Sebaran Tangkapan Perikanan Skala Kecil

musim, sehingga para nelayan dapat menghemat biaya dalam melakukan penangkapan. Manfaat lain yang didapat dari jasa ekosistem lamun selaian untuk nelayan skala kecil juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pada saat keaadaan laut surut sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian juga memanfaatkan keberadaan lamun dengan mencari gong gong Strombus minimus pada saat keadaan surut untuk dikonsumsi sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini nelayan yang melakukan penangkapan dengan memanfaatkan keberadaan lamun melakukan penangkapannya hampir setiap musim dan tidak terlalu terpengaruh dengan musim utara. Sedangkan nelayan yang melakukan penangkapan di laut lepas kebanyakan pada saat musim utara melakukan penangkapan di wilayah pesisir dimana masih terdapat ekosistem lamunnya, sehingga jumlah nelayan yang daerah penangkapannya di dekat lamun menjadi bertambah banyak pada saat musim utara bulan Desember – Februari. Menururt Charles 2001 menyatakan bahwa pengetahuan tentang dinamika sistem perikanan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan perubahan dan variasi komponen setiap waktu dalam sistem perikanan dan interaksi antar komponen di dalamnya setiap saat. Faktor waktu menjadi sangat penting karena menjadi faktor penentu dalam suatu dinamika sistem perikanan. Skala waktu penangkapan dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: 1 harian hingga mingguan, 2 bulanan ke musim, 3 tahunan, 4 antar tahun, dan 5 puluhan tahun dekade atau lebih lama.

6.2 Konektivitas Sosial-Ekologi Lamun: Pendekatan Peta Jaringan

Beberapa sumberdaya perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan di kedua desa pengamatan telah menunjukkan konektivitas social-ekologi antara keberadaan ekosistem lamun di pesisir pantai dengan pola produksi tangkapan ikan nelayan setempat. Dengan adanya peningkatan produksi hasil tangkapan tersebut maka nelayan tersebut juga akan meningkat juga pendapatannya. Pendapatan dari nelayan skala kecil tersebut didapat dari penjualan hasil tangkapannya ke pengepul tauke. Nelayan yang menjual hasil tangkapan di tauke sekitar desa yaitu nelayan yang telah mendapat modal dari pedagang pengepul yang ada di desa tersebut. Pedagang pengepul di desa yang membeli hasil tangkapan dari nelayan setempat sebagian besar didistribusikan lagi kepada tauke di Kota Tanjung Pinang yang selanjutnya di beli oleh retoran rumah makan dan ada beberapa yang dijual kepada masyarakat di sekitar desa. Ada juga nelayan yang membeli ikan tersebut untuk umpan para nelayan mencari rajungan dan nelayan yang mencari ikan di laut lepas. Aktivitas nelayan tersbut menciptakan jaringan sosial-ekologi dari awal ikan tertangkap sampai akhirnya terdistribusi ke restaurant dan tempat lainnya. Menurut Janssen et al., 2006 menyatakan bahwa aktivitas manusia dapat menciptakan jaringan sosial-ekologi, dengan salah satu contohnya nelayan yang memancing di sungai akan tercipta hubungan sosial ekologi dimana sungai tersebut telah menghubungkan orang dari hulu ke hilir. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa keberadaan dari ekosistem lamun sangat penting untuk masyarakat pesisir demi kelangsungan hidup mereka dalam pemenuhan kebutuhan secara ekonomi dan ketahanan pangan. Beberapa sumberdaya perikanan yang dominan tertangkap dan dimanfaatkan oleh nelayan dengan adanya jasa ekosistem lamun seagrass ecosystem services antara lain: ikan lebam, lambai, lingkis, jampung kuning, jampung hitam, tokak, todak, sotong, rajungan, mempinang, mempasir, dan lain sebagainya. Jenis ikan tersebut merupakan sumberdaya perikanan ekomnomis penting yang dapat menunjang mata pencaharian khususnya bagi nelayan skala kecil. Sumberdaya perikanan yang telah tertangkap sebagian besar dijual di pedagang pengepul di sekitar desa tauke dan sisanya dikonsumsi sendiri. Penyediaan jasa ekosistem lamun terhadap nelayan pesisir ini berupa keanekaragaman dari jenis ikan dan biota lain yang berasosiasi dengan ekosistem lamun. Dalam konteks ini ada ketergantungan masyarakat dengan sumberdaya di ekosistem lamun, sehingga harus ada pengelolaan untuk keberlanjutannya. Sesuai dengan pendapat Unsworth et al. 2014 yang menyatakan bahwa pasokan jenis ikan di ekosistem lamun sangat beragam dan bisa dimanfaatkan nelayan secara langusng dalam pemenuhan kebutuhan untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan nelayan. Konektivitas sosial-ekologi lamun dapat tergambar dari sebaran spasial daerah tangkapan nelayan dan peta jaringan SES. Peta jaringan SES tersebut dapat memberikan gambaran bahwa terdapat konektivitas dari sumberdaya perikanan yang dimanfaat dengan daerah-daerah penangkapannya dan pola distribusi penjualan nelayan dari hasil tangkapan. Ketergantungan dari nelayan terhadap sumberdaya perikanan yang ada di ekosistem lamun yang ada di Desa Malang Rapat dan Berakit ini dalam meningkatkan kesejahteraannya dan sebagai ketahanan pangan para nelayan tersebut. Dalam sistem ekologi, keberadaan lamun memberikan manfaat terhadap beberapa biota, ikan, dan sumberdaya yang berada di sekitar lamun. Dengan adanya sistem ekologi tersebut terdapat tindakan nelayan dalam memanfaatkan keberadaan ekosistem lamun dengan mengambil sumberdaya jenis ikan dan biota yang bernialai ekonomis penting sistem sosial. Tindakan ini dapat berdampak negatif untuk keberlanjutan sumberdaya lamun apabila tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Dalam Sesuai dengan penelitian Parsram 2008, menyebutkan bahwa umumnya sistem sosial-ekologi menunjukkan adanya pemanfaatan yang dilakukan oleh sistem sosial terhadap sistem ekologi. Ketika terdapat adanya pemanfaatan akan suatu sumberdaya alam yang ada maka akan ada aktivitas manusia disana sehingga mutlak diperlukan pengelolaan terkait pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya ekosistem lamun. Berikut ini adalah peta jaringan dinamika tangkapan dan jaringan pemasaran perikanan skala kecil di lokasi penelitian. Ringkasan tentang social-ecological network hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan antara satu dengan yang lain. Dimana dalam hal ini terdapat keterpaduan antara interaksi sistem sosial yaitu nelayan, stakeholder, dan pemerintah dengan sistem ekologi yaitu sumberdaya ekosistem lamun yang telah memberikan manfaat dengan keberadaannya. Dalam sistem sosial dimana peran daripada pemerintah sangat penting didalam pemberian kebijakan dan permodalan untuk nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan dan mata pencaharian bagi nelayan. Sedangkan untuk pedagang pengepul menentukan pemasaran dari hasil tangkapan nelayan. Kedua sistem tersebut saling berinteraksi dimana aktivitas nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya lamun yang diberikan dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Sehingga diperlukan pengelolaan yang terintegrasi dari aktivitas nelayan terhapad intervensi