Analisis SWOT Analisis A’WOT

30

4.3 Kondisi Perekonomian

Tiga sektor ekonomi utama Kabupaten Sampang adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor-sektor jasa. Sektor pertanian merupakan roda utama yang menggerakkan perekonomian daerah ini. Subsektor pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan. Bidang usaha pertanian tanaman pangan potensial mengembangkan beberapa komoditi andalan di antaranya padi sawah dan ladang, jagung, ubi kayu, dan keledai. Pola sebaran daerah produksinya sebagai berikut: produksi padi sawah terkosentrasi di tiga kecamatan yaitu Jrengik, Sampang, dan Torjun. Komoditi padi ladang banyak dihasilkan di Kecamatan Omben dan Kedungdung. Tanaman jagung banyak terdapat di Kecamatan Ketapang dan Sokobanah. Ubi kayu paling banyak berada di Kecamatan Omben dan Banyuates. Sentra produksi kedelai ada di Kecamatan Karangpenang. Tanaman sayur-sayuran yang potensial menjadi komoditi unggulan adalah cabe dan bawang merah. Jambu air yang ada di Kecamatan Camplong dan Sampang berpeluang menjadi komoditi buah unggulan. Bidang usaha perkebunan, tanaman tembakau merupakan sumber penghasilan utama masyarakat sampang, meskipun belakangan ini mengalami penurunan luas lahan dan produktifitas. Ada tiga kecamatan yang dominan menghasilkan tembakau yaitu Ketapang, Camplong, dan Karang Penang. Komoditi lain di bidang perkebunan adalah jambu mente. Produksi jambu mente terkosentrasi di tiga kecamatan yaitu Sokobanah, Ketapang, dan Banyuates. Bidang usaha peternakan, hewan ternak yang banyak dibudidayakan adalah sapi, kambing, domba, itik, ayam buras, ayam ras, dan ayam broiler. Populasi ternak sapi banyak terdapat di Kecamatan Ketapang, Sokobanah, dan Sampang. Ternak kambing banyak dikembangkan di Kecamatan Sampang dan Sokobanah. Peternakan unggas jenis ayam buras banyak terdapat di Kecamatan Banyuates dan Ketapang, ternak ayam pedaging terpusat di Kecamatan Banyuates, dan itik banyak terdapat di Kecamatan Camplong dan Sampang. Di sektor perdagangan, komoditas andalan ekspor adalah batik tulis, kulit sapi dan udang. Data hasil Sensus Ekonomi 2006 dalam KKP 2010b menunjukkan bahwa sektor perdagangan dan peyediaan makanan dan minuman cukup dominan dalam kegiatan perekonomian Kabupaten Sampang. Pengusahaan garam merupakan salah satu sektor strategis bagi Kabupaten Sampang. Walaupun garam merupakan komoditas andalan di wilayah Kabupaten Sampang, sumbangannya tidak begitu besar terhadap sektor pertambangan dan penggalian BPS 2010b. Ini terjadi karena pengusahaan garam di Kabupaten Sampang sebagian besar dilakukan secara tradisional dan diusahakan oleh rakyat dengan kepemilikan lahan yang relatif sempit dan tersebar sehingga secara keseluruhan nilai tambah ekonominya rendah, disamping terbatasnya masa produksi garam yang hanya bisa dilakukan pada musim kemarau. Tercatat terdapat 6 kecamatan yang dapat mengusahakan garam, yaitu Kecamatan Sreseh, Jrengik, Pangarengan, Torjun, Sampang, dan Camplong. Kedepan pengusahaan garam sangat potensial untuk dikembangkan jika dikelola serius mengingat Kabupaten Sampang merupakan sentra garam terbesar nasional. 31 4.4 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.4.1 Topografi Secara topografis, wilayah kabupaten Sampang terdiri dari berbagai jenis kelerengan, yaitu 0 sampai 2, diatas 2 sampai 15, diatas 15 sampai 25, diatas 25 sampai 40 dan diatas 40 dengan rincian sebagai berikut Bappeda Sampang 2010: - Kelerengan 0−2 meliputi luas 17 130.26 ha atau 54.70 dari luas wilayah lokasi penelitian kecuali daerah genangan air, pada wilayah ini sangat baik untuk pertanian tanaman semusim. - Kelerengan 2−15 meliputi luas 12 965.62 ha atau 41.41 dari luas wilayah lokasi penelitian, baik sekali untuk usaha pertanian dengan tetap mempertahankan usaha pengawetan tanah dan air. Selain itu pada kemiringan ini cocok juga untuk konstruksipermukiman. - Kelerengan 15−25 dan 25−40 meliputi luas 765.12 ha atau 2.44 dari luas wilayah lokasi penelitian. Daerah tersebut baik untuk pertanian tanaman kerastahunan, karena daerah tersebut mudah terkena erosi dan kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya lahan ini pun tidak cocok untuk konstruksi. - Kelerengan 40 meliputi luas 453.00 ha atau 1,45 dari luas wilayah lokasi penelitian. Daerah ini termasuk kedalam kategori kemiringan yang sangat terjal curam dimana lahan pada kemiringan ini termasuk lahan konservasi karena sangat peka terhadap erosi, biasanya berbatu diatas permukaannya, memiliki run off yang tinggi serta kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya lahan ini tidak cocok untuk konstruksi. Pada daerah tropis seperti di Kabupaten Sampang, ketinggian wilayah merupakan unsur penting yang menentukan persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu yang berperan dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Disamping itu ketinggian juga erat hubungannya dengan unsur kemampuan tanah yang lain, misalnya lereng dan drainase.

