Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent

bertambak di masing-masing unit analisis tersebut, menunjukkan bahwa petambak di unit analisis pengguna air BKT memiliki pengalaman yang lebih baik untuk menunjang kegiatan budidaya tambak ikan bandeng dibandingkan dengan pengalaman petambak di unit analisis pengguna air laut. c Tingkat Pendidikan Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh petambak akan membantu membuka wawasan dalam pola pikir dan tingkat penerimaan akan teknologi baru dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng. Pengelompokkan tingkat pendidikan ini berdasarkan jenjang pendidikan yang ada di Indonesia.Pengelompokkan tingkat pendidikan minimal adalah SD Sekolah Dasar dan maksimal hanya sampai SMA Sekolah Menengah Atas. Sebaran jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7.Jumlah Petambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Masing- masing Unit Analisis No Tingkat Pendidikan Unit Analisis Pengguna Air BKT Orang Persentase Unit Analisis Pengguna Air Laut Orang Persentase 1 Tidak Tamat - - 2 8 2 SD 4 100 18 72 3 SMP - - 2 8 4 SMA - - 3 12 Jumlah 4 100 25 100 Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwatingkat pendidikan terbanyak yang ditempuhpada unit analisis pengguna air BKT yaitu pendidikan SD dengan jumlah petambak sebanyak4 orang atau keseluruhan petambak. Tingkat pendidikan pada unit analisis pengguna air laut juga sama yaitu pendidikan SD dengan jumlah petambak sebanyak 18 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petambak di Kelurahan Marunda masih relatif rendah. Pendidikan rendah di wilayah ini disebabkan keadaan rumah tangga masyarakat petambak yang miskin, sehingga rata-rata petambak hanya merasakan pendidikan sampai bangku sekolah dasar dan membantu orang tua mereka bertambak sejak usia muda. Hal ini yang mendasari para masyarakat pesisir khususnya petambak untuk tetap melakukan kegiatan budidaya tambak di era modern saat ini.

6.1.2 Input Produksi

a Lahan Tambak Budidaya perikanan tambak merupakan salah satu kegiatan terbesar dalam memanfaatkan lahan di wilayah Kelurahan Marunda. Usaha budidaya tambak yang dikembangkan oleh masyarakat Marunda merupakan usaha turun temurun, sehingga umumnya kepemilikan tambak di wilayah ini rata- rata juga merupakan warisan turun temurun. Akibat konversi lahan yang semakin meningkat di Marunda, areal tambak kini hanya berpusat di dekat aliran sungai. Areal tersebut terbagi menjadi dua kawasan yaitu yang dekat dengan sungai buatan atau Sungai Banjir Kanal Timur BKT yang berada di sisi timur dan sungai alami atau yang biasa disebut masyarakat sungai Tiram yang berada di sisi utara dari Kelurahan Marunda. Areal pertambakan yang terletak di dekat sungai BKT, mendapatkan supply air dengan mudah dari sungai tersebut. Sedangkan untuk areal yang dekat dengan sungai alami, supply air ditentukan dari pasang surut air laut. Rata-rata luasan lahan yang digunakan oleh responden di masing-masing unit analisis hampir sama yaitu 1,5 Ha di wilayah dekat sungai BKT dan 1 Ha di wilayah pengguna air laut. Data mengenai luasan lahan yang digunakan oleh petambak di masing-masing unit analisis disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Rata-Rata Luasan Lahan Tambak Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis Unit Analisis Luas Lahan Ha Kisaran Rata-Rata Pengguna Air BKT 0,5 - 3 1,5 Pengguna Air Laut 0,5 – 4 1 Sumber: Hasil Analisis Data 2012 Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa rata-rata kepemilikan lahan tambak di masing-masing unit analisis adalah milik sendiri yang dimiliki secara turun temurun, namun demikian ada beberapa yang menyewa lahan di wilayah tersebut untuk kegiatan budidaya perikanan tambak.Data mengenai harga lahan di masing- masing unit analisis disajikan dalam Tabel 9.sebagai berikut.