Kebijakan Pengembangan Kawasan menjadi Kawasan Ekowisata

di lokasi tersebut berbeda dengan lokasi ekowisata di kebanyakan tempat yang saat ini semakin terpengaruh oleh konsep pariwisata. Walaupun belum sepenuhnya mengikuti kaidah Islam, akan tetapi segala norma yang dibuat sudah berpedoman pada kaidah-kaidah Islam.

4.4 Kebijakan Pengembangan Kawasan menjadi Kawasan Ekowisata

Pengembangan suatu kawasan menjadi kawasan yang baru, tentu saja memerlukan suatu persiapan dan keterlibatan dari berbagai stakeholders. Curug Cigangsa yang pada awalnya merupakan kekayaan alam yang belum tersentuh oleh tangan manusia dan hanya menjadi tempat wisata bagi masyarakat setempat khususnya masyarakat Kampung Batusuhunan, kini mulai dibuka untuk masyarakat luas dan dijadikan lokasi ekowisata. Pengembangan Curug Cigangsa menjadi lokasi ekowisata pada awal mulanya adalah suatu ide dari pemerintah yang dicetuskan melalui PLP-BK. Ide ini pada awalnya tidak mendapatkan sambutan dari masyarakat setempat. Setelah perundingan selama beberapa tahun, akhirnya masyarakat Kampung Batusuhunan setuju dengan syarat pengembangan ekowisata di Curug Cigangsa menggunakan nama “Ekowisata Islami” yang kesemua peraturannya berdasarkan pada kaidah Islam dan dalam pengembangan juga pengelolaannya harus melibatkan masyarakat lokal. Pada tahun 2010, setelah adanya persetujuan untuk membuka kawasan ini menjadi kawasan ekowisata, pemerintah Kelurahan Surade mulai mengajukan proposal dana kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi untuk melakukan pembangunan infrastruktur di kawasan Curug Cigangsa yang sebelumnya masih sangat alami. Bantuan awal yang diberikan oleh pemerintah kabupaten melalui PLP-BK ialah berjumlah sekitar 300 juta Rupiah. Bantuan dana ini digunakan oleh masyarakat untuk membangun infrastruktur penunjang kawasan wisata. Sampai saat ini, bantuan dana tersebut sudah dialokasikan untuk membangun jalan setapak dan tangga-tangga kecil yang dapat memudahkan wisatawan untuk mengunjungi Curug Cigangsa. Masyarakat juga membuat tiga buah tempat bersantai dan istirahat di tiga titik kawasan Curug Cigangsa. Selain itu, masyarakat sudah menyiapkan tiga bangunan tempat pembuangan sampah akhir, beserta beberapa tong sampah yang disimpan di sekitar Curug Cigangsa. Bantuan dana tersebut juga digunakan untuk membuat dua buah toilet umum dan bangunan loket untuk pembelian tiket. Sesuai dengan syarat yang diajukan oleh masyarakat, maka segala kegiatan dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan ini dilakukan oleh masyarakat setempat. Kegiatan tersebut berupa pembangunan infrastruktur, pembagian kerja dalam bidang ekowisata, penegakan peraturan dan hal-hal lainnya. Hal ini merupakan bentuk keterlibatan dan dukungan masyarakat terhadap pengembangan kawasan ekowisata Curug Cigangsa. Meskipun pada awalnya pengembangan kawasan ini menimbulkan beberapa perbedaan pendapat antara pihak yang setuju dan tidak setuju, akan tetapi saat ini seluruh pihak yang terlibat sama-sama mendukung pengembangan kawasa n “Ekowisata Islami Curug Cigangsa”.

4.5 Karakteristik Responden