terhadap modernitas. Masyarakat sangat menyambut dengan baik segala perubahan dan kemajuan yang datang dari luar, selama hal itu tidak keluar dari
prinsip-prinsip Islam. Gaya hidup dan pergaulan masyarakat Kampung Batusuhunan sangat berpedoman dengan kaidah-kaidah Islam. Pergaulan antar
lawan jenis, gaya berpakaian, gaya hidup, dan hal-hal lainnya sangat berpedoman pada ajaran Islam. Dengan ciri sosial-budaya yang demikian, maka dalam
penelitian ini akan dideskripsikan bentuk-bentuk norma dan mitos yang dianut dan dilestarikan di Kampung Batusuhunan juga akan dianalisis persepsi dan
penerimaan masyarakat terhadap pengembangan ekowisata.
5.2 Bentuk-bentuk Norma dan Mitos di Kampung Batusuhunan
Data kualitatif di lapangan menunjukkan masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat Islam yang menjunjung tinggi kaidah-kaidah Islam dan
menerapkan dalam kesehariannya. Norma-norma dan mitos-mitos yang dipercaya dan diyakini masyarakat bersifat turun-temurun diperoleh dari para nenek moyang
yang ada di Kampung Batusuhunan. Masyarakat yang mendiami Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat asli yang sudah dari dulu mendiami kawasan
tersebut, sehingga segala peraturan, norma dan mitos yang ada juga bersifat turun- temurun dan mendarah daging dalam diri masyarakat.
Norma-norma yang dianut dan dilestarikan di Kampung Batusuhunan dan Curug Cigangsa ditaati masyarakat karena sejalan dengan aturan-aturan yang
diajarkan oleh agama Islam. Norma-norma tersebut antara lain: 1.
Norma untuk tidak membuang sampah sembarangan baik di Kampung Batusuhunan maupun Curug Cigangsa.
2. Norma yang melarang menebang pohon sembarangan.
3. Norma yang melarang meminum minuman kerasalkohol.
4. Norma yang melarang untuk menggunakan narkotika.
5. Norma yang melarang wanita dan pria yang bukan muhrim berdua-duaan di
lokasi ekowisata. 6.
Norma yang melarang untuk membuat bangunan mencurigakan di lokasi ekowisata.
7. Norma yang melarang untuk berada di lokasi Curug Cigangsa setelah pukul 5
sore. 8.
Norma yang melarang untuk merusakmengotori kawasan Curug Cigangsa. Kesemua norma tersebut ditaati dan dijadikan pedoman masyarakat dalam
pengembangan lokasi ekowisata Curug Cigangsa. Norma-norma yang ada di Kampung Batusuhunan dan Curug Cigangsa dibuat berdasarkan kaidah-kaidah
Islam dan aturan-aturan yang diajarkan oleh Islam. Norma-norma itu sendiri bermanfaat bagi kelestarian lingkungan Kampung Batusuhunan dan Curug
Cigangsa, dan juga bermanfaat untuk melestarikan kebudayaan masyarakat yang terkenal Islami dan masih menjunjung tinggi ajaran-ajaran leluhur.
Masyarakat Kampung Batusuhunan sendiri tidak ada yang keberatan dengan norma-norma yang telah ada sejak jaman dahulu tersebut. Masyarakat
menganggap bahwa norma-norma yang telah ada merupakan hal baik dan harus terus dilestarikan. Hal-hal yang dilarang dalam norma dan dijadikan mitos
tersebut merupakan hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam. Sehingga alasan mengapa norma dan mitos itu ada ialah karena masyarakat
Kampung Batusuhunan mentaati, menghormati dan ingin menjalankan ajaran Islam.
