegawai negeri
dan pegawai swasta. Responden yang memiliki pendapatan lebih dari 5.000.000 adalah sebanyak 10 persen. Responden dalam kelompok ini digolongkan dalam
tingkat ekonomi kelas keatas. Responden pada selang pendapatan ini memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta dan wirausaha.
Berdasarkan pembagian golongan tersebut, proses keputusan pembelian produk yang berkualitas akan dipengaruhi oleh pendapatan responden.
Kemapanan tingkat ekonomi cenderung membuat konsumen untuk memilih produk dengan kualitas yang lebih tinggi. Dalam hal ini responden dari semua
golongan bisa saja sama-sama mengkonsumsi produk susu kedelai cair, namun yang membedakan adalah kemasan, harga, dan tempat pembelian yang tentu saja
akan berpengaruh pada kualitas produk susu kedelai cair.
5.4.6 Kategori Status Marital
Status marital
atau status
pernikahan responden
dapat pula
menggambarkan karakteristik dari responden susu kedelai cair murni tanpa merek. Status pernikahan dibagi menjadi dua yaitu belum menikah dan status yang sudah
menikah. Status pernikahan dapat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap suatu produk. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan jumlah
responden berdasarkan status marital.
Tabel 16. Karakteristik Responden Menurut Kategori Status Marital
Status Marital Banyaknya
orang n=100 Persentase
Menikah 38
38 Belum Menikah
62 62
Jumlah 100
100
Berdasarkan hasil Tabel 16 status marital mayoritas responden adalah belum menikah dengan jumlah responden sebanyak 62 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa responden susu kedelai cair umumnya berusia muda. Keputusan pembelian susu kedelai cair murni yang dilakukan oleh responden
yang belum menikah tersebut merupakan keputusan yang dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Responden yang belum menikah mengkonsumsi dikarenakan
adanya keinginan pribadi untuk mengkonsumsi susu kedelai cair untuk memenuhi gizi sehari-hari. Hal ini juga terlihat karena umumnya responden yang belum
menikah berada pada selang usia remaja hingga dewasa. Responden pada usia tersebut juga sudah mulai memperhatikan kebutuhan gizi yang baik namun tidak
memberikan risiko kegemukan sehingga mereka mulai mengkonsumsi susu kedelai cair. Berbeda dengan 38 persen responden yang telah menikah, keputusan
pembelian responden tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga lainnya.
BAB VI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
SUSU KEDELAI CAIR MURNI TANPA MEREK
Karakteristik dan latar belakang yang beragam akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk maupun jasa. Proses
pengambilan keputusan pembelian susu kedelai cair diawali ketika konsumen merasakan, dan mengenali adanya kebutuhan akan produk tersebut. Kesadaran
akan kebutuhan yang harus dipenuhi membuat responden mencari produk yang dapat mengatasi masalah yang mereka rasakan. Secara rinci responden
menentukan keputusan pembelian melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian.
6.1 Pengenalan Kebutuhan
Proses keputusan pembelian susu kedelai cair oleh responden dimulai ketika responden merasakan dan mengenali adanya kebutuhan akan produk susu
kedelai cair. Tahapan pengenalan kebutuhan dapat dimulai dari mendeteksi motivasi atau alasan responden melakukan pembelian produk susu kedelai cair.
Motivasi setiap orang untuk mengkonsumsi suatu produk tentunya berbeda-beda. Dalam penelitian ini motivasi responden dalam membeli susu kedelai cair
disajikan dalam Tabel 17.