Pembelajaran Sastra di Sekolah

Adanya pengajaran sastra diharapkan dapat membantu pendidikan secara utuh yang meliputi empat manfaat yaitu, membantu dalam keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. 45 Pembelajaran sastra yang dilaksanakan secara baik, maka akan memberikan kontribusi yang bermakna bagi proses pendidikan dalam keseluruhannya, yang juga dapat berarti bahwa dalam bahasa positivisme, terdapat korelasi positif antara pembelajaran sastra dan pembelajaran bidang studi lainnya. Ada sejumlah hal yang dapat diidentifikasikan agar pembelajaran sastra benar-benar dapat membuktikan korelasi positifnya dengan bidang studi lain. Pertama, pembelajaran sastra harus dilaksanakan secara kreatif. Kedua, bahan-bahan yang diberikan kepada siswa hendaknya merupakan karya-karya yang dipradugakan dapat membuat mereka menjadi lebih kritis, menjadi lebih peka terhadap beragam situasi kehidupan. Di samping kedua hal tersebut, guru hendaknya selalu menyadari bahwa sastra sebagai bahan pembelajaran hanyalah sekedar sarana untuk mengantarkan para siswa meniti jenjang kedewasaan. 46

E. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan tinjauan dan pengetahuan penulis belum ada penelitian mengenai novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terbit pada Januari 2015 dengan objek kajian warna lokal yang berimplikasi terhadap pembelajaran sastra. Penulis melakukan tinjauan di internet dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan yang penulis kaji. Dewi Puspitasari dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan skripsinya yang berjudul “Ketidakadilan Gender dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany: Kajian Kritik Sastra Feminis” 2015. Teori yang digunakan dalam 45 Ibid., h. 16. 46 Riris K. Toha Sarumpaet, Sastra Masuk Sekolah, Magelang, Indonesia Tera, 2002, h. 45- 47. penelitian ini adalah teori kritik sastra feminis. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik analisis data. Hasil penelitiannya adalah ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh Irewa terjadi dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan fisik dan psikis, dan beban kerja. Upaya penolakan perempuan Papua terhadap sistem patriarkat dimulai dengan cara mengemukakan pendapat Irewa melalui kegiatan-kegiatan positifnya bersama mama-mama Papua yang lain. Wujud perjuangannya dalam mengentaskan perempuan dari dunia kelamnya berawal dari keresahan Irewa menjadi seorang yonime atau pendamai pertikaian antara Aitubu dan Hobone. Hosniyeh, mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia menuliskan jurnal penelitian berjudul “Tokoh Utama dalam Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany”. Jurnal tersebut dimuat dalam jurnal NOSI volume 3, nomor 2, Agustus 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra tokoh utama perempuan dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Ada tiga pokok yang dibahas dalam penelitian, yaitu 1 mengetahui citra diri tokoh utama perempuan; 2 mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga; dan 3 mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif kualitatif. Adapun teori yang digunakan adalah teori feminisme sosialis. Hasil penelitian tersebut adalah pertama, citra diri tokoh utama perempuan dalam novel Isinga menunjukkan bahwa tokoh utama perempuan rela mengorbankan seluruh hidupnya untuk kepentingan perdamaian Aitubu dan Hobone, walaupun secara fisik dan psikis selalu tersiksa, dia tetap menjalankannya demi keharmonisan dan kedamaian kedua perkampungan tersebut. Citra diri dipresentasikan dengan keadaan fisik yang menggambarkan tentang perubahan fisik seorang tokoh cerita sehingga dapat dilihat dari ekspresi dan tingkah laku tokoh dalam alur cerita novel tersebut dan psikis tokoh perempuan utama menggambarkan perasaan dan pikiran yang dialami seperti senang, sedih, dan rasarindu. Citra fisik yang terjadi dari anggota tubuh, sikap dan kebiasaan tokoh utama perempuan. Citra psikis terdiri dari perasaan dan ingatan dari tokoh utama perempuan. Kedua, peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga. Dalam masyarakat, dia selalu aktif dan ingin memajukan tempat tinggalnya, baik dari segi ekonomi serta pendidikan. Dia juga selalu memperjuangkan nasib para perempuan, dan remaja. Hal ini menggambarkan bahwa citra peran tokoh utama perempuan dapat berperan aktif, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Dia dapat menjalankan kedua peranannya tersebut tanpa harus mengabaikan salah satunya. Rahmi Rahmayanti, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unesa, menuliskan sebuah jurnal penelitian dan disampaikan dalam Seminar Nasional dan Launching ADOBSI. Penelitiannya berjudul “Representasi Stereotip Perempuan Papua dalam Roman Papua Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany Kajian Kritik Sastra Feminis”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi stereotip perempuan Papua dalam roman Papua Isinga karya Dorothea Rosa Herliany berdasarkan kajian kritik sastra feminis. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini berupa Representasi stereotip perempuan dalam roman Papua Isinga karya Dorothea Rosa Herliany termanifestasikan melalui nasihat orang-orang tua baik di perkampungan Aitubu maupun Hobone yang mengharuskan perempuan menjadi seorang yang pendiampenurut, tidak memprotes, tidak membantah, tidak banyak bicara, tidak pernah mengeluh, bersuara lembut, selalu menyiapkan makanan untuk keluarga, menghidangkan hasil kebun dengan setulus hati, perempuan harus mengurus suami dan keluarga dengan baik, dan sebagainya karena dengan watak seperti itu adalah perempuan baik menurut masyarakat Hobone, sedangkan apabila nasihat tersebut tidak diikuti, akan muncul adanya anggapan bahwa perempuan tersebut adalah tidak baik. Thatit Nirmala Arismaningtyas dari Universitas Nusantara PGRI Kediri dengan skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Novel Isinga Roman Papua Karya Dorothea Rosa Herliany” 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik dikarenakan penelitian ini membahas campur kode, sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunkan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campur kode yang terdapat pada novel Isinga Roman Papua Karya Dorotea Rosa Herliany bervariasi. Wujud campur kode yang terdapat pada novel berupa kata, baster, perulangan kata, idiom dan frasa. Faktor penyebab campur kode yang digunakan penulis terdapat empat macam pembicaraan yaitu keefisienan pembicaraan, keterbatasan padanan kata, pengaruh pihak kedua, dan bentuk ekspresi penutur. Fungsi campur kode yang terdapat pada novel Isinga Roman Papua Karya Dhorotea Rosa Herliany yaitu untuk penghormatan, untuk menegaskan maksud tertentu, untuk menunjukkan identitas diri, dan pengaruh materi pembicaraan. Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terbit pada Januari 2015. Banyak peneliti sebelumnya yang mengangkat feminisme dalam novel Isinga sebagai objek penelitiannya. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis ialah penulis akan meneliti tentang warna lokal Papua yang ada dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Berdasarkan tinjauan penulis, belum menemukan adanya analisis warna lokal terhadap novel Papua. Adapun persamaan penelitian yang akan dilakukan penulis, yakni dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penulis akan menganalisis unsur intrinsik untuk mengetahui struktur novel Isinga, dilanjutkan dengan analisis warna lokal dengan pendekatan sosiologi sastra meliputi aspek sosial dan budaya. Unsur sosial meliputi kelas sosial, dinamika sosial, kelompok sosial, lembaga sosial dalam novel tersebut. Serta unsur budaya yang meliputi, bahasa sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian yang terdapat dalam novel. Kemudian menyertakan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.