Konektivitas Sosial-Ekologi Lamun: Pendekatan Peta Jaringan

dengan adanya jasa ekosistem lamun seagrass ecosystem services antara lain: ikan lebam, lambai, lingkis, jampung kuning, jampung hitam, tokak, todak, sotong, rajungan, mempinang, mempasir, dan lain sebagainya. Jenis ikan tersebut merupakan sumberdaya perikanan ekomnomis penting yang dapat menunjang mata pencaharian khususnya bagi nelayan skala kecil. Sumberdaya perikanan yang telah tertangkap sebagian besar dijual di pedagang pengepul di sekitar desa tauke dan sisanya dikonsumsi sendiri. Penyediaan jasa ekosistem lamun terhadap nelayan pesisir ini berupa keanekaragaman dari jenis ikan dan biota lain yang berasosiasi dengan ekosistem lamun. Dalam konteks ini ada ketergantungan masyarakat dengan sumberdaya di ekosistem lamun, sehingga harus ada pengelolaan untuk keberlanjutannya. Sesuai dengan pendapat Unsworth et al. 2014 yang menyatakan bahwa pasokan jenis ikan di ekosistem lamun sangat beragam dan bisa dimanfaatkan nelayan secara langusng dalam pemenuhan kebutuhan untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan nelayan. Konektivitas sosial-ekologi lamun dapat tergambar dari sebaran spasial daerah tangkapan nelayan dan peta jaringan SES. Peta jaringan SES tersebut dapat memberikan gambaran bahwa terdapat konektivitas dari sumberdaya perikanan yang dimanfaat dengan daerah-daerah penangkapannya dan pola distribusi penjualan nelayan dari hasil tangkapan. Ketergantungan dari nelayan terhadap sumberdaya perikanan yang ada di ekosistem lamun yang ada di Desa Malang Rapat dan Berakit ini dalam meningkatkan kesejahteraannya dan sebagai ketahanan pangan para nelayan tersebut. Dalam sistem ekologi, keberadaan lamun memberikan manfaat terhadap beberapa biota, ikan, dan sumberdaya yang berada di sekitar lamun. Dengan adanya sistem ekologi tersebut terdapat tindakan nelayan dalam memanfaatkan keberadaan ekosistem lamun dengan mengambil sumberdaya jenis ikan dan biota yang bernialai ekonomis penting sistem sosial. Tindakan ini dapat berdampak negatif untuk keberlanjutan sumberdaya lamun apabila tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Dalam Sesuai dengan penelitian Parsram 2008, menyebutkan bahwa umumnya sistem sosial-ekologi menunjukkan adanya pemanfaatan yang dilakukan oleh sistem sosial terhadap sistem ekologi. Ketika terdapat adanya pemanfaatan akan suatu sumberdaya alam yang ada maka akan ada aktivitas manusia disana sehingga mutlak diperlukan pengelolaan terkait pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya ekosistem lamun. Berikut ini adalah peta jaringan dinamika tangkapan dan jaringan pemasaran perikanan skala kecil di lokasi penelitian. Ringkasan tentang social-ecological network hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan antara satu dengan yang lain. Dimana dalam hal ini terdapat keterpaduan antara interaksi sistem sosial yaitu nelayan, stakeholder, dan pemerintah dengan sistem ekologi yaitu sumberdaya ekosistem lamun yang telah memberikan manfaat dengan keberadaannya. Dalam sistem sosial dimana peran daripada pemerintah sangat penting didalam pemberian kebijakan dan permodalan untuk nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan dan mata pencaharian bagi nelayan. Sedangkan untuk pedagang pengepul menentukan pemasaran dari hasil tangkapan nelayan. Kedua sistem tersebut saling berinteraksi dimana aktivitas nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya lamun yang diberikan dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Sehingga diperlukan pengelolaan yang terintegrasi dari aktivitas nelayan terhapad intervensi penyediaan jasa ekosistem lamun. Sehingga sumberdaya lamun yang ada di Kabupaten Bintan khususnya dapat berkelanjutan dan lestari. Keterpaduan dalam sistem tersebut akan dapat berjalan baik apabila pemerintah memainkan perannya didalam pengambilan kebijakan yang baik sesuai dengan prinsip keterpaduan dalam pengelolaan sistem pesisir ICM antara sistem ekologi dan sistem sosial. Akan tetapi dengan adanya konektivitas antara sistem sosial dengan sistem ekologi tersebut apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat berdampak negaif pada keberlanjutan ekosistem lamun yang ada di desa tersebut. Menurut Adrianto 2009 menyatakan bahwa dalam konteks pengelolaan ekosistem pesisir dan laut, termasuk ekosistem lamun, konsep dari sosial-ekologi sistem ini sangat penting mengingat karakteristik dan dinamika wilayah pesisir dan lautan merupakan dinamika saling terkait antara sistem alam ekologi dan sistem manusia sehingga kedua sistem utama penyususn wilayah pesisir dan lautan ini bergerak secara dinamis dalam kesamaan besaran magnitude.

