32 Tabel 9 Jenis tanah lokasi penelitian
No Jenis tanah Luas ha
Proporsi 1.
Aluvial hidromorf 9 298.32
25.07 2.
Aluvial kelabu kekuningan 4 811.88
12.98 3.
Asosiasi hidromorf kelabu dan planosol coklat keke 5 747.60
15.50 4.
Asosiasi litosol dan mediteran coklat kemerahan 2 078.66
5.61 5.
Grumusol kelabu 985.07
2.66 6.
Kompleks grumusol kelabu dan litosol 8 832.37
23.82 7.
Kompleks mediteran merah dan litosol 1 714.86
4.62 8.
Kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol 177.92
0.48 9.
Litosol 3 437.82
9.27 Jumlah
37 084.49 100.00
Sumber: Diadaptasi dari Bappeda 2010
Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian dapat diklasifikasikan dalam 5 lima kategori, yaitu 30 cm, 30−60 cm, 60−90 cm, 90−120 cm dan 120 cm.
Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tanah yang mempunyai kedalaman efektif tanah diatas 120 cm, yakni seluas 29 335 ha atau
79.10. Tanah dengan kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 899 ha atau sekitar 2.42 dari seluruh luas lokasi penelitian.
Gambar 8 Jenis tanah lokasi penelitian
33
4.4.3 Iklim
Seperti daerah di Indonesia pada umumnya Kabupaten Sampang mempunyai iklim tropis yang ditandai dengan adanya 2 dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan bulan April dan musim kemarau berlangsung antara bulan April
sampai bulan Oktober. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sampang adalah sekitar 917.8
mmtahun, sedangkan rata-rata jumlah hari-hari hujan mencapai 6.47 hhtahun. Berdasarkan data yang ada, curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan
Kedungdung yakni 1 735.8 mmtahun, sedangkan curah hujan terendah terdapat di Kecamatan Sreseh yakni 554.2 mmtahun. Profil klimatologi Kabupaten
Sampang ditunjukkan pada Tabel 10. Curah hujan merupakan variabel penting dalam kesesuaian pengusahaan
tambak garam. Di antara rata-rata curah hujan keenam kecamatan di lokasi penelitian, semua kecamatan memungkinkan untuk pengembangan tambak garam
secara tradisional yang memanfaatkan sinar matahari karena curah hujan dibawah 1300 mmtahun BRKP dan BMG 2005. Semakin rendah curah hujan, maka
semakin baik untuk pengusahaan garam. Tabel 10 Kondisi iklim di Kabupaten Sampang
Kecamatan Klimatologi Rata-rata
Curah hujan mmth
Hari-hari hujan hhth
Suhu
o
C Kelembaban
udara Kecepatan
angin kmjam Sreseh
554.2 3.25
- -
- Jrengik
1 079.2 5.42
- -
- Pangarengan
497.5 3.83
- -
- Torjun
689.2 4.42
- -
- Sampang
870.8 5.08
- -
- Camplong
607.5 5.25
- -
- Omben
1 045.0 8.19
- -
- Kedungdung
1 735.8 7.58
- -
- Jrengik
1 079.2 5.42
- -
- Tambelangan
1 015.8 7.58
- -
- Banyuates
1 050.0 6.67
- -
- Robatal
1 113.3 10.83
- -
- Karangpenang
85.42 9.58
- -
- Ketapang
89.00 6.75
- -
- Sokobanah
846.7 6.17
- -
- Rata-rata
917.6 6.47
- -
- Sumber : Bappeda Sampang 2010. Keterangan - tidak ada data.
4.4.4 Oseanografi
Salah satu aspek oseanografi yang menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan lahan untuk tambak adalah amplitudo pasang
surut. Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut yang teratur, disebabkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari serta benda-benda
angkasa lainnya. Rentang amplitudo pasang surut yang sesuai untuk
34 pengembangan lahan tambak tambak berkisar 0.5–3.5 Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007. Di lokasi penelitian, air tambak yang diusahakan masyarakat berasal dari
Selat Madura. KKP 2010c menunjukkan bahwa pasang surut di perairan Selat Madura adalah tipe pasang surut campuran dengan dominasi harian ganda mixed
semi-diurnal. Tipe pasang surut ini diketahui dari komponen utama pasang surut. Amplitudo komponen pasang surut utama di perairan Selat Madura sebagai
berikut: -
AM
2
amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata yang dipengaruhi oleh bulan = 34
- AS
2
amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata yang dipengaruhi matahari = 14
- AK
1
amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal rata-rata yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari = 32
- O
1
amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari = 11
Dari nilai komponen pasang surut utama tersebut diperoleh nilai F Form- Zahl atau konstanta pasang surut tidal constant sebesar 0.89 atau berada dalam
kisaran 0.25 F 1.50 yang berarti tipe pasang surut campuran mixed type yang dominan ke harian ganda mixed semi-diurnal. Dalam sehari semalam terjadi dua
kali pasang. Dari konstanta harmonik pasang surut tersebut diperoleh nilai -
Highest high water level HHWL = 91 cm
- Mean high water level MHWL
= 43 cm -
Mean sea level MSL = 0 cm
- Mean low water level MLWL
= −43 cm -
Lowest low water level MLWL = −91 cm
Menurut KKP 2010c, dengan kemiringan lahan 0 sampai 4 memungkinkan air laut dapat masuk ke lahan pegaraman pada saat pasang, namun
pada saat surut air laut tidak dapat memasuki lahan pegaraman. Untuk itu di lokasi dilakukan pembuatan tanggul lahan pegaraman di titik terluar yang lebih tinggi
HHWL dari kondisi pasang tertinggi dan pembuatan pintu air dari saluran primer atau sekunder agar air laut tidak kembali lagi ke laut.