mereka.Hal ini adalah salah satu faktor yang membuat adanya perbedaan modal yang cukup jauh diantara kedua unit analisis masing-masing.
6.1.4 Kegiatan Produksi
Kegiatan budidaya ikan bandeng di masing-masing unit analisis dalam satu siklus berlangsung selama empat sampai enam bulan, sehingga dalam satu
tahun petambak dapat melakukan kegiatan usaha ini sebanyak dua sampai tiga siklus.Siklus tersebut terdiri atas masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa
pemanenan.
a Masa Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam masa persiapan adalah mempersiapkan lahan tambak agar layak untuk digunakan sebagai media budidaya ikan
bandeng.Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan ini kurang lebih tiga sampai dengan empat belas hari. Adapun yang dilakukan selama masa persiapan antara
lain sebagai berikut: 1 Membersihkan lahan tambak, menyingkirkan lumpur-lumpur hitam dan
mengeringkan lahan selama beberapa hari. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kualitas tanah agar tidak bermasalah pada saat kegiatan pemeliharaan,
juga untuk mematikan hama atau mikro organisme pengganggu bagi kegiatan budidaya ikan bandeng. Salah satu cara yang digunakan oleh petambak di
lokasi penelitian dengan menggunakan obat-obatan atau obat hama. 2 Setelah diberi obat-obatan dan dikeringkan selama beberapa hari, kemudian
lahan diberi pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan lahan agar dapat menunjang pertumbuhan pakan alami. Jenis pupuk yang digunakan adalah
Urea dan TSP. Rata-rata urea dan TSP yang digunakan masing-masing sebanyak 25 kg - 75 kg untuk satu Ha lahan tambak dengan perbandingan yang
sama. 3 Setelah pemberian pupuk dilakukan, kemudian areal tambak diisi air setinggi
30-40 cm atau setengah dari kedalaman tambak, dan benih siap ditebar.
b Masa Pemeliharaan
Masa pada pemeliharaan ini dimulai sejak benih ditebar dalam tambak.Pemeliharaan ini berlangsung selama kurang lebih empat sampai enam
bulan yang disesuaikan dengan keinginan petambak memanennya.Pada umumnya petambak di Kelurahan Marunda masih menggunakan sistem semi tradisional atau
semi intensif dalam melakukan kegiatan usaha budidaya tambak ikan bandeng.Hal tersebut dilihat dari padat tebar benih yang hanya berkisar antara 500 ekor sampai
dengan 5.000 ekor per Ha.Selain itu, dalam menunjang pertumbuhan ikan bandeng, pada umumnya petambak menggunakan pakan tambahan berupa pellet
yang diberikan saat umur ikan mencapai 60 hari.Namun, ada beberapa petambak yang masih mengandalkan pakan alami yang berada di perairan selama masa
pemeliharaan.Pemberian pakan biasanya dilakukan dua kali sehari, yaitu di waktu pagi dan sore.
Proses penggantian air pada masa pemeliharan dilakukan secara beragam oleh para petambak. Penggantian air biasanya dilakukan satu kali dalam seminggu
dan disesuaikan dengan kondisi sumber air.Air yang dimasukkan ketambak kurang lebih diisi setinggi 10 cm.
Selain itu, untuk menunjang pertumbuan dan kesehatan ikan, petambak member nutrisi berupa vitamin yang dikenal dengan nama Raja Bandeng. Rata-
rata selama masa pemeliharaan petambak menghabiskan vitamin Raja Bandeng sekitar lima hingga delapan kantong untuk 1 Ha lahan.
c Masa Pemanenan
Masa pemanenan merupakan akhir dari setiap siklus kegiatan budidaya ikan bandeng. Selama pemeliharaan di tambak yang berlangsung kurang lebih
empat hingga lima bulan ikan bandeng siap untuk di panen, dengan berat 250 gram sampai 500 gram per ekor.
Dari informasi saat wawancara dengan petambak, jika ukuran ikan bandeng relatif seragam, maka petambak akan melakukan pemanenan total,
namun jika dari hasil pengamatan pertumbuhan ikan tidak merata, maka dilakukan panen selektif. Pemanenan selektif dilakukan dengan cara
menggunakan jaring, sementara pemanenan total dengan cara mengeringkan tambak. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih satu hingga tujuh hari.
6.1.5 Hasil Produksi dan Pemasaran a Hasil Produksi
Setiap siklus pada kegiatan tambak budidaya ikan bandeng menghasilkan output produksi yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kondisi lahan
dan air, kualitas benih dan ketersediaan pakan alami di perairan tambak.Tabel 18 menampilkan data hasil produksi dalam satu siklus di unit analisis masing-
masing.
