Komposisi Jenis Ikan di Ekosistem Lamun

dominan oleh nelayan skala kecil di Desa Malang Rapat dan Berakit yang terkait dengan ekosistem lamun spesies ikan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun dalam siklus hidupnya. Beberapa jenis ikan mendiami ekosistem lamun secara permanen dan jenis ikan lainnya bersifat temporer, misalnya pada tahap anakan juvenil, atau penghuni musiman, atau ikan yang berpindah dari habitat yang berdekatan seperti terumbu karang dan hutan bakau ke padang lamun untuk mencari makan. Berikut juga ditampilkan harga per kilogram setiap jenis ikan berdasarkan penjualannya ke pedagang pengepul tauke. Selain itu juga ditampilkan nilai SRI Seagrass Residency Index untuk melihat tingkat asosiasi ketergantungan jenis ikan terhadap ekosistem lamun. Tabel 7. Komposisi Jenis Sumberdaya Perikanan di Desa Malang Rapat No Nama Daerah Nama Latin Harga Rp.kg -1 Komposisi Jenis SRI 1 Mentimun Lutjanus carponotatus 16.000 4,4 0,99 2 Ketambak Lethrinus lentjan 9.000 8,5 0,99 3 Pinang-Pinang Lethrinus ornatus 13.000 6,0 0,99 4 Jmpung Hitam Scarus ghobban 6.000 6,0 0,99 5 Tokak Choerodon anchorago 8.000 7,2 0,99 6 Dedoh Acanthurus triostegus 20.000 0,9 0,99 7 Jampung Kuning Scarus forsteni 7.000 1,8 0,99 8 Tamban Gymnocranius microdon 12.000 3,2 0,99 9 Ketam Portunus pelagicus 40.000 9,7 0,99 10 Lebam Siganus guttatus 40.000 10,6 0,98 11 Ikan Pasir Lethrinus miniatus 8.000 3,8 0,95 12 Mentimah Gerres oyena 15.000 1,7 0,87 13 Lambai Siganus doliatus 12.000 10,2 0,61 14 Gelam Psammoperca waigiensis 15.000 6,5 0,56 15 Lingkis Siganus sutor 18.000 15,9 0,43 16 Pari Dasyatis annotates 10.000 3,5 0,20 Sumber: Data Primer Diolah 2014 Data diambil berdasarkan berat tangkapan nelayan Data diambil oleh peneliti lainnya Anggraeni et al., 2015, belum dipublikasi Sedangkan untuk komposisi jenis sumberdaya perikanan yang dominan tertangkap oleh nelayan skala kecil di Desa Berakit dapat dilihat pada Tabel 8. Beberapa jenis yang dimanfaatkan oleh nelayan baik di Desa Berakit atau Malang Rapat hampir sebagian sama jenisnya, sedangkan perbedaannya pada harga penjualan ikan yang ada di desa masing-masing, hal ini dikarenakan pedagang pengepul tauke di desa masing-masing memiliki kepentingan kepada nelayan masing-masing dalam hal peminjaman modal dari nelayan kepada tauke tersebut. Komposisi jenis sumberdaya perikanan dari hasil penelitian ini didapat dari perhitungan komposisi dari spesies yang dimanfaatkan dari hasil tangkapan nelayan baik di Desa Berakit dan Malang Rapat yang telah dijual kepada pedagang pengepul tauke. Hasil analisis tersebut dapat memberikan informasi tentang beberapa jenis sumberdaya perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan di Desa Berakit dan Malang Rapat dari keterkaitannya dengan ekosistem lamun. Selain komposisi jenis, pada tabel juga disebutkan harga dari setiap jenis ikan sehingga dapat diketahui betapa pentingnya keberadaan sekosistem lamun terhadap sumberdaya perikanan dalam menopang mata pencaharian nelayan skala kecil. Hal ini juga dilakukan dalam penelitian Torre-Casrto et al., 2014 yang mengatakan bahwa analisis dengan komposisi jenis dari spesies dapat memberikan indikasi yang jelas tentang jenis ikan apa saja yang mendominasi hasil tangkapan di Chwaka Bay. Tabel 8. Komposisi