10
2.7 Penelitian Terdahulu
Hardyastuti 2008 melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Grobogan sebagai Sentra Produksi Sapi
Potong”, tujuan penelitian tersebut yaitu mengetahui kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong dan tingkat kepemilikan sapi potong di Kabupaten
Grobogan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan memiliki potensi yang cukup untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah sentra
produksi ternak. Akan tetapi terdapat kendala dalam ketersediaan sumberdaya, diantaranya sumberdaya pakan dalam penyediaan hijauan. Berdasarkan analisi
KPPTR, nilai total KPPTR Kabupaten Grobogan adalah -20164,1 ST. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Grobogan memiliki populasi sapi
potong yang sudah terlalu banyak atau terjadi over population. Meskipun nilai total KPPTR menunjukkan nilai negatif, tetapi tidak semua wilayah di Kabupaten
Grobogan memiliki nilai KPPTR negatif. Analisis KPPTR menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan memiliki sepuluh kecamatan yang memiliki nilai positif.
Kesepuluh kecamatan ini masih memiliki potensi untuk dapat ditingkatkan populasi sapi potongnya sebesar nilai tersebut dan dapat dijadikan sebagai sentra
produksi bibit ternak sapi maupun sapi siap potong. Penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penel itian Hardyastuti 2008 dengan judul “Strategi Pengembangan Wilayah
Kabupaten Grobogan sebagai Sentra Produksi Sapi Potong”. Persamaan berupa menganalisis kapasitas peningkatan populasi ternak disuatu daerah tertentu dan
yang membedakan adalah pada penelitian Hardyastuti 2008 analisis dilakukan secara keseluruhan satu kabupaten, hanya ingin mengetahui jumlah kapasitas
populasi di Kabupaten Grobogan menggunakan perhitungan KPPTR tidak langsung. Sedangkan pada penelitian ini, penulis melakukan analisis kapasitas
peningkatan ternak dilakukan secara langsung dan lebih spesifik di Kecamatan Cikajang dengan tujuan pengaplikasian perhitungan kelayakan usahaternak
berdasarkan ketersediaan pakan hijauan dinilai dengan analisis biaya dan manfaat. Wulansari
2005 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Ekonomi Usahta
ani Nilam” yang bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan ekonomi usahatani nilam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa proyek
11 tersebut layak secara ekonomi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar
4 180 266.575 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani selama umur proyek adalah sebesar Rp 4 180 266.575 menurut nilai sekarang. IRR
sebesar 229.04 artinya bahwa keuntungan bersih yang diperoleh akan bernilai nol pada tingkat suku bunga atau diskonto 299.04 dan Net BC sebesar 4.137
bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan penerimaan bersih sebesar Rp 4 137. Namun secara riil bahwa dengan keuntungan tersebut belum mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidup petani sehari-hari dengan tanggungan keluarga umumnya sebanyak 3 sampai 5 orang.
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian Wulansari 2005 dengan judul “Analisis Kelayakan Ekonomi
Usahatani Nilam”. Persamaan berupa menganalisis kelayakan proyek
menggunakan analisis biaya dan manfaat dan yang membedakan adalah pada penelitian Wulansari 2005 manfaat yang dinilai dibatasi pada manfaat tangible
berupa hasil produksi ikan, sedangkan pada penelitian ini nilai manfaat yang dinilai adalah manfaat tangible yang merupakan pengembangan dari hasil
pendapatan dari kepemilikan domba Garut dan pemanfaatan kotoran domba.