Tabel 18. Jumlah Produksi Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis
Unit Analisis Hasil Panen Kg
Rata-Rata Tertinggi
Terendah
Pengguna Air BKT 500,0
1250,0 400,0
Pengguna Air Laut 389,3
1500,0 200,0
Sumber: Hasil Analisis Data 2012
Data Tabel 18 menjelaskan bahwa rata-rata untuk jumlah produksi dalam satu siklus di unit analisis yang menggunakan air BKT yaitu 500 kg dengan hasil
produksi tertinggi sebesar 1.250 kg dan terendah sebesar 400 kg. Pada unit analisis yang menggunakan air laut jumlah produksi dalam satu siklus yaitu 389,3
kg dengan hasil tertinggi sebesar 1.500 kg dan terendah sebesar 200 kg.
b Pemasaran Hasil Produksi
Sistem pemasaran di lokasi penelitian adalah dengan langsung menjual ke tengkulak, namun ada juga yang langsung menjual hasil produksi mereka ke
pasar.Harga ikan bandeng di tingkat petambak berfluktuasi berdasarkan penawaran dan permintaan ikan bandeng di pasaran.Perbedaan harga ini juga
disesuaikan dengan ukuran ikan yang dijual produsen ke pasar. Rata-rata harga ikan bandeng di pasaran berkisar antara Rp14.000,00 per kg hingga Rp 25.000,00
per kg. Tabel 19 menampilkan data harga ikan bandeng di tingkat petambak di masing-masing unit analisis.
Tabel 19. Harga Ikan Bandeng per Kg di Masing-Masing Unit Analisis
Unit Analisis Harga Ikan RpKg
Rata-Rata Tertinggi
Terendah
Pengguna Air BKT 17.777,78
25.000,00 14.000,00
Pengguna Air Laut 15.903,67
25.000,00 14.000,00
Sumber: Hasil Analisis Data 2012
Distribusi yang dilakukan petambak dari lokasi tambak ke tengkulak atau pasar hanya menggunakan keranjang dan berjalan kaki bila lokasi tengkulak dekat
dengan areal tambak.Selain itu, apabila panen raya hasil produksi di distribusikan langsung ke pasar dengan menggunakan mobil pick up.Berdasarkan informasi dari
petambak dan tengkulak, ikan hasil produksi di lokasi penelitian, pada umumnya di konsumsi untuk wilayah Jakarta saja.
6.2 Analisis Nilai Land Rent
Pada penelitian ini yang dimaksudkan nilai land rent adalah nilai surplus suatu bidang lahan yang didapat dari penggunaan lahan tersebut untuk suatu
kegiatan ekonomi tertentu, dalam hal ini adalah kegiatan budidaya tambak ikan bandeng. Konsep yang digunakan adalah Ricardian land rent, yang menyatakan
bahwa rente ekonomi dari sebidang lahan adalah nilai perbedaan produktivitas antara sebidang lahan dengan sebidang lahan yang lebih buruk kualitasnya atau
yang lebih jauh jaraknya yang mengakibatkan biaya produksi lebih besar Tietenberg, 2001. Menarik kesimpulan tersebut, maka nilai land rent dari
sebidang lahan ditentukan oleh kesuburan dan perbedaan biaya produksi yang diakibatkan oleh suatu objek, yang pada penelitian ini adalah sumber air yang
digunakan. Pembahasan analisis nilai land rent dalam penelitian ini mengenai faktor sumber air tambak di masing-masing unit analisis.
6.2.1 Produktivitas Lahan
Produktivitas dapat diartikan sebagai jumlah produksi per satuan luas.Produktivitas digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan lahan, dimana
jika suatu lahan memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan lahan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa lahan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang
lebih tinggi. Hal ini membuat surplus produksi antara lahan tersebut dengan lahan yang lainnya dinamakan sebagai land rent.
Penelitian ini memberikan informasi mengenai rata-rata luas lahan, total produksi, dan produktivitas budidaya tambak ikan bandeng yang dihasilkan di
masing-masing unit analisis, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 20dan diilustrasikan pada Gambar 5.
Tabel 20. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis
No Unit Analisis
Luas Lahan Ha
Total Produksi Kg
Produktivitas KgHa
1 Pengguna Air BKT
6,3 3.150,0
500,0
2 Pengguna Air Laut
28,0 10.900,0
389,3 Sumber: Hasil Analisis Data 2012
Tingkat produktivitas budidaya ikan bandeng tertinggi di Kelurahan Marunda adalah pengguna air BKT. Data responden menunjukkan dari luasan 6.3
Ha lahan tambak diperoleh total produksi sebesar 3.150 Kg, dan berarti tingkat produktivitas rata-rata mencapai 500 Kg per Ha per siklus produksi. Pada unit
analisis pengguna air laut, luasan lahan tambak sebesar 28 Ha luasan lahan tambak, dihasilkan total produksi ikan bandeng sebanyak 10.900 Kg dan
produktivitas rata-rata yang dihasilkan adalah 389.28 Kg per Ha per siklus produksi.
