16
Overlay operation:
Gambar 4 Bagan alir tahapan penelitian
3.4.1 Operasi Tumpang Susun Overlay Operation
Proses identifikasi areal untuk ekstensifikasi tambak garam didahului dengan analisis kesesuaian lahan. Pada analisis ini salah satu peubah yang
digunakan adalah tutupan lahan yang dibuat dari hasil interpretasi citra ikonos tahun 2010. Citra yang digunakan merupakan citra yang sudah melalui proses
koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Dengan kedua proses koreksi tersebut,
Analisis land rent tipe penggunaan
lahan
1. Arahan ekstensifikasi 2. Arahan metode
pengusahaan garam yang dianjurkan
3. Rumusan strategi Interpretasi citra
ikonos tahun 2010
Peta tutupan lahan
Tipe penggunaan lahan
Penyusunan kriteria kesesuaian lahan tambak
Area of interest
Groundchek
Analisis finansial pengusahaan
garam maduris, portugis,
geomembrane: NPV, IRR,
Net BCR, payback period
Analisis A’WOT
Survei responden
data lapangan
Peta potensi untuk
ekstensifikasi tambak garam
- Kelerengan - Tekstur
- Curah hujan - Buffer dari
garis pantai - Buffer dari
sungai - Tutupan
lahan
Pertimbangan Regulasi: - Rencana kawasan lindung
- Buffer dari garis pantai 100 m - Buffer dari sungai besar 100 m,
50 m dari sungai kecil di luar pemukimanperkotaan
- Buffer 200 m dari mata air - Suaka alam mangrove
- Buffer jalan arteri primer 20.5 m, kolektor primer 12.5 m,
lokal primer 11 m Identifikasi lahan sesuai untuk
ekstensifikasi tambak garam Peta
kesesuaian lahan
tambak garam
17 citra berada pada sistem koordinat yang benar dan memiliki nilai piksel yang
sesuai dengan yang sebenarnya Barus dan Wiradisastra 2000. Pada proses interpretasi, citra didigitasi secara manual dengan skala tampilan 1:10 000 pada
peta dasar berupa peta RBI tahun 1999 skala 1:25 000. Proses digitasi ini menghasilkan peta tutupan lahan yang selanjutnya digunakan pada operasi
tumpang susun dalam pembuatan peta kesesuaian lahan tambak garam. Kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu Sitorus 2004. Untuk menilai tingkat kesesuaian lahan dalam rangka ekstensifikasi tambak digunakan teknik operasi
tumpang susun overlay operation melalui sistem informasi geografis SIG. Klasifikasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini menggunakan kategori tingkat
kelas. Kelas yang digunakan terdiri dari 3 tiga kelas dalam ordo S sesuai dan 1 satu kelas dalam ordo N tidak sesuai. Menurut Sitorus 2004 dan
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, sistem FAO menjabarkan kelas kesesuaian lahan sebagai berikut:
Kelas S1 : sangat sesuai highly suitable. Lahan ini tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan
yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan
masukan yang telah biasa diberikan. Kelas S2 : cukup sesuai moderately suitable
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas
atau keuntungan dan meningkatkan masukan input yang diperlukan. Kelas S3 : sesuai marjinal marginally suitable
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas
atau keuntungan dan perlu menaikkan input yang diperlukan. Kelas N : tidak sesuai not suitable
Lahan ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari.
Faktor pembatas dari tiap kelas kesesuaian dalam penelitian ini diulas secara deskriptif untuk menunjukkan sub-kelas kesesuaiannya. Sub-kelas lahan
menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam tiap kelas kesesuaian Sitorus 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
3.4.1.1 Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan Tambak Garam
Sebelum dimulai operasi tumpang susun, terlebih dahulu dilakukan pembuatan kriteria kesesuaian lahan tambak garam sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 4. Kriteria kesesuaian tambak garam dalam penelitian ini menggunakan 6 enam peubah relevan yang diadaptasi dari kriteria kesesuaian lahan tambak
budidaya udang yang disusun Pantjara et al. 2008. Peubah-peubah tersebut yaitu: kelerengan lahan t, tekstur tanah s, curah hujan e, jarak dari garis
pantai p, jarak dari sungai r, dan tutupan lahan c. Penggunaan kriteria tambak budidaya ini dipandang masih koheren dengan kriteria tambak garam. Di pesisir
selatan Kabupaten Sampang, tambak yang digunakan untuk memproduksi garam pada musim kemarau juga dimanfaatkan sebagai untuk budidaya udangbandeng