33 sebesar 3 370.32 ST sehingga KPPTR efektif diperoleh sebesar -4 264.01 ST
Tabel 15. Tabel 14 Konversi hijauan pakan di Kecamatan Cikajang
No Sumber Hijauan
Luas Ha Konversi Hijauan
ton BKHath 1
Persawahan 281.00
327.00 2
Galengan Sawah 6.54
98.10 3
TegalanKering semusim 901.00
135.15 5
Perkebunan 6 032.00
4 524.00 6
Padang, semak 16.00
240.00 7
Hutan 3 218.00
2 413.50 Jumlah
10 391.54 7 737.75
Sumber: Data primer diolah 2013
Dalam perhitungan, nilai KPPTR di Kecamatan Cikajang memiliki nilai negatif Tabel 15. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi over population
sehingga produksi hijauan makanan ternak HMT Kecamatan Cikajang tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak yang ada. Kebutuhan hijauan ternak di
Kecamatan Cikajang yang tidak tercukupi disebabkan oleh fluktuasi produksi hijauan. Produktivitas hijauan akan sangat menurun ketika musim kemarau tiba.
Selain itu, Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah sentra pembibitan dan produksi Domba Garut terbesar di Kabupaten Garut sehingga suatu hal yang
mungkin apabila terjadi over population yang berdampak pada kurangnya hijauan makanan ternak HMT ruminansia.
Tabel 15 Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR Kecamatan Cikajang
Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR Produksi Hijauan ton BKhath
7 737.75 KPPTR Maksimum ST
3 370.32 Populasi Satuan Ternak ST
7 634.33 KPPTR Efektif ST
- 4 264.01
Sumber: Data primer diolah 2013
Untuk mengatasi kekurangan dalam memenuhi hijauan makanan ternak HMT sebanyak 4 264.01 ST para peternak di Kecamatan Cikajang
mendatangkan atau mengambil hijauan pakan dari kecamatan lain yang masih memiliki sumber hijauan dengan intensitas tumbuh tinggi. Selain itu, beberapa
peternak mensubtitusi hijauan dengan pakan tambahan seperti ampas tahu atau dedak sehingga dapat mengurangi pemanfaatan hijauan sebagai pakan pokok
34 ternak ruminansia. Pengurangan jumlah populasi ternak ruminansia dengan
melakukan penjualan ternak keluar daerah bahkan luar kabupaten telah dilakukan para peternak di Kecamatan Cikajang sehingga membantu mengurangi
terjadinyan over population.
6.1.1 Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hijauan Ternak Domba Garut di Kecamatan Cikajang
Berdasarkan hasil analisis KPPTR, diperoleh nilalai KPPTR Efektif di Kecamatan Cikajang sebesar - 4 264.01 ST yang menandakan telah terjadi over
population di Kecamatan Cikajang. Hal ini berarti hijauan yang ada di Kecamatan Cikajang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak
ruminansia. Apabila dianalisis lebih lanjut, maka jumlah ternak asumsi Kecamatan Cikajang sebagai sentra domba sebanyak 30 458 ekor domba dewasa
mengalami kekurangan pakan hijauan Lampiran 4. Dalam sistem pemeliharaan intensif ketersediaan pakan harus bersifat
continue. Apabila kekurangan pakan hijauan dibiarkan begitu saja maka mengakibatkan pertumbuhan domba tidak optimal. Sehingga diperlukan
penambahan hijauan berupa meningkatkan produksi hijaun dalam Kecamatan Cikajang maupun mendatangkan hijauan dari luar Kecamatan Cikajang yang
memiliki surplus produksi hijauan. Nilai KPPTR Efektif sebesar - 4 264.01 ST bisa terpenuhi dengan
menambahkan hijauan di Kecamatan Cikajang sebanyak 9 789.53 ton BKtahun Lampiran 5. Apabila kebutuhan tersebut ingin dipenuhi maka diperlukan
budidaya lahan untuk pakan hijauan, seperti budidaya rumput gajah Pennisetum purporeum L. seluas 652.64 hektar. Dimana dalam satu tahun rumput gajah
mampu memproduksi sebesar 15 ton BKhektar. Dengan dilakukannya budidaya rumput gajah maka tidak hanya dalam segi kuantitas namun segi kualitas nutrisi
dapat mencukupi secara optimal. Pada lahan budidaya, pemagaran dapat menggunakan leguminosa pohon, seperti kaliandra Caliandra haematocephala
Hassk, turi Sesbania grandiflora Pers., gamal Gliricidia sepium dan lamtoro Leucaena leucocephala. Selain berfungsi sebagai pelindung tanaman inti,
leguminosa pohon ini dapat berfungsi sebagai penyedia hijauan berprotein tinggi sebagai suplementasi pakan ternak.
35
6.1.2 Manajemen Pembukaan Lahan Budidaya Pakan Hijauan di Kecamatan Cikajang
Pembukaan lahan budidaya hijauan di Kecamatan Cikajang untuk memenuhi 30 458 ekor domba dewasa sebaiknya dilakukan oleh Pemerintah
Kecamatan Cikajang di bawah pengawasan UPTD Peternakan, mengingat luas lahan yang diperlukan sebesar 652.64 hektar. Apabila dikelola perseorangan oleh
peternak maka hasilnya tidak akan maksimal. Adapun beberapa kendala apabila dibudidayakan perseorangan yaitu sebagai berikut: 1 waktu tunggu antara tanam
dan panen lama; 2 luas lahan apabila dibagi dengan peternak yang ada sangat tidak efektif; 3 penanganan yang relatif lebih sulit; 4 pemerintah kurang
berpartisipasi aktif dalam perkembangan peternakan. Lahan budidaya hijauan seluas 652.64 hektar dapat memanfaatkan lahan
komunal tidak terpakai yang ada di Kecamatan Cikajang agar lahan termanfaatkan sehingga menjadi lahan produktif. Lahan budidaya hijauan dapat
ditanami rumput gajah Pennisetum purporeum L., tanaman rumput pendek, seperti brachiaria sp., beberapa leguminosa semak, seperti Centrosema
pubescens, Pueraria phaseoloides, Calopogonium mucunoides, dan leguminosa pohon, seperti Caliandra haematocephala Hassk, turi Sesbania grandiflora
Pers., gamal Gliricidia sepium dan lamtoro Leucaena leucocephala. Hal tersebut bertujuan selain sebagai lahan budidaya hijauan dapat digunakan sebagai
lahan penggembalaan. Pola penanaman budidaya hijauan seluas 652.64 hektar dibuat pola petak
5 000 m
2
, petak yang dihasilkan adalah 1305 petak. Apabila setiap hari panen satu petak maka pemanenan dapat terus berlangsung continue setiap hari sesuai
dengan umur rumput produktif 45 hari. pembuatan pola petak ini bertujuan ketika pemanenan waktunya bisa berselang dan ada waktu tumbuh untuk petakan
yang pertama kali dipanen. Pola tanam seperti ini disebut dengan manajemen panen.
6.2 Analisis Pendapatan Peternakan Domba Garut di Kecamatan Cikajang
Pendapatan pada peternak domba Garut merupakan manfaat langsung dari peternak domba Garut di Kecamatan Cikajang. Perhitungan pendapatan rata-rata