Batusuhunan saat ini, dan 16,7 persen lainnya tidak setuju. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain:
1. Responden yang setuju merupakan responden yang menganggap bahwa
adanya ekowisata di wilayah mereka akan memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat juga bagi lingkungan setempat.
2. Responden yang tidak setuju merupakan responden yang masih merasa
khawatir bahwa konsep “Ekowisata Islami” yang dijadikan konsep ekowisata belum dapat menjadi pencegah kemungkinan munculnya dampak negatif
ekowisata. Tabel 10 menunjukkan bahwa walaupun responden tersebut memiliki
tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mitos dan norma tidak berarti responden tersebut yakin bahwa mitos dan norma yang ada dapat menjadi pencegah
kemungkinan munculnya dampak negatif dari ekowisata.
6.4 Ikhtisar
Pengembangan kawasan ekowisata Curug Cigangsa tidak terlepas dari pengaruh dan dukungan warga setempat. Persepsi dan penilaian masyarakat
sangat penting dalam pengembangan kawasan ini. Berdasarkan hasil yang didapatkan di lapangan, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pengembangan ekowisata Curug Cigangsa pada awalnya tidak mendapatkan
persetujuan dari masyarakat setempat dan para tokoh yang ada di Kampung Batusuhunan. Akan tetapi akhirnya pengembangan kawasan ini disetujui
dengan syarat bentuk ekowisata yang ditawarkan di Curug Cigangsa adalah “Ekowisata Islami”. Konsep “Ekowisata Islami” yang ditawarkan di Curug
Cigangsa bukanlah ekowisata religius, tetapi ekowisata yang kesemua peraturan dan pedoman dalam pembangunan dan pelaksanaannya didasarkan
pada kaidah-kaidah dan aturan yang diajarkan agama Islam. Berdasarkan data yang diambil di lapangan, sebanyak 80 persen pria setuju dengan
pengembangan kawasan ekowisata, sedangkan 20 persen lainnya tidak setuju dan terpaksa mengikuti keputusan. Pada wanita, sebanyak 86,7 persen wanita
setuju dengan rencana pengembangan dan 13,3 persen sisanya tidak setuju terhadap rencana pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah tersebut didapat
berdasarkan hasil kuesioner yang dibagi menurut jenis kelamin. Berdasarkan
pembagian tingkat usia, responden dibagi menjadi tiga golongan, dan didapatkan hasil bahwa pada golongan usia muda, responden lebih banyak
yang setuju dengan pengembangan kawasan dibandingkan responden yang tidak setuju dengan perbandingan 90 persen setuju dan 10 persen tidak setuju.
Pada golongan usia menengah dan tua, sebanyak 80 persen responden setuju dengan rencana pengembangan dan 20 persen lainnya tidak setuju.
2. Dalam pengembangannya, ekowisata di Curug Cigangsa akan menimbulkan
dampak positif dan negatif bagi lingkungan dan juga masyarakat. Dampak positif dapat berupa peningkatan pendapatan, terbukanya lapangan pekerjaan,
dan kemajuan Kampung Batusuhunan. Dampak positif ini sudah dapat dirasakan oleh masyarakat setempat, sedangkan dampak negatif belum dapat
dirasakan langsung. Sebanyak 40 persen responden mengatakan bahwa dampak negatif berkemungkinan muncul ketika kawasan ini semakin
berkembang nanti. Sedangkan 50 persen lainnya menjawab tidak akan ada dampak negatif yang akan muncul dikarenakan kons
ep “Ekowisata Islami” yang dipakai di Curug Cigangsa. Sebanyak 10 persen lainnya menjawab
kemungkinan muncul atau tidaknya dampak negatif belum dapat terlihat dan belum dapat di prediksi mengingat lokasi ekowisata ini baru saja
dikembangkan. 3.
Hampir seluruh responden berpendapat bahwa konsep “Ekowisata Islami” yang digunakan sebagai konsep ekowisata di Kampung Batusuhunan dapat
dijadikan pencegah kemungkinan munculnya dampak negatif dari ekowisata. Sebagian besar responden juga berpendapat bahwa dampak positif akan
memberikan proporsi yang lebih besar dibandingan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat Kampung Batusuhunan.
BAB VII HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP