59 Dengan analisis SWOT yang dilakukan, dirumuskan 9 sembilan rumusan
strategi yang dapat dikembangkan. Berdasarkan posisi sentra tambak garam rakyat yang ada di kuadran II, maka ditetapkan 3 tiga rumusan strategi prioritas,
yaitu: 1 Memperkuat kelembagaan petani garam untuk mengawal pemerintah dalam rangka penegakan regulasi; 2 Meningkatkan volume produksi serta
mengupayakan peningkatan kualitas garam, baik melalui produksi maupun pemrosesan pasca panen, guna mengimbangi garam impor; dan 3 memperluas
dan mengefektifkan jaringan distribusi, disertai intervensi dari pemerintah mengingat bentuk pasar garam yang hegemonistik-monopolistik serta terjadi
kartel dagang di tingkat lokal dan regional.
Faktor Internal
Faktor Eksternal Strengths S
1. Potensi SDA 2. Teknik pengusahaan garam
3. Peralatan 4. Tenaga kerja
5. Jaringan pemasaran 6. Koperasi petani garam
7. Kelompok petani garam
Weaknesses W
1. Infrastruktur 2. Ketergantungan cuaca
3. Kualitas SDM dan kelembagaan
4. Akses modal 5. Kualitas garam
6. Sentuhan teknologi
Opportunities O
1. Tingginya permintaan 2. Perhatian serius pemerintah
3. Regulasi penetapan harga 4. Proteksi garam rakyat
5. Dukungan RTRW 6. Teknologi geomembrane
Strategi SO
1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya dalam rangka
meningkatkan produksi S
1-5
O
1-6
. 2. Perencanaan yang matang
terkait introduksi teknologi S
1-4
O
6
.
Strategi WO
1. Membenahi keterbatasan SDM, infrastruktur dan teknologi
W
1-6
O
1-6
. 2. Membuka danatau
memudahkan akses permodalan bagi petani garam W
5
O
2-6
.
Threats T
1. Garam impor 2. Tidak berfungsinya HPP
3. Pasar yang hegemonistik dan monopolistik
4. Kartel dagang 5. Asosiasi garam
6. Konversi lahan
Strategi ST
1. Memperkuat kelembagaan petani garam guna mengawal
pemerintah dalam penegakan regulasi S
6-7
T
1-6
2. Meningkatkan volume produksi serta mengupayakan
peningkatan kualitas garam S
1-4
T
1
. 3. Memperluas dan
mengefektifkan jaringan distribusi, disertai intervensi
pemerintah S
5-7
T
3-4
.
Strategi WT
1. Meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat kelembagaan
petani garam W
3
O
1-6
. 2. Meningkatkan koordinasi antar
stakeholder pemerintah, petani, pabrikpedagang W
1-6
O
1-6
Gambar 17 Hasil analisis matriks SWOT pengembangan sentra tambak garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang
5.5.5 Strategi Pengembangan Tambak Garam
Berdasarkan rangkaian hasil teknik analisis A’WOT di atas, maka ditetapkan 3 tiga rumusan strategi prioritas untuk pengembangan sentra tambak
garam rakyat di kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang. Pertama, memperkuat kelembagaan petani garam untuk mengawal pemerintah dalam
rangka penegakan regulasi. Organisasi-organisasi petani garam di lokasi penelitian berupa kelompok petani garam dan asosiasi petani garam. Pada tahun
2011 tercatat terdapat 237 kelompok petani garam Pengembangan Usaha Garam
60 Rakyat PUGAR dan 9 asosiasi petani garam rakyat DKPP Sampang 2011;
DISPERINDAGTAM Sampang 2010. Organisasi-organisasi ini harus dikuatkan sumber daya manusia maupun sistem kelembagaannya. Upaya peningkatan
sumber daya manusia dan kelembagaan ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan berupa penyuluhan dan pelatihan, baik yang bersifat teknis pengusahaan garam
maupun berkaitan dengan kemampuan manajerial. Keberadaan koperasi garam juga harus diberdayakan misalnya dibantu dengan pelatihan manajemen
organisasi dan pemberian bantuan dana bergulir. Semua upaya memperkuat kelembagaan petani garam rakyat yang dilakukan terutama dalam rangka
meningkatkan posisi tawar petani garam rakyat di hadapan pabrikpedagang besar yang secara hegemoni menguasai pasar garam. Kuatnya kelembagaan petani juga
diharapkan juga bisa mengawal pemerintah dalam penegakan regulasi yang sudah ada.
Kedua, meningkatkan volume produksi serta mengupayakan peningkatan kualitas garam, baik melalui produksi maupun pemrosesan pasca panen, guna
mengimbangi garam impor. Pada tahun 2011, rata-rata produktivitas pegaraman rakyat tiap desa di pesisir selatan Kabupaten Sampang bervariasi berkisar
57.81−92.17 tonhatahun DKPP Sampang 2011. Penyebab rendahnya produksi garam di lahan-lahan garam yang memiliki produktivitas harus diketahui terlebih
dahulu untuk selanjutnya bisa diberikan stimulan solusi penyelesaiannya. Lahan garam yang sudah berproduksi dengan baik juga perlu dipertahankan atau bahkan
kalau masih bisa ditingkatkan lagi. Garam rakyat yang sebagian besar masuk dalam kategori KP2, bahkan ada beberapa yang masih masuk dalam kategori KP3
perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga sebagian besar garam rakyat masuk ke dalam kategori KP1. Peningkatan kualitas garam rakyat ini dapat dilakukan
melalui perbaikan selama proses produksi maupun melalui proses tambahan pasca panen. Berdasarkan hasil analisis pada subbab sebelumnya, maka pengalihan
metode pengusahaan garam rakyat dari maduris ke portugis atau bahkan geomembrane diyakini akan sangat membantu dalam peningkatan kuantitas
maupun kualitas garam rakyat. Semua upaya tersebut di atas perlu dilakukan agar garam rakyat mampu mengimbangi garam impor, setidaknya bisa mengurangi
ketergantungan kebutuhan garam nasional terhadap garam impor. Peningkatan volume produksi dan kualitas garam rakyat ini harus dilakukan
secara komprehensif. Air laut sebagai bahan baku yang terbebas dari cemaran berbahaya dan memenuhi syarat harus dipastikan tersedia melimpah dan dapat
diakses dengan mudah. Infrastruktur pendukung seperti jalan akses di areal pegaraman, kanal-kanal untuk masuknya air laut, danatau dermaga untuk
pengangkutan garam via kapal jika dibutuhkan harus memadai. Penyediaan fasilitas produksi yang memadai dan revitalisasi lahan tambak garam yang kurang
produktif juga perlu dilaksanakan. Upaya penelitian dan introduksi teknologi tepat guna untuk peningkatan produksi dan kualitas garam juga perlu dikembangkan,
disamping tetap memperhatikan potensi ekstensifikasi lahan tambak garam sebagaimana telah dilakukan dalam penelitian ini.
Ketiga, memperluas dan mengefektifkan jaringan distribusi, disertai intervensi dari pemerintah mengingat bentuk pasar garam yang hegemonistik-
monopolistik serta terjadi kartel dagang di tingkat lokal dan regional. Petani garam rakyat melalui kelembagaan yang ada harus mampu mengembangkan
sistem jalur distribusi dan jaringan pemasaran garam yang efisien dan
61 menguntungkan semua pelaku usaha penggaraman. Namun demikian, mengingat
dominannya faktor ancaman dalam pengusahaan garam di pesisir selatan Kabupaten Sampang sebagaimana diuraikan dalam sub-bab sebelumnya, maka
intervensi pemerintah dalam tata niaga garam mutlak diperlukan. Pemerintah juga perlu mendorong terciptanya stabilitas harga yang menguntungkan petani garam,
tentu juga tanpa merugikan pabrikpedagang besar selaku pembeli. Kedepannya, juga perlu dibangun kemitraan terpadu antara petani garam, pengusahapedagang
dan pemerintah. Keberhasilan strategi pengembangan sentra tambak garam rakyat di
kawasan pesisir selatan Kabupaten Sampang dalam kerangka pengembangan wilayah ini sangat bergantung pada komitmen para stakeholder yang didukung
dengan monitoring dan evaluasi secara berkala. Pemerintah perlu mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam usaha garam dan sampingannya baik dari
sektor hulu sampai hilir sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani garam dan secara makro akan mampu
memperbaiki ekonomi daerah dalam kerangka pengembangan wilayah sekaligus membantu pencapaian swasembada garam nasional.