Norma-norma yang dianut dan dilestarikan di Kampung Batusuhunan merupakan norma-norma yang sudah ada sejak jaman leluhur. Norma-norma
tersebut diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya melalui nasihat-nasihat yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Norma-norma tersebut ditegakkan
melalui pemberian sanksi kepada masyarakat yang melanggarnya. Sampai saat ini belum pernah ada masyarakat yang melanggar norma tersebut, tetapi melalui
wawancara dengan informan kunci, bentuk sanksi yang akan diberikan kepada masyarakat jika ada yang melanggar antara lain ditegur, dinasihati dan bahkan ada
yang akan dilaporkan pada pihak yang berwajib. Pengembangan kawasan Curug Cigangsa menjadi lokasi ekowisata juga
semakin membuat masyarakat melestarikan norma-norma yang ada. Norma- norma yang telah disebutkan di atas tadi, juga ditunjang oleh beberapa mitos yang
dipercaya masyarakat sekitar. Mitos ini sudah berkembang sejak jaman leluhur. Mitos-mitos yang dipercaya masyarakat antara lain:
1. Terdapat mitos yang mengatakan bahwa apabila ada yang berenang di Curug
Cigangsa tanpa menggunakan pakaian, maka akan celaka. 2.
Terdapat mitos yang mengatakan bahwa apabila mengambil foto secara sembarangan, maka akan muncul sosok anak kecil di dalam foto tersebut.
3. Terdapat mitos yang mengatakan, sering terdengar suara adzan dari lokasi
Curug Cigangsa. 4.
Terdapat mitos yang mengatakan bahwa apabila kita sembarangan bicara, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Terdapat mitos yang mengatakan, apabila ada yang ingin meminum minuman
keras di Curug Cigangsa, maka botol minuman tersebut akan jatuh dengan sendirinya.
6. Terdapat mitos yang mengatakan, batu yang ada di Batu Masigit, akan jatuh
dan naik dengan sendirinya apabila di kawasan tersebut dijadikan tempat yang tidak sesuai dengan kaidah Islam.
Kesemua mitos tersebut sudah ada sejak jaman leluhur. Mitos-mitos tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat dan diwariskan turun-temurun
melalui pembicaraan dari mulut ke mulut antara orangtua kepada anaknya, antar tetangga, antar teman, dan lain-lain. Masyarakat setempat mempercayai adanya
mitos ini dikarenakan sudah ada beberapa bukti nyata. Saat ini, berdasarkan mitos-mitos dan norma yang sudah ada, dapat dilihat
bahwa kehidupan bermasyarakat yang terjadi di Kampung Batusuhunan tidak terlepas dari ajaran Islam. Semua norma dan mitos dibuat dan ada sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam yang menjadi pedoman bagi masyarakat. Masyarakat mempercayai norma dan mitos tersebut, karena sejalan dengan
keinginan mereka dan kepercayaan mereka. Kampung Batusuhunan sendiri merupakan kampung dimana para Wali Songo sering melakukan pertemuan.
Pertemuan dilakukan di lokasi Batu Masigit. Oleh sebab itu, Batu Masigit dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Berikut penuturan salah satu warga
APS49 tahun
“… dahulu pernah Batu Masigit ada yang jatuh. Tidak terdengar bunyinya sama sekali tetapi tiba-tiba sudah ada di bawah. Keesokan harinya sudah naik
lagi ke atas. Tidak ada yang tahu tiba-tiba sudah ada di atas lagi. Itu terjadi ketika Curug Cigangsa baru akan dibuka menjadi kawasan ekowisata…”
Selain mempercayai norma dan mitos yang ada, masyarakat juga akan memberikan sanksi terhadap masyarakat Kampung Batusuhunan yang melanggar
norma dan mitos tersebut. Terutama norma dan mitos yang berhubungan dengan kaidah Islam. Penegakan peraturan ini dilakukan oleh para tokoh-tokoh
masyarakat yang terdapat di Kampung Batusuhunan. Norma dan mitos tersebut semakin dilestarikan sebagai pendukung konsep “Ekowisata Islami” yang
dijadikan konsep dalam kegiatan ekowisata yang ada di Curug Cigangsa. Adanya norma-norma dan mitos tersebut, diharapkan dapat mencegah dampak negatif
yang mungkin muncul dari pengembangan kawasan ekowisata di Curug Cigangsa.
5.3 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Mitos dan Norma 5.3.1