pesisir. Dalam segi sosial ekosistem lamun dapat menunjang mata pencaharian manusia dan ketahanan pangan yang penting.
Tabel 10. Keterkaitan Sistem Sosial-Ekologi Lamun dan Perikanan Skala Kecil di Lokasi Penelitian
Malang Rapat Berakit
Luas Lamun ha 595,32
847,29 Jumlah Spesies tertangkap
16 15
Rata-Rata Hasil Tangkapan kg.hari
-1
12 13,8
Rata-Rata Pendapatan Rp.hari
-1
202.124,00 193.151,00
Jumlah Nelayan Skala Kecil 36
34 Dominasi Alat Tangkap
Jaring 41,7
28,6 Pancing
33,3 21,4
Bubu Ketam Perangkap Rajungan 25
21,4 Kelong Karang Perangkap Ikan
- 28,6
Sumber: Data Primer Diolah 2014. Dapat dilihat pada Tabel 10 yang menunjukkan bahwa jumlah dari
tangkapan nelayan di Desa Malang Rapat dan Desa Berakit masing-masing sebanyak 12 kg.hari
-1
dan 13,8 kg. hari
-1
. Informasi pendapatan rata-rata yang didapat oleh para nelayan tersebut selama proes penelitian dari masing-masing
desa memperoleh Rp 202.124,00 per hari dan 193.151,00 per hari. Hasil tersebut dapat menggambarkan bahwa betapa pentingnya keberadaan ekosistem lamun
sehingga dapat dijadikan sebagai tempat penangkapan bagi perikanan skala kecil yang bisa berkontribusi dalam ketahanan pangan dan sebagai mata pencaharian
nelayan di desa tersebut.
Hasil tangkapan dan pendapatan dari nelayan di Desa Malang Rapat dan Berakit berbeda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nelayan di Desa Berakit
mendapatkan hasil tangkapan lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan Desa Malang Rapat. Akan tetapi pendapatannya berbanding terbalik dimana lebih
tinggi pendapatan nelayan Desa Malang Rapat dibanding nelayan di Desa Berakit. Hal ini dikarenakan jenis ikan yang tertangkap di Desa Malang Rapat lebih
beranekaragam dengan harga per jenis ikan yang berbeda Tabel 5, sedangkan jenis ikan yang ada di Desa Berakit lebih di dominasi oleh satu jenis ikan yaitu
Siganus doliatus sebesar 52,9 dengan nilai jual sebesar Rp. 15.000,00 Tabel 6. Dibenarkan oleh Unsworth et al. 2014 yang menyebutkan bahwa hasil penjualan
nelayan dapat dipengaruhi jenis sumberdaya perikanan.
VI. PEMBAHASAN PENELITIAN
6.1 Sebaran Tangkapan Perikanan Skala Kecil
Ekosistem lamun merupakan salah satu habitat bagi biota-biota laut yang juga memiliki produktivitas tinggi sama halnya ekosistem mangrove dan terumbu
karang, beberapa biota yang berada dan berasosiasi dengan ekosistem lamun meliputi ikan, crustacea, molusca, echinodermata, dan cacing. Keanekaragaman
dari sumberdaya perikanan di ekosistem lamun dapat mempengaruhi mata pencaharian masyarakat di sekitar pesisir khususnya nelayan pesisir yang
memanfaatkan langsung dengan keberadaan ekosistem lamun. Sesuai dengan pendapat Gilanders 2006, yang menyatakan bahwa ekosistem lamun memiliki
produktivitas sekunder dan dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan keragaman jenis ikan. Ekosistem lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan
berlindung, mencari makan, bertelur, dan berkembangbiak. Ketersediaan pangan dan tempat perlindungan dari predator juga menjadikan sejumlah besar organisme
laut termasuk jenis-jenis ikan hidup di daerah ekosistem lamun.
Manfaat yang didapatkan oleh masyarakat lokal di lokasi penelitian dengan adanya ekosistem lamun secara langsung digunakan sebagai daerah penangkapan
nelayan di lokasi ekosistem lamun. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata kawasan konservasi ekosistem lamun dan terdapat beberapa manfaat yang
tidak langsung lainnya. Sesuai dengan pendapat Cullen-Unsworth et al. 2013 yang menyatakan bahwa studi kasus yang ada di seluruh dunia mengenai manfaat
ekosistem lamun. Manfaat dari keberadaan sumberdaya ekosistem lamun secara langsung yaitu sebagai sumber mata pencaharian para nelayan lokal. Hubungan
antara ekosistem lamun dengan manusia disoroti tentang peranan multi-fungsional lamun dalam kesejahteraan manusia. Pemahaman ekosistem lamun sebagai sistem
sosial-ekologi SSE sangat penting sebagai ketahanan sosial dan ekologinya dalam perubahan lingkungan secara global.