Jenis Sumberdaya Perikanan di Desa Berakit No Nama Daerah Nama Latin Harga Rp.kg -1 Komposisi Jenis SRI 1 Mentimun Lutjanus carponotatus 15.000 0,8 0,99 2 Tokak Choerodon anchorago 10.000 6,1 0,99 3 Dedoh Acanthurus triostegus 25.000 3,7 0,99 4 Mempinang Lethrinus ornatus 18.000 2,1 0,99 5 Jampung Kuning Scarus forsteni 9.000 2,7 0,99 6 Tamban Gymnocranius microdon 15.000 0,9 0,99 7 Ketam Portunus pelagicus 40.000 10,7 0,99 8 Ketambak Lethrinus lentjan 15.000 1,8 0,99 9 Jampung Hitam Scarus ghobban 8.000 5,9 0,99 10 Lebam Siganus guttatus 40.000 3,4 0,98 11 Timah-Timah Gerres oyena 12.000 0,2 0,87 12 Lambai Siganus doliatus 15.000 52,9 0,61 13 Mata Kucing Psammoperca waigiensis 15.000 0,4 0,56 14 Lingkis Siganus sutor 12.000 6,5 0,43 15 Sotong Sepioteuthis 22.000 1,9 0,20 Sumber: Data Primer Diolah 2014. Data diambil berdasarkan berat tangkapan nelayan Data diambil oleh peneliti lainnya Anggraeni et al., 2015, belum dipublikasi Komposisi jenis sumberdaya perikanan yang ada di desa penelitian ada perbedaan. Dominansi sumberdaya perikanan yang ada di Desa Malang Rapat lebih merata dengan komposisi jenis terbesar pada spesies Siganus sutor sebesar 15,9 dan terkecil yaitu spesies Acanthurus triostegus dengan nilai komposisi sebesar 0,9. Komposisi jenis sumberdaya perikanan hasil tangkapan di Desa Berakit didominasi oleh spesies Siganus doliatus dengan nilai sebesar 52,9 dan terkecil yaitu spesies Gerres oyena dengan nilai 0,2. Dominansi jenis ikan tersebut secara temporal dapat mempengaruhi struktur komunitas ikan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun. Berdasarkan hasil diatas sebagian besar jenis sumberdaya perikanan yang ada di Desa Malang Rapat sama dengan di Desa Berakit, akan tetapi jenis ikan di Desa Malang Rapat lebih beragam. Beberapa famili yang mendominasi hasil tangkapan di kedua desa tersebut yaitu Siganidae, Scaridae, Lethrinidae, Lutjanidae dan lain sebagainya. Jenis-jenis dari ikan tersebut merupakan jenis ikan yang dalam siklus hidupnya juga menggantungkan hidupnya di ekosistem lamun. Dapat dilihat juga dari nilai SRI Seagrass Residency Index setiap jenis ikan. Dimana jenis ikan yang memiliki nilai SRI mendekati angka 1 maka tingkat ketergantungan ikan terhadap ekosistem lamun sangat tinggi. Analisis SRI ini memperhitungkan aspek biologi panjang ikan dan matang gonad serta lama waktu ikan dihabiskan di ekosistem lamun pada setiap stadia ikan tersebut. Beberapa famili lainnya juga merupakan jenis dari ikan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun karena tempat untuk berlindung dan mencari makan spesies tersebut. Menurut Unsworth et al., 2014, menyebutkan bahwa beberapa fmili Siganidae, Scaridae, Lethrinidae, Serranidae dan Mullidae merupakan jenis ikan yang menggantungkan diri dengan ekosistem lamun. Ditambahkan oleh Torre- Castro et al., 2014 tentang spesies yang hasil tangkapan nelayan di Chwaka Bay yang menangkap di daerah lamun yaitu Scaridae, Lethrinidae, Lutjanidae, dan Mullidae. Dominasi spesies yang terkait dengan lamun ditemukan juga di Kenya Hick dan McClanahan, 2012, di Mozambik Gell dan Whittington, 2002 dan Madagaskar Davies et al., 2009, meskipun jenis-jenis ikan tersebut juga sering disebut sebagai jenis-jenis ikan terumbu karang Unsworth dan Cullen, 2014.

