Irewa akan menjalani kehidupan sebagai yonime. Tak ada perang lagi antara Aitubu dan Hobone. Irewa mulai menjalani hidupnya sebagai istri
Malom, laki-laki yang tak dicintainya. Irewa menjadi bagian dari masyarakat Hobone, mulai menjalani kehidupan sebagai seorang istri
dengan beragam tugas yang harus dapat dilaksanakannya sebagai seorang Istri. Malom bukanlah sosok suami yang baik. Malom kerap memukuli
Irewa jika sedikit saja Irewa berbuat salah. Malom juga tak bisa mengendalikan nafsunya yang kuat, bahkan ia memaksa Irewa untuk
bersetubuh dengannya sepuluh hari setelah Irewa melahirkan. Malom mengenal Dolly di Surabaya, hal ini tidak diketahui Irewa hingga
membuat Irewa terkena penyakit kelamin sifilis. Dalam keadaan sakitpun Irewa masih harus mengurus anak-anaknya juga Malom. main plot
Meage meninggalkan Aitubu berjalan tak tentu arah. Sampai akhirnya Meage tinggal bersama orang-orang Yebikon. Hidup berpindah-pindah
ikut bersama orang-orang Yebikon. Meage membagi pengetahuannya tentang kesehatan, pertanian, dan pembangungan kepada orang-orang
Yebikon. Hingga Meage bertemu kelompok musik Farandus dan menjadi bagian dari kelompok musik Farandus. Keahliannya dalam bermain tifa
diakui oleh pemimpin Farandus Bapa Rumanus Asso. Bapa Rumanus Asso juga percaya bahwa Meage bisa menjadi pemimpin Farandus
nantinya. Farandus dicurigai sebagai kelompok pemberontak pemerintah, Bapa Rumanus Asso dipanggil ke kantor polisi dan tak pernah kembali
lagi. Selanjutnya Meage lah yang memimpin kelompok Farandus. Menjadi pemimpin Farandus lantas membuat Meage dicurigai sebagai pemberontak.
Meage mulai dipanggil ke kantor polisi, ditanyai macam-macam, hingga dipukuli dan mendapat banyak kekerasan agar polisi mendapat pengakuan
dari Meage bahwa ia pemberontak pemerintah. sub-subplot Dalam tahap klimaks tersebut terdapat unsur budaya kesenian yang
menjadi warna lokal yaitu adanya tifa yang merupakan alat musik khas Papua dimainkan dengan cara ditabuh.
e Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahapan dimana konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-
konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.
Irewa dan Malom pindah ke Distrik Yar, Malom semakin dekat dengan kehidupan “kota” minum-minuman keras, pelacur perempuan-
perempuan Jawa maupun Papua yang muda-muda. Banyak perempuan yang resah dengan adanya pelacur-pelacur di kota. Tak jarang hal tersebut
membuat keributan antar sepasang suami dan istri. Irewa menyadari bahwa belum banyak mama-mama Papua yang tahu bahayanya penyakit
kelamin yang dapat ditularkan oleh suami yang sering pergi ke tempat pelacuran. Kemudian Irewa mulai mensosialisasikan pengetahuannya
mengenai penyakit kelamin yang pernah ia alami dan berbagi cerita hidupnya dengan para mama-mama. Hal yang dilakukan Irewa didukung
oleh Jingi, saudara kembarnya yang memang ahli dalam kesehatan. Jingi membagikan kondom gratis kepada para mama. Seorang kepala distrik
baru mengetahui kegiatan yang dilakukan Irewa. Ibu Selvi Warobay, membuatkan Ruang Marya di kantornya untuk Irewa. Ruang Marya
digunakan untuk mensosialisasikan penyakit HIV AIDS dan menampung
cerita mama-mama, juga melestarikan budaya-budaya Papua. main plot
Meage tinggal di Jerman setelah dokter Leon merasa Meage tak aman di Indonesia karena dicurigai sebagai pemberontak. Dokter Leon dan
Mama Lea resah, mereka merasa nyawa Meage akan terancam jika masih berada di Papua. Di Papua Meage banyak belajar pada lingkungan barunya.
Lingkungan yang lebih modern dari kehidupannya di Papua. Meage melanjutkan hidup barunya di Jerman, ia juga sempat bertemu dengan
Jingi yang sedang belajar ilmu kesehatan di Belanda. Jingi banyak bercerita tentang Irewa. Meage jadi teringat kembali akan tanah Papua. Ia
sangat merindukan Papua. sub-subplot
Dapat disimpulkan alur dalam novel Isinga adalah alur maju, peristiwa dalam cerita bersifat kausalitas hubungan sebab akibat dan kronologis.
