2.4 Sistem Sosial-Ekologi
Sistem sosial-ekologi mencerminkan adanya keterpaduan yang sangat erat antara manusia sistem sosial dengan alam sistem ekologi Cumming, 2011.
Kunci dari sistem sosial-ekologi adalah aspek kooperatif, dimana individu yang memiliki beberapa sumberdaya yang diinvestasikan di beberapa jenis infrastruktur
fisik atau kelembagaan. Sistem sosial-ekologi menurut Carpenter dan Folke 2006 dalam Adrianto 2009 mendefinisikan sistem sosial ekologi sebagai
integrated system of nature and society with reciprocal feedbacks. Sedangkan menurut Anderies et al. 2004 menyebutkan bahwa sistem sosial-ekologi adalah
sistem ekologi yang berhubungan erat dan terpengaruh oleh satu atau lebih sistem sosial. Sistem sosial dan ekologi mengandung unit yang saling bergantung dan
berinteraksi antara satu sama lain yang melibatkan berbagai subsistem.
Konsep sistem sosial-ekologi menunjukkan adanya pemanfaatan yang dilakukan oleh sistem sosial terhadap sistem ekologi. Ketika ada pemanfaatan
akan suatu sumberdaya alam maka mutlak diperlukan pengelolaan terkait pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya. Hal ini bertujuan untuk menjaga
keberlanjutan sumberdaya alam serta pemanfaatannya oleh sistem sosial. Pengelolaan ini bertujuan mencegah hilangnya sumberdaya alam sistem ekologi
yang kemungkinan besar dapat menjadi penyebab runtuhnya sistem sosial terkait. Kompleksitas yang dimiliki oleh sistem sosial-ekologi memerlukan strategi
pengelolaan yang siap menjawab teka-teki sistem tersebut, yaitu pengelolaan yang adaptif Parsram, 2008.
Ekosistem Lamun sebagai wujud dari salah satu sistem ekologi sering kali menjadi hal yang terlupakan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir.
Keberadaannya yang dulu dianggap sebelah mata kini telah mulai diperhatikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, antara lain konsep yang tidak
menganggap setiap sumberdaya sebagai individu tunggal namun sebagai sebuah penyusun pesisir. Ekosistem lamun juga memiliki peranan penting dalam
menyediakan sumber protein yang baik bagi masyarakat. Daerah Zanzibar, Tanzania masyarakat pesisir mengumpulkan hewan invertebrata dari hamparan
lamun di zona pasang surut untuk memenuhi kebutuhan harian. Gambaran secara penuh mengenai sistem ini perlu diketahui, maka harus melihat ekosistem lamun
sebagai bagian dari sebuah sistem sosial-ekologi. Bisa dipahami bahwa elemen manusia dan elemen lamun akan berubah bersama sesuai dengan kaidah
berpasangan dalam framework sosial-ekologi coupled socio-ecological framework Nadiarti et al., 2011, Cullen-Unsworth et al., 2013.
Ekosistem lamun yang merupakan bagian dari sistem ekologi yang mampu mempengaruhi dan dipengaruhi sistem sosial, dalam hal ini masyarakat yang
tinggal di sekitar ekosistem lamun tersebut. Ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagi tempat habitat ikan atau jasa penyediaan provisioning services
merupakan lahan utama bagi nelayan untuk mengambil dan mengeksploitasi sumberdaya perikanan, sehingga dapat membentuk sistem sosial dimana nelayan
bergantung pada keberadaan ekosistem lamun Damayanti, 2011. Keruntuhan suatu sistem sosial-ekologi SSE hanya dapat terjadi ketika sistem sosial dan
sistem ekologi yang memiliki keterkaitan sama-sama runtuh Anderies et al., 2004. Keterkaitan antara sistem sosial dan sistem ekologi ini dapat dijadikan
sbagai bahan dan konsep dalam melakukan pengelolaan perikanan berkelanjutan.
2.5 Konektivitas Sosial-Ekologi
Komponen sistem-ekologi dan interaksi keduanya dalam perikanan merupakan salah satu sistem yang komplek. Menurut Parsram 2008 menyatakan
di Granada dan St Lucia dalam sistem yang komplek menjelaskan bahwa terdapat konektivitas antara sistem sosial dan sistem ekologi. Terdapat kegiatan
penangkapan, pendaratan ikan dan pemasaran hasil tangkapan dari pemanfaatan terhadap keberadaan sumberdaya perikanan untuk pelagis besar dan ikan karang
dangkal dalam perikanan skala kecil. Dalam tata kelola keberlanjutan perikanan skala kecil oleh stakeholder harus diperhatikan bagaimana sistem sosial-ekologi
sebagai salah satu sistem yang kompleks terkait dengan konektivitas antara komponen keduanya. Damayanti 2011 juga menjelaskan bahwa konektivitas
sistem sosial-ekologi sangat penting diketahui dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Hal ini dijelaskan karena pemanfaatan dengan adanya sistem
ekologi apabila tidak diimbangi dengan pelestariaan sumberdaya konservasi akan menyebabkan kerusakan dari ekosistem pesisir tersebut. Perubahan dari
sistem ekologi akan mempengaruhi sistem sosial, begitu juga sebaliknya.
Salah satu contoh dalam konteks pengelolaan ekosistem lamun, konektivitas dari sosial-ekologi sistem sangat penting mengingat karakteristik dan
dinamika ekosistem lamun merupakan dinamika saling terkait antara sistem alam dan sistem manusia sehingga kedua sistem utama penyusun kawasan lamun ini
bergerak dinamis dalam sebuah kesamaan besaran magnitude. Pandangannya bahwa kedua sistem bersifat saling terkait secara tidak terpisahkan dan dinamik
sehingga diperlukan integrasi pengetahuan dalam implementasi pengelolaan ekosistem lamun secara terpadu Cumming et al., 2011. Konsep dari konektivitas
SES menurut Davidson-Hunt dan Barker 2003 menjelaskan bahwa hubungan yang baik dari sifat sistem sosial, sistem ekologi, atau dari campuran keduanya
dapat memberikan suatu keterkaitan dan ketergantungan baik dari komponen ekologi ataupun dari komponen sosial. Aktivitas dari manusia dapat membuat
terjadinya konektivitas dengan sistem ekologi, sehingga dapat terjadi suatu sistem jaringan sosial-ekologi yang saling mempengaruhi. Sistem sosial dapat terjadi
konektivitas dengan sistem ekologi di wilayah pesisir khususnya melalui kegiatan nelayan skala kecil yang memanfaatkan sumberdaya perikanan pelagis besar dan
ikan-ikan karang dangkal di Timur Karibia dan hasil penelitian Torre-Castro et al. 2014 tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berasosiasi dengan
ekosistem lamun oleh perikanan skala kecil seperti yang ada di Tanzania.
Mengadopsi Anderies et al. 2004, kerangka SSE ekosistem lamun terdiri dari 4 komponen yaitu A komponen sumberdaya ekosistem lamun; B
komponen pengguna sumberdaya resources uses, C komponen penyedia infrastruktur sumberdaya lamun; dan D komponen infrastruktur sumberdaya
lamun. Komponen A yaitu komponen sumberdaya ekosistem lamun yang digunakan oleh beberapa pengguna sumberdaya ekosistem lamun B. Komponen
B dan C yaitu pengguna sumberdaya ekosistem lamun dan penyedia infrastruktur sumberdaya ekosistem lamun adalah komponen yang terdiri dari manusia
human. Individu di dalam komponen B dan C terkadang saling tumpang tindih atau berbeda sama sekali yang bergantung pada struktur sistem sosial yang
mengatur dan mengelola sistem sosial-ekologi. Sedangkan komponen D yaitu infrastruktur sumberdaya ekosistem lamun yang menggabungkan dua bentuk