Gambar 5. Produktivitas Lahan Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis
Pada Gambar 5 terlihat perbedaan yang jelas bahwa produktivitas di unit analisis yang menggunakan air BKT lebih besar dari yang menggunakan air laut.
Banyak faktor penentu tingkat produktivitas kegiatan budidaya ikan bandeng di masing-masing unit analisis, antara lain adalah kualitas air, benih, pakan dan
kualitas lahan.
100 200
300 400
500 600
Pengguna Air BKT Pengguna Air Laut
Produktivitas KgHa
Kgha
Tabel 21 akan menyajikan informasi mengenai kondisi lahan , dan kondisi sumber air di masing-masing unit analisis di Kelurahan Marunda.
Tabel 21. Informasi Kondisi Lahan dan Sumber Air di Lokasi Penelitian
No Unit Analisis
Kondisi Lahan Kondisi Sumber Air
1. Pengguna Air BKT
Lahan tambak
yang digunakan berada jauh
dari pemukiman
penduduk, sehingga
tidak banyak sampah atau
limbah rumah
tangga yang masuk ke tambak.
Sumber air berasal dari sungai BKT dengan volume air yang
berlimpah. Lokasi
tambak memiliki jarak yang dekat
dengan sumber air.
2. Pengguna Air Laut
Lahan tambak
yang digunakan
berada di
dekat pemukiman
penduduk, sehingga
banyak tercemar limbah rumah tangga.
Sumber air berasal dari sungai alami yang melintasi tambak
dengan volume yang berbeda setiap harinya mengikuti pasang
surut air laut. Beberapa lokasi tambak memiliki jarak yang
jauh terhadap sumber air.
Sumber: Pengamatan Lapang, 2012
Terlihat dalam Tabel 21 kodisi lahan pada unit analisis pengguna air BKT memiliki lahan yang jauh dari pemukiman sedangkan unit analisis pengguna air
laut sebagian berada dekat dengan pemukiman.Pada unit analisis yang menggunakan air BKT umumnya mendapat supply air yang berasal dari sungai
BKT dengan volume yang berlimpah, sehingga air dapat masuk ke tambak dengan mudah tanpa harus menunggu air pasang dari laut. Berbeda di unit analisis
pengguna air laut yang mengandalkan pasang surut, sehingga sebagian petambak harus menunggu waktu yang tepat untuk mendapat supply air. Selain itu, tidak
semua petambak di unit analisis ini memiliki pompa untuk menyedot air ke tambak.
6.2.2 Biaya Produksi
Biaya produksi dalam kegiatan perikanan tambak, terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya penggunaan air.
1 Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja pada penelitian ini merupakan perkalian dari jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Biaya tenaga kerja pada kegiatan perikanan
tambak dibedakan menjadi tiga, yaitu pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen. Total biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan
dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi. Biaya tenaga kerja untuk budidaya tambak di Kelurahan Marunda dapat
dilihat pada Tabel 22 yang menunjukkan biaya tenaga kerja per 1 Ha luasan lahan tambak.
Tabel 22.Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis
Sumber: Hasil Analisis Data 2012
Data pada Tabel 22 merupakan biaya tenaga kerja per 1 Ha luasan lahan tambak. Data tersebut memberikan informasi bahwa rata-rata total biaya tenaga
kerja di unit analisis yang menggunakan air BKT adalah Rp
3.330.942,50
per Ha per siklus produksi, sementara di unit analisis yang menggunakan air laut sebesar
Rp 2.286.607,46 per Ha per siklus produksi. Perbedaan yang cukup besar terlihat pada biaya saat masa pemeliharaan. Hal yang mendasari perbedaan tersebut
adalah biaya satuan atau upah yang diberikan petambak kepada tenaga kerja yang digunakan.
Kegiatan Satuan
Besaran Biaya Satuan Rp
Total Biaya Rp Pengguna Air BKT
1. Persiapan HOK
8,73 60.909,09
531.742,45 2. Pemeliharaan
HOK 90,48
28.000,00 2.533.330,80
3. Pemanenan HOK
6,83 38.953,49
265.869,24
Total Biaya 3.330.942,50
Pengguna Air Laut
1. Persiapan HOK
6,54 62.896,17
411.070,53 2. Pemeliharaan
HOK 130,71
11.832 1.546.611,60
3. Pemanenan HOK
4.36 75.491,80
328.925,34
Total Biaya 2.286.607,46