6.3 Konektivitas Sosial-Ekologi Lamun: Pendekatan Sumberdaya Perikanan

Ekosistem lamun merupakan salah satu dari ekosistem laut tropis yang pada umumnya berada diantara ekositem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Keberadaan dari ekosistem lamun sering dianggap begitu penting bagi sebagian orang. Berbeda dengan pandangan dari masyarakat di Pesisir Timur Bintan yang telah menyadari pentingnya ekosistem lamun bahkan kawasan ini dijadikan sebagai Kawasan Konservasi Lamun. Pembentukan kawasan tersebut tidak menghalangi masyarakat disekitar untuk memanfaatkan lamun, akan tetapi tetap menjaga kelestariannya, seperti masyarakat di Desa Malang Rapat dan Berakit yang memanfaatkan ekosistem lamun dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan. Interaksi antara sistem sosial dan sisem ekologi yang terjadi di lokasi penelitian ini sangat kuat dan sangat kompleks, dimana beberapa jenis sumberdaya perikanan yang terdapat di ekosistem lamun telah memberikan kontribusi untuk peningkatan kesejahteraan nelayan sebagai mata pencaharian mereka. Sesuai dengan penelitian Parsram 2008, menyebutkan bahwa konektivitas antara sistem sosial dan sistem ekologi dalam suatu pemanfaatan ekosistem pesisir sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan dari sumberdaya alam yang ada. Konektivitas dari sosial-ekologi lamun dan perikanan skala kecil juga dapat dibuktikan dengan adanya hasil tangkapan nelayan di daerah lamun. Hasil tangkapan nelayan di desa penelitian tertinggi yaitu nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring dan perangkap ikan kelong karang. Hal ini dikarenakan keanekaragaman jenis dari ikan yang tertangkap oleh jaring dan perangkap ikan lebih banyak. Alat tangkap jaring dan perangkap ikan ini penangkapannya dibantu dengan keadaan pasang dan surut dari air laut. Saat keadaan pasang jenis-jenis ikan karang yang berasosiasi dengan lamun akan bergerak ke daerah lamun dan pada saat surut ikan-ikan tersebut kembli ke karang. Sedangkan untuk alat tangkap perangkap ikan lebih banyak hasil tangkapannya karena alat tangkap ini diletakkan dekat dengan tubir. Dimana lokasinya masih banyak terdapat hamparan ekosistem lamunnya dan berdekatan dengan adanya karang, sehingga hasil tangkapannya lebih banyak. Hasil tangkapan bubu ketam tersebut hanya menangkap jenis rajungan dan mengandalkan umpan untuk menarik rajungan supaya masuk dalam bubu ketam perangkap rajungan tersebut. Menurut Torre- Castro et al. 2014 menyebutkan bahwa nelayan yang melakukan penangkapan di daerah ekosistem lamun dengan menggunakan jaring dan perangkap ikan memiliki hasil tangkapan yang lebih baik dan melimpah, hal ini karena adanya hubungan konektivitas antara ikan karang yang berasosiasi dengan ekosistem lamun pada saat adanya pasang dan surutnya air laut. Dengan alat tangkap tersebut hasil tangkapan nelayan lebih bervariasi dan lebih melimpah jika dibandingkan dengan alat tangkap yang lain. Ditambahkan oleh Tobisson et al. 1998 yang menyebutkan nelayan lokal telah belajar untuk memanfaatkan gelombang dan angin saat melakukan penangkapan. Komposisi jenis ikan di ekosistem lamun sangat beragam berdasarkan waktu dan area sehingga tidak dapat digeneralisasi secara sederhana. Beberapa jenis ikan mendiami ekosistem lamun secara permanen dan jenis ikan lainnya bersifat temporer, misalnya pada tahap anakan juvenil, atau penghuni musiman, atau ikan yang berpindah dari habitat yang berdekatan seperti terumbu karang dan hutan bakau ke padang lamun untuk mencari makan. Peran dari keberadaan ekosistem lamun dalam produksi perikanan dengan hasil tangkapan nelayan dengan beberapa jenis sumberdaya perikanan yang telah didapatkan oleh nelayan skala kecil di lokasi penelitian sangat penting. Hal ini dikarenakan beberapa spesies yang ditemukan oleh nelayan skala kecil merupakan spesies target yang dapat menunjang ketahanan pangan dan mata pencaharian nelayan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Unsworth et al. 2014 yang menyebutkan bahwa beberapa famili yang ditemukan para nelayan di ekosistem lamun menunjukkan bahwa ekosistem lamun memiliki fungsi ekonomi yang tinggi karena jenis tersebut termasuk spesies target untuk menunjang mata pencaharian nelayan dan peranannya dalam mendukung produktivitas perikanan dan suplai makanan yang penting. Komposisi jenis sumberdaya perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan skala kecil di lokasi penelitian secara umum akan mempengaruhi struktur komunitas dari sumberdaya perikanan di ekosistem lamun. Nilai indeks struktur komunitas ikan di ekosistem lamun Tabel 9 menunjukkan bahwa secara ekologi terdapat perbedaan struktur komunitas secara temporal antara lokasi penelitian, baik di Desa Malang Rapat ataupun di Desa Berakit. Menurut Triandiza 2013, menyebutkan bahwa perbedaan struktur komunitas dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Akan tetapi faktor yang paling penting yang dapat menentukan perbedaan struktur komunitas tersebut adalah kondisi ekosistem sebagai habitat suatu perairan dan berdasarkan kelimpahan dari ekosistem tersebut sebagai suatu habitat untuk kelangsungan hidup biota disekitarnya. Perubahan nilai indeks struktur komunitas dalam suatu ekosistem sangat dipengaruhi oleh adanya kelompok spesies yang dominan. Sesuai pernyataan dari Latuconsina et al. 2012 yang menyatakan bahwa jika ada beberapa jenis dalam komunitas yang memiliki dominansi yang besar maka keanekaragamannya dan keseragamannya rendah. Menurut Odum 1971 bahwa semakin besar nilai keanekaragaman H’ menunjukkan komunitas semakin beragam dan indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah spesies yang terdapat dalam suatu habitat. Selain itu indeks kemerataan keseragaman E menggambarkan ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas ikan