Peristiwa tersebut dapat terlihat dalam tahapan alurnya. Terdapat dua plot dalam penceritannya. Plot sub-subplot yang terdiri dari main plot yakni
perjalanan hidup tokoh utama Irewa dan sub-subplot yang merupakan perjalanan hidup tokoh utama Meage.
Di dalam alur terdapat unsur warna lokal berupa sistem upacara keagamaan masyarakat di bawah Pegunungan Megafu, yaitu adanya upacara
adat yang dilakukan masyarakat berupa upacara syukur, upacara wit, upacara muruwal dan upacara menstruasi. Pemberian nama tokoh-tokohnya juga
identik dengan nama orang yang tinggal di Papua. Terdapat tempat berlindung dan perumahan masyarakat di bawah Pegunungan Megafu yang menjadi
warna lokal, yaitu adanya rumah yowi merupakan rumah khusus untuk laki- laki dewasa. Terdapat unsur budaya berupa bahasa, yaitu yonime yang
merupakan bahasa daerah setempat yang berarti juru damai dua perkampungan. Lalu terdapat unsur budaya kesenian tifa yang merupakan alat
musik khas Papua dimainkan dengan cara ditabuh.
4. Latar
Latarsetting diterjemahkan sebagai latar cerita. Dalam karya sastra warna lokal ini akan menyebabkan latar menjadi unsur yang menjadi bagian utama
dalam karya yang bersangkutan. Jadi mencakup unsur tempat, waktu, dan sosial budaya sekaligus. Berikut akan diuraikan masing-masing unsur latar
yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Heliany:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam karya sastra.
1 Aitubu
Aitubu terletak di bawah pegunungan Megafu, tepatnya di Lembah Piriom. Aitubu terletak di bagian tengah Papua. Orang-orang Aitubu
telah menetap di sana selama ratusan tahun. Aitubu sendiri merupakan sebuah desa yang terdiri dari beberapa dusun dan beberapa klen.
Dusun yang terletak di Aitubu yaitu Dusun Kapo, Munda, Samfar, Msob, Eryas, dan Wodori. Letak tiap tiap dusun berjauhan. Penduduk
Aitubu kira-kira berjumlah 15.000 orang. Irewa dan Meage adalah penduduk Desa Aitubu. Masing-masing tinggal di dusun yang berbeda.
Irewa tinggal di Dusun Kapo sedangkan Meage tinggal di dusun Eryas. ...Keluarga Irewa dan keluarga Meage adalah keluarga dari
klan yang berbeda. Mereka tinggal di sebuah wilayah perkampungan yang sama, namun masing-masing berada di dusun
berbeda. Irewa tinggal di Dusun Kapo di sebelah timur, Meage tinggal di Dusun Eryas di sebelah barat. Dua dusun ini letaknya
berjauhan, dipisahkan oleh sungai Warsor.
54
2 Sungai Warsor
Sungai Warsor terletak di desa Aitubu. Sungai ini memisahkan Dusun Kapo dan Dusun Eryas. Air Sungai Warsor sangatlah jernih. Di
Sungai Warsor banyak sekali dapat ditemui tali rotan pada hilir sungainya. Bebatuan di Sungai Warsor digunakan perempuan Aitubu
untuk mencuci sayur-sayuran. Di atas Sungai Warsor membentang jembatan yang menghubungan Dusun Kapo dan Dusun Eryas. Tali
jembatannya terbuat dari tali rotan. Sungai Warsor menjadi saksi bisu Irewa dan Meage bertemu.
Ketika itu Irewa terseret arus ke dalam Sungai Warsor, saat itulah Meage melihat seorang perempuan yang tenggelam dalam sungai.
Meage lantas segera berlari dan menolong perempuan itu. Dia lah Irewa. Keduanya sama-sama kaget, dada berdegup kencang, tubuh
gemetar. Tak pernah mereka berada sedekat itu, apalagi bersentuhan. Pertemuan Irewa dan Meage di Sungai Warsor membuat keduanya
saling jatuh cinta.
54
Dorothea Rosa Herliany, op. cit., h. 32.
