Konektivitas Sosial-Ekologi TINJAUAN PUSTAKA

modal buatan manusia berupa modal fisik dan sosial. Secara diagramatik, hubungan antar 4 komponen tersebut disajikan pada Gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Model Konseptual Sistem Sosial-Ekologi dalam Kawasan Ekosistem Lamun Modifikasi dari Anderies et al., 2004. Aktivitas dari manusia dapat menciptakan jaringan sosial-ekologi dengan menghubungkan proses ekologi sehingga sistem ekologi yang bebas menjadi terhubung oleh aktivitas manusia. Salah satu contohnya yaitu dimana ada nelayan yang memancing pada danau yang berbeda akan mentransfer spesies invasive melalui perahu yang diangkut dari satu danau ke danau lain, tentu saja danau tersebut menjadi terhubungkan secara ekologi. Pada sisi yang lainnya hubungan antara sosial dapat diciptakan melalui hubungan ekologi, seperti sungai yang menghubungkan orang dari hulu ke hilir Damayanti, 2011.

2.6 Karakteristik Perikanan Skala Kecil

Seperti dikemukakan pada referensi terdahulu bahwa klasifikasi perikanan skala kecil atau skala besar, perikanan pantai atau lepas pantai, artisanal atau komersial hingga saat ini masih menjadi perdebatan mengingat dimensinya yang cukup luas. Pengelompokannya bisa didasarkan atas ukuran kapal atau besarnya tenaga, tipe alat tangkap, dan jarak daerah penangkapan dari pantai Smith, 1983. Menurut Charles 2001 menyatakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya berdasarkan ukuran kapal yang dioperasikan, berdasarkan daerah penangkapan, yaitu jarak dari pantai ke lokasi penangkapan dan berdasarkan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui perbandingan perikanan skala kecil small-scale fisheries dengan perikanan skala besar large-scale fisheries, walaupun diakuinya belum begitu jelas sehingga masih perlu dilihat dari berbagai aspek yang lebih spesifik. Lebih spesifik lagi karakteristik perikanan skala kecil diungkapkan oleh Smith 1983 menyatakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan situasi technico-socio-economic nelayan dan membaginya ke dalam dua golongan besar yaitu nelayan industri dan tradisional. Perikanan skala kecil di Indonesia merupakan kontributor terbesar terhadap produksi perikanan. Bahkan bisa mencapai 85 tenaga yang bergerak di sektor penangkapan ikan masih merupakan nelayan tradisional dan sangat jauh tertinggal dari nelayan negara lain Charles, 2001. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu titik strategis dari penyebab utama kemiskinan dan ketidakberdayaan nelayan adalah lemahnya kemampuan manajemen usaha. Hal ini juga terjadi karena rendahnya pendidikan dan penguasaan ketrampilan bidang perikanan. Oleh karena itu pemberdayaan sumberdaya perikanan laut sudah semestinya dilakukan melalui pendekatan dengan nelayan, antara lain dengan melakukan pemberdayaan kepada kelompok nelayan kecil agar mereka dapat mengorganisasikan kegiatan usahanya. Perikanan tradisional menurut Baerkes et al. 2001 adalah diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Kegiatan dilakukan dengan unit penangkapan skala kecil, kadang – kadang menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali. 2 Aktivitas penangkapan merupakan paruh waktu, dan pendapatan keluarga adakalanya ditambah dari pendapatan lain dari kegiatan di luar penangkapan. 3 Kapal dan alat tangkap biasanya dioperasikan sendiri. 4 Alat tangkap dibuat sendiri dan dioperasikan tanpa bantuan mesin. 5 Investasi rendah dengan modal pinjaman dan penampungan hasil tangkapan. 6 Hasil tangkapan per unit usaha dan produktivitas pada level sedang sampai sangat rendah. 7 Hasil tangkapan tidak dijual kepada pasar besar yang terorganisasi dengan baiuk tapi diedarkan di tempat – tempat pendaratan atau dijual di laut dan biasanya dikonsumsi sendiri dengan keluarganya. 8 Komunitas nelayan tradisional sringkali terisolasi baik secara geografis maupun sosial dengan standar hidup keluarga nelayan yang rendah sampai batas minimal. Pengetahuan tentang dinamika sistem perikanan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan perubahan dan variasi komponen setiap waktu dalam sistem perikanan dan interaksi antar komponen di dalamnya. Faktor waktu menjadi sangat penting karena menjadi faktor penentu dalam suatu dinamika sistem perikanan. Skala waktu menurut Charles 2001 menyatakan dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: 1 harian hingga mingguan, 2 bulanan ke musim, 3 tahunan, 4 antar tahun, dan 5 puluhan tahun dekade atau lebih lama.