4.4.2 Jenis dan Kedalaman Efektif Tanah

Dilihat dari jenis tanah di lokasi penelitian Tabel 9 dan Gambar 8, bagian yang terluas adalah tanah dari jenis aluvial hidromorf yakni seluas 298.32 ha atau meliputi 25.07, tersebar di seluruh kecamatan di lokasi penelitian. Diikuti oleh jenis tanah Kompleks grumusol kelabu dan litosol dengan luas sekitar 8 832.38 ha atau 23.82 yang mendominasi jenis tanah di Kecamatan Camplong. Pada kedua jenis tanah ini terdapat tambak yang diusahakan untuk produksi garam rakyat. Sementara untuk proporsi jenis tanah terendah adalah jenis kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol seluas 177.92 ha 0.48 yang terdapat di bagian utara Kecamatan Sampang dan Torjun. Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kedalaman efektif adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai kelapisan bahan induk atau tebalnya lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Makin dalam lapisan tanah, maka kualitas tanah makin baik untuk usaha pertanian. 32 Tabel 9 Jenis tanah lokasi penelitian No Jenis tanah Luas ha Proporsi 1. Aluvial hidromorf 9 298.32 25.07 2. Aluvial kelabu kekuningan 4 811.88 12.98 3. Asosiasi hidromorf kelabu dan planosol coklat keke 5 747.60 15.50 4. Asosiasi litosol dan mediteran coklat kemerahan 2 078.66 5.61 5. Grumusol kelabu 985.07 2.66 6. Kompleks grumusol kelabu dan litosol 8 832.37 23.82 7. Kompleks mediteran merah dan litosol 1 714.86 4.62 8. Kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol 177.92 0.48 9. Litosol 3 437.82 9.27 Jumlah 37 084.49 100.00 Sumber: Diadaptasi dari Bappeda 2010 Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian dapat diklasifikasikan dalam 5 lima kategori, yaitu 30 cm, 30−60 cm, 60−90 cm, 90−120 cm dan 120 cm. Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tanah yang mempunyai kedalaman efektif tanah diatas 120 cm, yakni seluas 29 335 ha atau 79.10. Tanah dengan kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 899 ha atau sekitar 2.42 dari seluruh luas lokasi penelitian. Gambar 8 Jenis tanah lokasi penelitian