Kegiatan Produksi Indentifikasi Karakteristik Produksi Budidaya Ikan Bandeng

Tabel 25.Total Biaya Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Perbedaan total biaya produksi di kedua unit analisis cukup besar. Indikator yang paling berbeda yaitu pada biaya tenaga kerja. Biaya produksi per ha per siklus kegiatan budidaya tambak ikan bandeng di unit analisis yang menggunakan air BKT rata-rata sebesar Rp 6.794.927,38per ha, sedangkan pada unit analisis pengguna air laut rata-rata total biaya produksi sebesar Rp 5.151.369,13 per ha.

6.2.3 Land Rent Berdasarkan Penggunaan Air

Berdasarkan konsep Ricardian Land Rent yang sudah dijelaskan sebelumnya, telah diidentifikasi dan dianalisis mengenai variabel-variabel yang mewakili penentuan nilai land rent berdasarkan penggunaan air.Identifikasi variabel tersebut akandigunakan untuk menghasilkan nilai land rentkegiatan budidaya tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda. Data variabel-variabel dalam perhitungan land rent dan nilai land rent yang dihasilkan di masing-masing unit analisis disajikan dalam Tabel 26. Tabel 26. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Penggunaan Air Unit Analisis Produktivitas KgHa Harga RpKg Total Biaya Produksi Rp Land Rent RpHa Pengguna Air BKT 500,00 17.777,78 6.794.927,38 2.093.961,52 Pengguna Air laut 389,29 15.903,67 5.151.369.13 1.039.702,06 Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Analisis land rent dilakukan terhadap dua titik analisis yaitu unit analisis pengguna air BKT dan pengguna air laut. Berdasarkan Tabel 26, nilai land rent untuk kegiatan tambak budidaya ikan bandeng di unit analisis pengguna air BKT adalah Rp 2.093.961,52per ha, sementara di unit analisis pengguna air laut nilai land rentsebesar Rp 1.039.702,06 per ha. Gambar 6 merupakan ilustrasi nilai land rent di masing-masing unit analisis. Unit Analisis Biaya Tenaga Kerja RpHa Biaya Sarana Produksi RpHa Biaya Penggunaan Air RpHa Total Biaya Produksi RpHa Pengguna Air BKT 3.330.942,50 2.666.365,83 797.619,05 6.794.927,38 Pengguna Air Laut 2.286.607,46 2.151.815,23 712.946,43 5.151.369.13 Gambar 6. Nilai Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis Analisis tersebut menginformasikan bahwa unit analisis pengguna air BKT memiliki surplus pemanfaatan sumberdaya lahan yang lebih besar dibandingkan dengan unit analisis pengguna air laut.Pada Gambar 6 terlihat perbedaan nilai land rent unit analisis pengguna air laut mendekati separuh dari nilai land rent pengguna air BKT. Berdasarkan aspek kesuburan, unit analisis pengguna air BKT memiliki nilai produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan unit analisis pengguna air laut.Namun, dari aspek biaya input produksi, unit analisis pengguna air BKT memiliki biaya yang lebih besar dibandingkan dengan unit analisis pengguna air laut. Besarnya biaya tersebut berbanding lurus dengan harga yang ditetapkan petambak dan produktivitas yang lebih besar.Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pemanfaatan lahan tambak budidaya ikan bandeng di unit analisis pengguna air BKT lebih efisien dari aspek daya jual output dan kesuburan lahan.

6.3 Analisis Optimalisasi Nilai

Land Rent Berdasarkan analisis nilai land rentsebelumnya, dihasilkan nilai land rent pada kondisi aktual kegiatan budidaya tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda. Sesuai tujuan ketiga pada penelitian ini, akan dilakukan analisis optimalisasi nilai land rent untuk lebih mengefisienkan kegiatan pemanfaatan lahan di lokasi penelitian. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan informasi 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 Pengguna Air BKT Pengguna Air Laut Land Rent Rpha 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 terbaik dalam penggunaan input produksi dalam kegiatantambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda. Analisis dilakukan di kedua unit analisis, dengan membangun fungsi tujuan, yaitu memaksimalkan nilai rente yang merupakan fungsi dari produktivitas, tenaga kerja, benih, pakan, pupuk, obat pembasmi hama dan vitamin. Biaya penggunaan air tidak dimasukkan dalam fungsi analisis optimalisasi alasannya karena biaya tersebut dibentuk dari biaya investasi dan biaya pemeiliharaan yang bersifat fixed cost, dimana nilainya relatif tetap dan tidak berpengaruh terhadap nilai produksi. Berikut adalah hasil analisis optimalisasi di masing-masing unit analisis yang di rundengan menggunakan perangkat lunak Maple12. 1 Pengguna Air BKT Data output Maple 12pada analisis optimalisasi di unit analisis pengguna air BKT terdapat dalam Lampiran 8. Berdasarkan data dalam lampiran tersebut, secara matematis fungsi tujuan dituliskan sebagai berikut: max � = 17777,7778 y - 165,38 q 1 - 133750 q 2 - 4750 q 3 - 3863,6363 q 4 - 72000 q 5 - 5000 q 6 - 20000 q 7 - 30,9230 q 8 - 60909,0909 l 1 - 28000 l 2 - 38953,4883 l 3 Dengan kendala:  y ≤ 500; q 1 ≤ 2063,4920; q 2 ≤ 10,1587; q 3 ≤ 51,7241; q 4 ≤ 27,5; q 5 ≤ 3,3333; q 6 ≤ 27,7777; q 7 ≤ 11,7777; q 8 ≤ 25793,6507; l 1 ≤ 8,7301; l 2 ≤ 90,4761; l 3 ≤ 6,8253  4,1270y-q 1 =0; 0,0203y-q 2 =0; 0,1034y-q 3 =0; 0,0550y-q 4 =0; 0,0067y-q 5 =0; 0,0556y-q 6 =0; 0,0236y-q 7 =0; 51.5873y-q 8 =0; 0,0175y-l 1 =0; 0,1810y-l 2 =0; 0,0137y-l 3 =0;  165,3846q 1 + 133750q 2 + 4750q 3 + 3863,6363q 4 + 72000q 5 + 5000q 6 + 20000q 7 + 30,9230q 8 + 60909,0909l 1 + 28000l 2 + 38953,4883l 3 39615000 Dimana: y : Produksi ikan bandeng Kgha q 1 : Benih Ekor per ha q 2 : PakanKarung per ha q 3 : Urea Kg per ha q 4 : TSP Kg per ha q 5 : Thiodan Kaleng per ha q 6 : Saponen Kg per ha