Meage melihat Irewa sangat cantik. Jernih wajahnya. Seperti bening air Sungai Warsor di depannya itu. Irewa mengucapkan
terima kasih pada Meage. Irewa senang dan lega bisa selamat. Juga malu. Tapi ia tak bisa berlama-lama di situ. Meage juga, senang
dan malu. Malu yang berbeda. Entah. Di Aitubu jarang terlihat ada laki-laki dan perempuan berdua-duaan saja dan berbicara satu sama
lain. Mereka akan merasa malu. Irewa dan Meage sama-sama merasa malu kalau harus bicara lebih banyak. Tapi ada perasaan
berbeda yang sangat istimewa. Sesuatu yang tak bisa dilupakan. Mereka merasa tak ada orang lain perlu tahu. Rahasia. Milik
Meage. Milik Irewa. Sesuatu yang ingin digenggam oleh mereka masing-masing.
55
3 Sekolah dan Gereja
Sekolah terletak di Dusun Kapo Desa Aitubu. Orang Aitubu menyebutnya “sekolah setahun”. Sekolah diperuntukan untuk anak
laki-laki. Namun hari Minggu bangunan sekolah difungsikan menjadi gereja. Pemimpin gereja adalah Pendeta Ruben. Ia yang membawa
ajaran agama kepada penduduk. Di “sekolah setahun” Meage dan anak laki-laki lain mendapatkan
hal-hal baru. Hanya Irewa satu-satunya anak perempuan yang penasaran dengan kegiatan di “sekolah setahun”. Walaupun sekolah
hanya diperuntukan untuk anak laki-laki namun Irewa selalu datang dan mendengarkan pelajaran untuk para murid di dalam kelas.
Sekolah ini dibangun di perkampungan Aitubu bagian tengah. Yakni di Dusun Kapo, di mana Bapa Labobar juga tinggal di situ.
Pada awal tahun pelajaran, sekolah hanya menerima lima belas siswa. Karena sekolah merupakan hal baru bagi orang Aitubu, pada
hari pertama sekolah dimulai, banyak anak-anak Aitubu menonton dari luar. Kebanyakan anak laki-laki. Hanya satu yang perempuan,
Irewa. Hari berikutnya, rasa ingin tahu sudah selesai. Yang ikut datang jadi berkurang. Lama-lama tinggal satu-dua. Irewa tetap di
situ. Tidak pernah merasa bosan. Ia senang mendengarkan semua pelajaran yang diberikan untuk para murid di dalam kelas.
Rumahnya memang tak jauh dari sekolah itu. Kalau hari Minggu, sekolah difungsikan sebagai gereja. Tempat beribadah bagi orang-
55
Ibid., h. 19.
orang yang sudah percaya pada agama lain yang dibawa orang- orang asing ini. Yang menjadi pemimpin adalah Pendeta Ruben.
56
4 Rumah Sakit
Rumah sakit di Aitubu letaknya sangat jauh. Orang Aitubu jarang berobat ke rumah sakit. Jika sakit orang Aitubu datang pada dukun.
Hanya jika keadaan darurat atau jika sakit tak kunjung sembuh orang Aitubu datang ke rumah sakit.
Ketika Irewa sakit malaria dan kandungannya keguguran Irewa dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit Irewa ditolong oleh Suster
Wawuntu dan seorang perempuan muda yang ternyata adalah saudara kembarnya yang pernah dipisahkan ketika lahir. Dia adalah Jingi Pigay.
Jingi dirawat oleh Suster Karolin dan Suster Wawuntu sejak kecil. Sejak kecil, Suster Wawuntu sering mengajak Jingi ke rumah
sakit, tempat ia bekerja. Jingi mulai menyukai pekerjaan menolong orang sakit. Ketika sudah makin besar, ia sering membantu Mama
Wawuntu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan di rumah sakit. Setelah selesai sekolah menengah, Suster Wawuntu mendukung
keinginan Jingi mendalami bidang kesehatan.
“Inilah anak Mama Kame yang dibuang dulu itu, Mama,” kata Suster Wawuntu pada Mama Kame.
57
5 Hobone
Hobone adalah desa tetangga Aitubu. Hobone terdiri dari lima dusun, yaitu Dusun Fafor, Dusun Perem, Dusun Egiwo, Dusun Onef,
dan Dusun Papopen. Hobone adalah tempat tinggal Malom Wos, tepatnya di Dusun Perem yang merupakan wilayah terjauh di desa
Hobone. Malom ternyata sudah bisa mengira-ngira apa yang akan terjadi
kalau ia menculik Irewa. Oleh karena itu, begitu Irewa sudah berhasil dibawa ke Hobone, ia langsung masuk ke rumahnya di
Dusun Perem, dusun terjauh Hobone....
58
56
Ibid., h. 16.
57
Ibid., h. 87.
58
Ibid., h. 40.