Identifikasi Karakteristik Produksi Budidaya Ikan Bandeng Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent

untuk dimanfaatkan sebagai budidaya tambak ikan bandeng dan perubahan kualitas lingkungan perairan tambak di wilayah DKI Jakarta. Hal ini diakibatkan meningkatnya lahan untuk industri di wilayah tersebut. Berdasarkan letak tambak dan kesempatan mendapatkan air,tambak di Kelurahan Marunda memiliki dua kelompok, yaitu tambak yang menggunakan air laut langsung dan tambak yang menggunakan air BKT payau. Petambak yang menggunakan air laut di golongkan menjadi tambak layah, dimana air laut dapat menggenangi tambak ini sampai sejauh 1,5 - 2 km dari garis pantai ke arah daratan. Sedangkan petambak yang menggunakan air BKT di golongkan menjadi tambak biasa, dimana tambak ini selalu terisi oleh campuran antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Salinitas pada tambak ini akan meningkat selama tambak diisi air laut dan akan menurun jika diisi dengan air tawar. Berdasarkan klasifikasi budidaya yang digunakan, rata-rata tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda menggunakan sistem semi tradisional atau semi intensif.Sistem semi intensif merupakan sistem yang sudah tidak tradisional tetapi belum intensif penuh, sehingga pola semi intensif bervariasi.Kriteria semi intensif dapat dilihat dari pengairan yang diatur secara sederhana, dilakukan pemberian pupuk, makanan tambahan dan padat tebar sekitar 5.000 ekor per ha.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Indentifikasi Karakteristik Produksi Budidaya Ikan Bandeng

Mengkaji karakteristik merupakan hal penting dalam sebuah kegiatan produksi dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Kegiatan budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda antara satu responden dengan responden lainnya.Deskripsi mengenai karakteristik produksi budidaya ikan bandeng terdiri dari petambak, input, modal investasi, kegiatan, hasiloutputdan pemasaran produksi.Data karakteristik produksi tersebut terlampir pada Lampiran 3, 4, dan 5. Berikut adalah penjelasan masing-masing karakteristik produksi budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda.

6.1.1 Karakteristik Petambak

Karakteristik petambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda dianalisis dalam beberapa kriteria yaitu umur, pengalaman dan tingkat pendidikan petambak yang dapat dilihat pada Lampiran 3. a Umur Umur petambak dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok umur.Kelompok umur petambak menggambarkan tingkat produktif maupun non produktif dalam suatu usaha budidaya tambak ikan bandeng. Usaha produktif adalah usia dimana mampu menghasilkan suatu output produksi dan dapat meningkatkannya. Sebaran petambak responden berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Petambak Berdasarkan Sebaran Umur di Masing- masing Unit Analisis No . Umur Tahun Unit Analisis Pengguna Air BKT Orang Persentase Unit AnalisisPenggun a Air Laut Orang Persentase 1 26 - 35 1 25 4 16 2 36 - 45 1 25 13 52 3 46 - 55 2 50 5 20 4 56 - 65 - - 3 12 Jumlah 4 100 25 100 Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar usia petambak di unit analisis pengguna air BKT berada pada umur 46- 55 tahun yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan untuk unit analisis pengguna air laut usia terbanyak yaitu pada kelompok umur 36-45 tahun. Jumlah responden terbanyak ini merupakan kelompok produktif yang aktif bekerja sebagai petambak. Hal yang mendasari kelompok produktif tersebut tetap bekerja sebagai petambak adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak adanya keahlian lain yang dimiliki selain bertambak. b Pengalaman Pengalaman bertambak sangat menentukan tingkat produksi dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng. Kondisi sumber air yang berubah akan menyebabkan kualitas ikan ditambak mengalami perubahan, sehingga diperlukan pengalaman dalam memprediksi air yang tepat untuk dialiri ke tambak melalui pintu air. Selain itu, pengalaman bertambak juga diperlukan dalam menentukan musim yang tepat untuk memulai kegiatan budidaya tambak ikan bandeng.Sebaran jumlah petambak berdasarkan pengalaman bertambak dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6.Jumlah Petambak Berdasarkan Pengalaman Bertambak di Masing- masing Unit Analisis No Pengalaman Tahun Unit Analisis Pengguna Air BKTOrang Persentase Unit Analisis Pengguna Air Laut Orang Persentase 1 2 - 9 1 25 9 36 2 10 - 17 9 36 3 18 - 25 3 75 4 16 4 26 - 33 3 12 Jumlah 4 100 25 100 Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Data yang dapat diperoleh dari Tabel 6 menjelaskan bahwa jumlah petambak terbesar berdasarkan pengalaman bertambak dalam satuan tahun di unit analisis pengguna air BKT yaitu kisaran 18 - 25 tahun dengan persentase sebesar 75. Sedangkan di unit analisis pengguna air laut jumlah terbanyak yaitu pada kisaran pengalaman 2 - 9 tahun dan 10 - 17 tahun.Berdasarkan lama pengalaman bertambak di masing-masing unit analisis tersebut, menunjukkan bahwa petambak di unit analisis pengguna air BKT memiliki pengalaman yang lebih baik untuk menunjang kegiatan budidaya tambak ikan bandeng dibandingkan dengan pengalaman petambak di unit analisis pengguna air laut. c Tingkat Pendidikan Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh petambak akan membantu membuka wawasan dalam pola pikir dan tingkat penerimaan akan teknologi baru dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng. Pengelompokkan tingkat pendidikan ini berdasarkan jenjang pendidikan yang ada di Indonesia.Pengelompokkan tingkat pendidikan minimal adalah SD Sekolah Dasar dan maksimal hanya sampai SMA Sekolah Menengah Atas. Sebaran jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7.Jumlah Petambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Masing- masing Unit Analisis No Tingkat Pendidikan Unit Analisis Pengguna Air BKT Orang Persentase Unit Analisis Pengguna Air Laut Orang Persentase 1 Tidak Tamat - - 2 8 2 SD 4 100 18 72 3 SMP - - 2 8 4 SMA - - 3 12 Jumlah 4 100 25 100 Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwatingkat pendidikan terbanyak yang ditempuhpada unit analisis pengguna air BKT yaitu pendidikan SD dengan jumlah petambak sebanyak4 orang atau keseluruhan petambak. Tingkat pendidikan pada unit analisis pengguna air laut juga sama yaitu pendidikan SD dengan jumlah petambak sebanyak 18 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petambak di Kelurahan Marunda masih relatif rendah. Pendidikan rendah di wilayah ini disebabkan keadaan rumah tangga masyarakat petambak yang miskin, sehingga rata-rata petambak hanya merasakan pendidikan sampai bangku sekolah dasar dan membantu orang tua mereka bertambak sejak usia muda. Hal ini yang mendasari para masyarakat pesisir khususnya petambak untuk tetap melakukan kegiatan budidaya tambak di era modern saat ini.