Sebaran penangkapan nelayan skala kecil yang ada di lokasi penelitian menunjukkan bahwa mereka melakukan penangkapan di dekat pantai, yang mana
para nelayan skala kecil lebih suka melakukan penangkapan di masing-masing desa mereka sendiri. Daerah penangkapan yang lebih dekat pantai ini menghemat
para nelayan dalam melakukan penangkapannya tidak terlalu membutuhkan bahan bakar untuk kapalnya. Kebanyakan nelayan menggunakan sampan dalam
melakukan perjalanan ke daerah penangkapan. Keberadaan lamun ini juga sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan bagi para nelayan laut lepas dalam mencari
alternative matapencaharian karena nelayan yang memanfaatkan keberadaan lamun ini tidak terpengaruh dengan musim, untuk nelayan laut lepas sangat
terpengaruh dengan musim khususnya pada saat musim utara mereka tidak bisa melaut karena angin di lautan sangat kencang sehingga mereka kebanyakan
melakukan penangkapan di daerah dekat dengan pantai dimana masih ada ekosistem lamun. Sesuai dengan hasil penelitian dari Cullen-Unsworth et al.
2013 yang menyebutkan bahwa keberadaan ekosistem lamun sangat penting dalam menunjang ketahanan pangan dan mata pencaharian dari nelayan. Dimana
mereka dalam melakukan penangkapan tidak terlalu membutuhkan bahan bakar minyak karena letaknya dekat dengan pantai dan tidak terlalu berpengaruh dengan
musim, sehingga para nelayan dapat menghemat biaya dalam melakukan penangkapan.
Manfaat lain yang didapat dari jasa ekosistem lamun selaian untuk nelayan skala kecil juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pada saat keaadaan laut surut
sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian juga memanfaatkan keberadaan lamun dengan mencari gong gong Strombus minimus pada saat keadaan surut
untuk dikonsumsi sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini nelayan yang melakukan penangkapan dengan memanfaatkan keberadaan lamun melakukan
penangkapannya hampir setiap musim dan tidak terlalu terpengaruh dengan musim utara. Sedangkan nelayan yang melakukan penangkapan di laut lepas
kebanyakan pada saat musim utara melakukan penangkapan di wilayah pesisir dimana masih terdapat ekosistem lamunnya, sehingga jumlah nelayan yang daerah
penangkapannya di dekat lamun menjadi bertambah banyak pada saat musim utara bulan Desember
– Februari. Menururt Charles 2001 menyatakan bahwa pengetahuan tentang dinamika sistem perikanan dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan perubahan dan variasi komponen setiap waktu dalam sistem perikanan dan interaksi antar komponen di dalamnya setiap saat. Faktor waktu
menjadi sangat penting karena menjadi faktor penentu dalam suatu dinamika sistem perikanan. Skala waktu penangkapan dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: 1
harian hingga mingguan, 2 bulanan ke musim, 3 tahunan, 4 antar tahun, dan 5 puluhan tahun dekade atau lebih lama.
6.2 Konektivitas Sosial-Ekologi Lamun: Pendekatan Peta Jaringan
Beberapa sumberdaya perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan di kedua desa pengamatan telah menunjukkan konektivitas social-ekologi antara
keberadaan ekosistem lamun di pesisir pantai dengan pola produksi tangkapan ikan nelayan setempat. Dengan adanya peningkatan produksi hasil tangkapan
tersebut maka nelayan tersebut juga akan meningkat juga pendapatannya. Pendapatan dari nelayan skala kecil tersebut didapat dari penjualan hasil
tangkapannya ke pengepul tauke. Nelayan yang menjual hasil tangkapan di tauke sekitar desa yaitu nelayan yang telah mendapat modal dari pedagang
pengepul yang ada di desa tersebut. Pedagang pengepul di desa yang membeli hasil tangkapan dari nelayan setempat sebagian besar didistribusikan lagi kepada
tauke di Kota Tanjung Pinang yang selanjutnya di beli oleh retoran rumah makan dan ada beberapa yang dijual kepada masyarakat di sekitar desa. Ada juga
nelayan yang membeli ikan tersebut untuk umpan para nelayan mencari rajungan dan nelayan yang mencari ikan di laut lepas. Aktivitas nelayan tersbut
menciptakan jaringan sosial-ekologi dari awal ikan tertangkap sampai akhirnya terdistribusi ke restaurant dan tempat lainnya. Menurut Janssen et al., 2006
menyatakan bahwa aktivitas manusia dapat menciptakan jaringan sosial-ekologi, dengan salah satu contohnya nelayan yang memancing di sungai akan tercipta
hubungan sosial ekologi dimana sungai tersebut telah menghubungkan orang dari hulu ke hilir.
Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa keberadaan dari ekosistem lamun sangat penting untuk masyarakat pesisir demi kelangsungan hidup mereka
dalam pemenuhan kebutuhan secara ekonomi dan ketahanan pangan. Beberapa sumberdaya perikanan yang dominan tertangkap dan dimanfaatkan oleh nelayan