lokal. Menurut Kordi 2011, terkait pertimbangan ekonomi, maka pengelolaan ekosistem lamun tidak hanya melihat dari sisi keuntungan langsung nilai
ekonomi langsung, tetapi juga keuntungan tidak langsung nilai ekonomi tidak langsung. Secara ekologi keberadaan lamun dapat memberikan manfaat pada
sumberdaya yang ada disekitarnya. Ekosistem lamun tersebut juga dapat berfungsi menstabilkan lingkungan pesisir dan sebagai suatu lingkungan yang sangat baik
bagi kehidupan berbagai biota. Sebagai habitat, keberadaan ekosistem tersebut dapat memberikan kenaekaragaman spesies dan biota yang hidup disekitarnya.
Sebagai sebuah ekosisitem yang berada di pesisir maupun lautan, ekosistem lamun memiliki fungsi ekologis yang tidak bisa tergantikan peranannya. Fungsi
ekologi dari ekosistem lamun itu sendiri yaitu sebagai habitat atau tempat hidup dari biota laut dan ikan, baik sebagai tempat pemijahan, pengasuhan, pembesaran,
dan mencari makan dari berbagai biota laut. Selain itu ekosistem lamun ini merupakan komponen perlindungan pantai dari arus, terpaan ombak dan
gelombang. Dengan pemahaman nelayan lokal terhadap peran ekosistem lamun dalam menunjang kesejahteraan hidup mereka, maka tingkat kesadaran dan
pemahaman nelayan untuk menjaga serta mengelola keberlanjutan sumberdaya ekosistem lamun sustainable resources management terus terjadi. Hal ini
dikarenakan kuatnya konektivitas sistem sosial-ekologi yang dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat nelayan lokal, selain itu dapat
menyebabkan dampak negatif terhadap sistem ekologi lamun. Dampak negatif tersebut dapat terjadi apabila terjadi eksploitasi yang berlebihan tanpa
menghiraukan kelestarian ekosistem lamun. Sesuai menurut Damayanti 2011, ekosistem lamun merupakan lahan utama bagi nelayan dalam mengeksploitasi
sumberdaya perikanan, akan tetapi eksploitasi secara berlebihan menjadikan keberadaan ekosistem lamun terganggu. Dengan pengelolaan sistem pesisir dan
laut secara berkelanjutan maka ketergantungan antara sistem sosial dan sistem ekologi akan terjaga dengan baik.
6.6 Pendekatan Pengelolaan Pesisir Terpadu ICM dalam Pengelolaan Ekosistem Lamun
Pengelolaan Berdasarkan Ekosistem Ecosystem Based Management
Pengelolaan pesisir
yang berkelanjutan
dengan memperhatikan
kelestariannya secara ekologi sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem lamun. Pertimbangan secara ekologis lebih menekankan pada pentingnya upaya-
upaya untuk mencegah terganggunya fungsi dasar ekosistem lamun sehingga tidak akan mengurangi fungsi layanan ekologi. Pengelolaan ekosistem lamun secara
lestari dan berkelanjutan sangat penting artinya. Dimana peran ekosistem lamun sebagai tempat untuk mencari makan ikan, tempat berpijah, tempat untuk
berkembangbiak ikan, dan tempat pengasuhan ikan. Ekosistem lamun yang sangat produktif dapat mendukung kihidupan nelayan setempat. Jika habitat padang
lamun dapat berfungsi secara optimal, maka produksi ikan lamun akan dapat dipanen secara berkesinambungan atau berkelanjutan dan memberi keuntungan
secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat di seluruh Indonesia untuk masa kini dan masa yang akan datang sejalan dengan pembangunan nasional.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin keberlanjutan dari
pemanfaatan sumberdaya padang lamun adalah pemerataan equeity, sociopolytical right, pendidikan, kesehatan dan teknologi. Sesuai dengan
penyataan Damayanti 2011 yang menjelaskan pengelolaan ekosistem lamun berbasis ekosistem yang ada di lokasi penelitian dalam sistem ekologi bertujuan
untuk mempertahankan kesehatan, produktivitas perairan dan ketahanan lingkungan yang memberikan jasa ekosistem ecosystem services yang
dibutuhkan oleh nelayan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebagai ekosistem pesisir, keberadaan ekosistem lamun sangat penting, akan tetapi ekosistem lamun juga menjadi salah satu ekosistem yang terus
diganggu sehingga mengalami kerusakan. Masalah utama dari kerusakan ekosistem lamun adalah kerusakan akibat aktivitas manusia berupa pengerukan
dan penimbunan yang terus meluas, serta pencemaran air akibat fasilitas produksi minyak, pemasukan pencemaran di sekitar fasilitas industri, dan limbah air panas
dari pembangkit listrik. Berwick 1983 menyebutkan beberapa batasan kegiatan manusia yang berpengaruh dan menimbulkan dampak terhadap ekosistem lamun
yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Batasan Kegiatan Manusia yang Dapat Merusak Ekosistem Lamun
No Kegiatan
Dampak Potensial
1. Pengerukan dan pengurugan yang
berkaitan dengan pembangunan real
estate pinggir laut, pelabuhan, industri
estate pinggir laut, dan pengerukan
saluran navigasi -
Perusakan total padang lamun sebagai habitat di lokasi pengerukan dan pengurugan
- Perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil
pengerukan -
Dampak sekunder pada perairan di sekitar lokasi pengurugan berupa : 1 meningkatnya kekeruhan
yang akan mempengaruhi intensitas cahaya dan dengan
demikian akan
menghambat proses
fotosintesis oleh tumbuhan air yang berakibat turunnya produksi primer, 2 terlapisnya insang
berbagai hewan terutama yang hidup menetap di dasar laut seperti karang dan tiram oleh sedimen akan
menghambat atau bahkan menghentikan difusi oksigen terlarut ke dalam insang hewan, sehingga
menyebabkan kematian.
2 Pembuangan sampah organik cair sewage
Penurunan kadar oksigen terlarut dalam kolom air di atas padang lamun yang dapat menggangu penyediaan
oksigen bukan saja bagi lamun, tetapi juga bagi hewan- hewan air yang menggunakan padang lamun sebagai
habitat.
3 Penangkapan ikan Penangkapan ikan dengan alat tidak ramah lingkungan
seperti bom dan pukat dapat merusak habitat lamun
4 Pembuangan sampah
padat -
Penyuburan eutrofikasi kolom air di atas padang lamun
yang mengakibatkan tumbuh suburnya blooming fitoplankton ganggang renik yang hidup
melayang-layang dalam air yang akan meningkatkan