Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan Tambak Garam

21 seluruh biaya produksi dibagi luasan lahan yang digunakan m 2 dan umur tanaman tahun. Biaya faktor produksi yang dihitung disesuaikan dengan nilai sekarang present value tahun 2011.

3.4.3 Analisis Finansial

Analisis finansial dilakukan terhadap metode pemanenan garam di lokasi penelitian yaitu metode maduris, portugis, dan geomembrane melalui cash flow analysis. Pada penyusunan cash flow, depresiasi penyusutan marupakan salah satu aspek yang dihitung sebagai biaya dengan cara dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak. Depresiasi tersebut kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total arus kas pada periode operasi karena pada kenyataannya tidak ada pergerakan arus kas Soeharto 1995. Pengusahaan garam di lokasi penelitian merupakan aktivitas ekonomi sektor primer yang tidak dikenakan pajak sehingga pada penelitian ini depresiasi tidak dimunculkan pada penyusunan cash flow-nya. Kriteria yang dilihat dalam analisis cash flow pada penelitian ini yaitu NPV, IRR, Net BCR, dan payback period. NPV merupakan selisih antara benefit penerimaan dengan cost pengeluaran yang telah di-present-value-kan. Kriteria ini mengatakan bahwa suatu usaha akan dipilih apabila NPV 0. Apabila NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Secara umum rumus matematisnya dituliskan sebgai berikut Rustiadi et al. 2009: = − 1 + Dimana: B t : manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha atau proyek pada time series tahun, bulan, dan sebagainya ke-t Rp C t : biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan proyek pada time series ke-t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal pembelian peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya Rp i : merupakan tingkat suku bunga yang relevan t : periode 1, 2, 3…, n IRR adalah nilai diskonto yang membuat NPV dari kegiatan usaha sama dengan nol. IRR merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu usaha akan diterima bila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital atau lebih besar dari suku bunga yang didiskonto yang telah ditetapkan, dan pada kondisi sebaliknya maka industri akan ditolak. Secara matematis IRR ditulis sebagai berikut Rustiadi et al. 2009: = + − Dimana: i’ : tingkat discount rate pada saat NPV positif ; i” : tingkat discount rate pada saat NPV negatif ; NPV’ : nilai NPV positif NPV” : nilai NPV negatif 22 Net BCR merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif sebagai pembanding dengan jumlah present value yang negatif sebagai penyebut. Net BCR menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Jika Net BCR 1 berarti NPV 0 dan memberikan tanda suatu proyek layak. Jika Net BCR 1 berarti NPV 0 dan memberikan tanda suatu proyek tidak layak. Net BCR = 1 berarti NPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi marjinal, sehingga terserah kepada penilaian pengambil keputusan. Net BCR secara matematis dituliskan sebagai berikut Soekartawi 1995: = ∑ − 1 + ; − 0 ⁄ ∑ − 1 + ⁄ ; − 0 Dimana: B t : benefit kotor yang disebabkan adanya investasi pada periode ke-t C t : biaya kotor yang disebabkan adanya investasi pada periode ke-t n : umur ekonomis usaha i : tingkat suku bunga bank Payback period periode pengembalian merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih adalah selisih pendapatanmanfaat benefit terhadap biaya cost. Payback period tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang sehingga tidak memperhitungkan discount factor. Semakin cepat periode pengembalian suatu proyek maka akan lebih disukai. Dalam pengusahaan garam, aliran kas tiap periode bulan berubah-ubah maka garis kumulatif cashflow tidak lurus. Dalam hal ini digunakan rumus Soeharto 1995: = − 1 + − 1 Dimana: Cf : biaya pertama An : aliran kas pada tahun n n : tahun pengembalian ditambah 1

3.4.4 Analisis A’WOT

A’WOT merupakan metode yang menunjukkan bagaimana AHP dan SWOT dapat digunakan dalam proses penentuan suatu strategi Kangas et al. 2001. Osuna dan Aranda 2007 melakukan kombinasi antara SWOT dan AHP untuk perencanaan strategi dalam pengembangan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Tujuan metode A’WOT adalah untuk mengurangi subyektifitas penilaian terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, maupun ancaman. Metode A’WOT yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan AHP untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektifitas penilaian terhadap faktor-faktor internal dan eksternal baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman SWOT dalam 23 pengambilan suatu keputusan strategi. A’WOT dalam menentukan prioritas Strategi dilakukan secara rasional berdasarkan fakta dan persepsi responden expert. Analisis A’WOT melalui beberapa tahapan, diawali dengan pengumpulan data kuesioner melalui survei dan wawancara. Data yang diperoleh berupa faktor internal kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal peluang dan ancaman dikerucutkan dan dijadikan bahan untuk mendapatkan bobot dan rating masing-masing faktor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis faktor strategi internal IFAS dan faktor strategi eksternal EFAS, analisis matriks internal-eksternal IE, analisis matriks space dan tahap pengambilan keputusan dengan SWOT.

3.4.4.1 Analisis Faktor Strategi Internal Eksternal

Analisis faktor strategi internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam merumuskan Strategi pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang.

1. Analisis Faktor Strategi Internal

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang menentukan strategi. Bagian dari analisis ini adalah membuat matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary IFAS yang ditunjukkan pada Tabel 5. Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut: a. Menyusun sebanyak 5 sampai dengan 10 faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 1. b. Memasukkan bobot masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah, sehingga nilai jumlah bobot sama dengan satu. c. Pada kolom 3 dimasukkan rating pengaruh masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan dengan memberi skala dari 4 sangat kuat sampai dengan 1 sangat lemah. Nilai rating ini merupakan hasil pembulatan dari nilai rata-rata rating dari semua responden. Untuk desimal dibawah 0.5 dibulatkan ke bawah, sedangkan 0.5 ke atas dibulatkan ke atas. d. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1. e. Menjumlahkan skor pada kolom 4 untuk memperoleh nilai jumlah skor faktor internal. Nilai jumlah skor digunakan dalam analisis matriks internal-eksternal IE. Tabel 5 Internal Strategic Factor Analysis Summary IFAS Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor Kekuatan: 1. ……………. 2. ……………. dst. Kelemahan: 1. ……………. 2. ……………. dst. Jumlah 1.000 Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti 2009