5.6 Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Lamun

Struktur komunitas ikan di ekosistem lamun merupakan suatu bagian kajian ekologi yang mempelajari suatu ekosistem lamun yang berhubungan dengan kondisi atau karakteristik perairan di daerah ekosistem lamun. Struktur komunitas ikan ini dapat menggambarkan interaksi antar jenis ikan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada di ekosistem lamun tersebut. Hasil analisis dari struktur komunitas ikan di ekosistem lamun meliputi nilai indeks keanekaragaman H’, keseragaman E dan dominasi ikan C ekosistem lamun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi Ikan yang Berasosiasi dengan Ekosistem Lamun di Desa Malang Rapat dan Berakit, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Lokasi Nilai Indeks Keanekaragaman H’ Keseragaman E Dominasi C Malang Rapat 2,56 0,93 0,09 Berakit 1,69 0,62 0,34 Sumber: Data Primer Diolah 2014. Nilai indeks keanekaragaman di Desa Malang Rapat yaitu 2,56, nilai ini lebih tinggi dibandingkan di Desa Berakit yaitu 1,69. Berdasarkan kriteria nilai struktur komunitas pada dapat disimpulkan bahwa untuk indeks keanekaragaman ikan baik di Desa Berakit dan Malang Rapat tergolong sedang 1,0 H’ ≤ 3,0. Sedangkan untuk nilai indeks keseragaman di Desa Malang Rapat juga lebih tinggi yaitu sebesar 0,93 dibanding dengan Desa Berakit yaitu sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas ikan di Desa Malang Rapat dan Berakit memiliki nilai keseragaman yang tinggi 0,60 E ≤ 1,00. Perbedaan nilai keanekaragaman dan keseragaman komunitas ikan lamun yang ada di kedua desa tersebut karena dominasi oleh salah satu jenis ikan. Komunitas ikan di Desa Berakit lebih didominasi salah satu jenis ikan sedangkan jenis ikan yang ditemukan di Desa Malang Rapat lebih merata. Pada Tabel 7 dan 8 sub-bab komposisi jenis ikan dapat membuktikan bahwa nilai kelimpahan relatif tertinggi mencapai 52,9 untuk spesies Siganus doliatus. Sedangkan untuk nilai kelimpahan relatif di Desa Malang lebih merata dimana nilai tertingginya hanya mencapai 15,9 untuk spesies Siganus sutor. Perbedaan dari nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman ini dapat dikarenakan dominansi jenis ikan yang berbeda. Hasil dari analisis indeks dominansi dapat menunjukkan bahwa nilai indeks dominansi di Desa Malang Rapat lebih rendah yaitu sebesar 0,09 dibandingkan dengan Desa Berakit yaitu sebesar 0,34 berbanding terbalik dengan nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman di kedua desa. Dimana nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman tinggi, maka nilai indeks dominansinya akan rendah begitu juga sebaliknya. Akan tetapi secara umum nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai domina nsi di kedua desa tersebut tergolong rendah 0,00 C ≤ 0,50. Nilai dominansi yang rendah ini menujukkan nilai keanekaragaman dan keseragamannya akan tinggi.

5.7 Pendapatan Perikanan Skala Kecil di Ekosistem Lamun

Besaran manfaat yang diberikan dengan adanya ekosistem lamun dapat dihitung dengan net fishing revenue NFR dengan menghitung jumlah penjualan dari nelayan dan mengurangi dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan. Hasil dari pendapatan nelayan skala kecil tersebut telah dibandingkan dengan UMK upah minimum kabupaten Kabupaten Bintan tahun 2014 tersaji pada Gambar 29 dan Gambar 30. Gambar 29. Hasil dari Pendapatan Nelayan Skala Kecil di Desa Malang Rapat Rp.hari -1 n=15.