Perumusan Masalah Analisis Ekonomi Pengembangan Domba Garut Berbasis Daya Dukung Pakan Hijauan di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

5 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Domba

Domba merupakan ruminansia kecil pemakan rumput. Perbedaan domba dengan kambing yaitu domba memiliki kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi air mata kelenjar suborbitalis, tidak memiliki ligamen telinga sehingga tidak dapat memanjat. Di celah kuku kelenjar intergigitalis keluar sekresi yang berbau khas disaat berjalan, tanduk panjang melengkung dan tumbuh melingkar Sutama 2009. Karakteristik khas dari domba adalah memiliki bulu keriting lebat yang digunakan sebagai termoregulator pengatur suhu tubuh pada musim dingin dan panas Widodo 2010.

2.2 Domba Garut

Domba di Indonesia yang dikenal ada beberapa jenis. Secara umum kategori domba dapat dikelompokan menjadi dua yaitu domba ekor tipis dan ekor gemuk. Domba Garut merupakan keturunan campuran antara domba lokal ekor tipis DET, domba kaapstad ekor gemuk dari Afrika Barat Daya dan domba merino dari Australia. Populasi domba ini banyak tersebar di daerah Jawa Barat khususnya di Kabupaten Garut. Domba Garut terkenal sebagai domba aduan Sutama 2009. Ciri-ciri fisik domba Garut antara lain: 1 Badan agak besar. Domba jantan dewasa mempunyai bobot 60 sampai 80 kg, sedangkan yang betina mempunyai bobot 30 sampai 40 kg. 2 Domba jantan memiliki tanduk yang cukup besar, melengkung kearah belakang, dan ujungnya mengarah kedepan sehingga berbentuk seperti spiral. Pangkal tanduk kanan dan kiri hampir bersatu. 3 Domba betina tidak memiliki tanduk. 4 Ekornya pendek dan pangkalnya agak besar gemuk. 5 Lehernya agak kuat. 6 Bentuk telinganya kecil dan terletak dibelakang pangkal tanduk. 7 Bulu lebih panjang dan halus jika dibandingkan dengan domba asli, berwarna putih, hitam, cokelat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut. 8 Perawakan kekar dan besar sehingga domba ini baik untuk penghasil daging. 6

2.3 Hijauan Pakan

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia sehingga dalam peningkatan produksi ternak ruminansia harus diikuti dengan penyediaan hijauan pakan yang cukup dalam jumlah maupun kualitas. Hijauan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan baik segar maupun awetan yang berasasl dari padang penggembalaan atau rumput, tegalan, pematangan serta pinggiran jalan Syamsu et al. 2006. Sedangkan Dwiyanto et al. 2000 menyatakan bahwa hijauan pakan yang tersedia di pedesaan adalah rumput unggul, rumput lapangan dan leguminosa. Pengembangan ternak khususnya ternak ruminansia masih tergantung pada kecukupan tersedianya pakan hijauan baik jumlah, kualitas, dan kesinambungannya sepanjang tahun. Hijauan pakan yang digunakan untuk ternak ruminansia sering mengalami kekurangan terutama musim kering dengan mutu yang rendah. Selain itu, penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing dengan tanaman pangan karena tanaman pakan belum menjadi prioritas Sajimin et al. 2000. Pemenuhan kebutuhan hijauan makanan ternak menjadi kendala karena sumberdaya alam untuk peternakan berupa padang penggembalaan di Indonesia mengalami penurunan sekitar 30. Hal ini dikarenakan perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan, dan tanaman industri Djajanegara 1999.

2.4 Pemanfaatan Limbah Ternak Domba

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair air seni atau urine, air pencucian alat. Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas Soehadji 1992.