Karakteristik Perikanan Skala Kecil

cukup luas. Pengelompokannya bisa didasarkan atas ukuran kapal atau besarnya tenaga, tipe alat tangkap, dan jarak daerah penangkapan dari pantai Smith, 1983. Menurut Charles 2001 menyatakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya berdasarkan ukuran kapal yang dioperasikan, berdasarkan daerah penangkapan, yaitu jarak dari pantai ke lokasi penangkapan dan berdasarkan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui perbandingan perikanan skala kecil small-scale fisheries dengan perikanan skala besar large-scale fisheries, walaupun diakuinya belum begitu jelas sehingga masih perlu dilihat dari berbagai aspek yang lebih spesifik. Lebih spesifik lagi karakteristik perikanan skala kecil diungkapkan oleh Smith 1983 menyatakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan situasi technico-socio-economic nelayan dan membaginya ke dalam dua golongan besar yaitu nelayan industri dan tradisional. Perikanan skala kecil di Indonesia merupakan kontributor terbesar terhadap produksi perikanan. Bahkan bisa mencapai 85 tenaga yang bergerak di sektor penangkapan ikan masih merupakan nelayan tradisional dan sangat jauh tertinggal dari nelayan negara lain Charles, 2001. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu titik strategis dari penyebab utama kemiskinan dan ketidakberdayaan nelayan adalah lemahnya kemampuan manajemen usaha. Hal ini juga terjadi karena rendahnya pendidikan dan penguasaan ketrampilan bidang perikanan. Oleh karena itu pemberdayaan sumberdaya perikanan laut sudah semestinya dilakukan melalui pendekatan dengan nelayan, antara lain dengan melakukan pemberdayaan kepada kelompok nelayan kecil agar mereka dapat mengorganisasikan kegiatan usahanya. Perikanan tradisional menurut Baerkes et al. 2001 adalah diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Kegiatan dilakukan dengan unit penangkapan skala kecil, kadang – kadang menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali. 2 Aktivitas penangkapan merupakan paruh waktu, dan pendapatan keluarga adakalanya ditambah dari pendapatan lain dari kegiatan di luar penangkapan. 3 Kapal dan alat tangkap biasanya dioperasikan sendiri. 4 Alat tangkap dibuat sendiri dan dioperasikan tanpa bantuan mesin. 5 Investasi rendah dengan modal pinjaman dan penampungan hasil tangkapan. 6 Hasil tangkapan per unit usaha dan produktivitas pada level sedang sampai sangat rendah. 7 Hasil tangkapan tidak dijual kepada pasar besar yang terorganisasi dengan baiuk tapi diedarkan di tempat – tempat pendaratan atau dijual di laut dan biasanya dikonsumsi sendiri dengan keluarganya. 8 Komunitas nelayan tradisional sringkali terisolasi baik secara geografis maupun sosial dengan standar hidup keluarga nelayan yang rendah sampai batas minimal. Pengetahuan tentang dinamika sistem perikanan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan perubahan dan variasi komponen setiap waktu dalam sistem perikanan dan interaksi antar komponen di dalamnya. Faktor waktu menjadi sangat penting karena menjadi faktor penentu dalam suatu dinamika sistem perikanan. Skala waktu menurut Charles 2001 menyatakan dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: 1 harian hingga mingguan, 2 bulanan ke musim, 3 tahunan, 4 antar tahun, dan 5 puluhan tahun dekade atau lebih lama.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian tentang studi konektivitas sistem sosial-ekologi lamun dan perikanan skala kecil ini dilakukan di Daerah Perlindungan Padang Lamun Desa Malang Rapat dan Desa Berakit, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau Gambar 4. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari tanggal 22 September sampai dengan 22 November 2014. Unit analysis dalam penelitian ini yaitu nelayan skala kecil di Desa Berakit dan Desa Malat Rapat. Pengamatan untuk sistem sosial dilakukan di kedua desa tepatnya di tempat pendaratan hasil tangkapan dan tempat penjualan hasil tangkapan para nelayan yaitu di pedagang pengepul. Sedangkan untuk lokasi pengamatan sistem ekologi yaitu dilakukan di tempat penangkapan ikan fishing ground dan sampling jenis ikan diperiaran ekosistem lamun pada kedua desa penelitian. Kedua desa tersebut merupakan bagian dari pesisir timur Kabupaten Bintan yang merupakan salah satu bentuk percontohan pengelolaan lamun berbasis masyarkat sejak tahun 2008 yang dibentuk oleh LIPI. Gambar 4. Lokasi Penelitian. BAPPEDA, Kabupaten Bintan, 2013 Sampling Ekologi Sampling Sosial

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer untuk sistem ekologi dilakukan dengan metode observasi melalui pengamatan dan pengukuran langsung in-situ. Pengambilan data primer untuk sistem sosial dilakukan dengan metode wawancara dengan daftar pertanyaan terstruktur kuisionner. Pengumpulan data sekunder didapat dari sumber-sumber atau pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Sumber- sumber data sekunder dipilih secara struktural dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten kota, provinsi hingga pusat dengan beragam institusi yang terkait dengan tujuan penelitian seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, BAPPEDA, selain itu dengan studi literatur pada penelitian yang terkait. Responden yang dipilih dalam pengambilan data primer ditunjuk secara permanen permanent respondents. Matriks dari jenis data, sumber data dan analisis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mengukur data ekologi dan data sosial tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian No. Alat dan Bahan Kegunaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Peta Dasar Kabupaten Bintan Kuisioner GPS Penggaris Timbangan Kamera Digital Trammel Net dan Gill Net Buku Identifikasi Gerry Allen, 1997 Alat Tulis Memetakan daerah penangkapan Instrumen untuk wawancara Mengukur titik koordinat Mengukur panjang ikan Mengukur berat ikan Dokumentasi Sampling jenis ikan Mengidentifikasi jenis ikan Mencatat hasil penelitian

3.4 Tahapan Penelitian dan Penentuan Unit Responden

Tahapan dalam penelitian ini meliputi sampling sosial dimulai dari informasi tipe nelayan berdasarkan alat tangkap dari informasi desa. Setelah mendapatkan informasi tipe nelayan yang ada di lokasi penelitian selanjutnya penentuan jumlah responden. Penetuan responden dilaukan dengan menunjuk 15 responden untuk nelayan dan pedagang pengepul dari informasi di kantor desa dan ditunjuk secara permanen permanent respondents. Penunjukan responden berdasarkan tipe nelayan dari alat tangkap yang digunakan. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan daftar pertanyaan terstruktur kuisioner yang diajukan kepada responden dan hasilnya dianalisis. Selain itu ada pencatatan hasil tangkapan dan identifikasi jenis ikan yang tertangkap dari nelayan dengan buku identifikasi Gerry Allen 1997. Berikut diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada