Penelitian yang Relevan Warna Lokal dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA

menggunkan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campur kode yang terdapat pada novel Isinga Roman Papua Karya Dorotea Rosa Herliany bervariasi. Wujud campur kode yang terdapat pada novel berupa kata, baster, perulangan kata, idiom dan frasa. Faktor penyebab campur kode yang digunakan penulis terdapat empat macam pembicaraan yaitu keefisienan pembicaraan, keterbatasan padanan kata, pengaruh pihak kedua, dan bentuk ekspresi penutur. Fungsi campur kode yang terdapat pada novel Isinga Roman Papua Karya Dhorotea Rosa Herliany yaitu untuk penghormatan, untuk menegaskan maksud tertentu, untuk menunjukkan identitas diri, dan pengaruh materi pembicaraan. Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terbit pada Januari 2015. Banyak peneliti sebelumnya yang mengangkat feminisme dalam novel Isinga sebagai objek penelitiannya. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan penulis ialah penulis akan meneliti tentang warna lokal Papua yang ada dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Berdasarkan tinjauan penulis, belum menemukan adanya analisis warna lokal terhadap novel Papua. Adapun persamaan penelitian yang akan dilakukan penulis, yakni dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penulis akan menganalisis unsur intrinsik untuk mengetahui struktur novel Isinga, dilanjutkan dengan analisis warna lokal dengan pendekatan sosiologi sastra meliputi aspek sosial dan budaya. Unsur sosial meliputi kelas sosial, dinamika sosial, kelompok sosial, lembaga sosial dalam novel tersebut. Serta unsur budaya yang meliputi, bahasa sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian yang terdapat dalam novel. Kemudian menyertakan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. 44 BAB III ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

A. Biografi Pengarang

Dorothea Rosa Herliany, yang akrab dipanggil Rosa, lahir di Magelang, Jawa Tengah, 20 Oktober 1963. Ia adalah seorang penulis dan penyair Indonesia. Setamat SMA Stella Duce di Yogyakarta, ia melanjutkan pendidikan ke Jurusan Sastra Indonesia, FPBS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta kini Universitas Sanata Dharma dan tamat tahun 1987. Ia memilih menulis dan berkesenian sejak tinggal di Yogyakarta. Rosa pernah menjadi wartawan di koran Sinar Harapan dan Suara Pembaruan serta di majalah Prospek. Ia juga pernah menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia di sebuah SMA di Yogyakarta. Rosa juga aktif terlibat dalam banyak penyelenggaraan event sastra berskala internasional. Bahkan, Rosa juga sering menjadi dosen tamu, memperkenalkan sastra Indonesia, dan membacakan puisinya di berbagai kota di luar negeri. Selain menulis puisi, ia juga menulis cerpen, esai, resensi buku, dan kritik seni. Karyanya termuat di berbagai media massa penting seperti Kompas, Suara Pembaruan, Horison, Kalam, Basis, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Republika, dan lain-lain. Karya berupa kumpulan puisinya adalah Nyanyian Gaduh 1987, Matahari yang Mengalir 1980, Kepompong Sunyi 1993, Nikah Ilalang 1995, Mimpi Gugur Daun Zaitun 1999, Sebuah Radio Kumatikan, Kill The Radio 2001, Para Pembunuh Waktu 2002, Life Sentences 2004, Santa Rosa 2005, Schenk mir alles, was die Männer nicht besitzen. Doch schenk mir nicht das HimmelreichBeri Aku Semua Yang Dibutuhkan Lelaki, Tapi Bukan Surga 2009. Sedangkan karya cerpennya adalah Blencong 1995, Karikatur dan Sepotong Cinta 1995, Perempuan Yang Menunggu 2000, dan Cinta Tak Tumbuh di Sembarang Tempat 2005. Karya lainnya berupa cerita anak dan cerita remaja terkumpul dalam buku Dipo, si Pematung Batu 1997, Medali Buat Sang Pemberani 1994, Cerita Sepanjang Sungai 1996, dan Elegi Bagi Wesa 1996. Tulisan berupa cerita rakyat tertuang dalam buku Cerita Rakyat dari Kedu 2003, Cerita Rakyat 33 Propinsi: Dari Aceh sampai Papua 2008, dan Cerita Rakyat Legenda Nusantara 2010. Tulisan non fiksi meliputi Kecantikan Perempuan Timur biografi Martha Tilaar, Farida Oetoyo, Menari di Atas Ilalang biografi Farida Oetoyo, Toeti Heraty: Pencarian Belum Selesai biografi Toeti Heraty, dan Desa-Desa di Borobudur: Manusia, Alam dan Masyarakat tulisan mengenai desa-desa di seluruh wilayah kecamatan Borobudur. Karya Rosa telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa antara lain Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Jepang, dan Korea. Dari keseriusannya berkarya dan bergelut dengan dunia sastra, Rosa telah mendapat beberapa penghargaan antara lain Sastrawan Terbaik dari Persatuan Wartawan Jawa Tengah 1995, Budayawan Terbaik dari Pemerintah Daerah Magelang 1995, Satu dari 19 Wanita Ternama 1997, Majalah Femina 1997, Buku Puisi Terbaik untuk Buku Mimpi Gugur Daun Zaitun, dari Dewan Kesenian Jakarta 2000, Nominator 5 Terbaik “Khatulistiwa Literary Award” untuk bukunya Kill The Radio 2003, menerima Anugerah Seni dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI 2004, memenangkan penghargaan “Khatulistiwa Literary Award” 2006 untuk buku puisinya Santa Rosa serta Cempaka Award 2011 sebagai perempuan berprestasi. Disarikan dari berbagai sumber oleh Budhi Setyawan—Ketua Forum Sastra Bekasi dimuat di rubrik SOSOK Buletin JEJAK edisi 13 April 2012 dari komunitas Forum Sastra Bekasi FSB 1 1 https:budhisetyawan.wordpress.com20120523sosok-dorothea-rosa-herliany Diunduh pada 11 Desember 2015 pukul 12:07

B. Sinopsis Novel Isinga

Irewa Ongge, seorang gadis yang besar di desa Aitubu. Irewa adalah anak yang cantik, lincah, periang, dan penuh dengan rasa ingin tahu. Irewa jatuh cinta pada seorang pemuda Aitubu yang menolongnya ketika terjatuh di Sungai Warsor. Pemuda Aitubu tersebut bernama Meage Aromba, seorang pemuda Aitubu yang pandai berburu sehingga ia dijuluki Meage Si Pemburu. Meage juga pandai bermain tifa. Pertemuan keduanya di Sungai Warsor membuat mereka memiliki perasaan berbeda, perasaan yang istimewa yang saling menjadi rahasia satu sama lain. Meage ingin sekali melamar Irewa, namun Meage harus mengetahui dulu bagaimana isi hati Irewa pada Meage sebelumnya. Bagi masyarakat Iko cara untuk mengetahui isi hati seorang gadis yaitu dengan cara memberikan mereka makanan berupa betatas dan sayuran, jika sang gadis menerima makanan itu tandanya sang gadis menerima pesan cinta dari si pemuda. Meage pun meminta seorang temannya untuk menyerahkan makanan kepada Irewa. Meage gelisah menunggu kedatangan kembali temannya itu. Sambil memainkan alat musik sederhana yang terbuat dari buluh Meage mencoba menenangkan hatinya. Akhirnya yang dinanti sudah kelihatan, Meage melihat kedua tangan temannya kosong. Meage pun melompat-lompat, berputar-putar, menari kegirangan. Meage sangat senang sekali Irewa menerima pesan cinta darinya. Meage memberi tahu Mama dan neneknya. Keduanya senang mendengar kabar Meage akan memiliki seorang istri. Kemudian Meage pergi ke rumah Dokter Leon untuk mengatakan hal yang sama, setelah itu pergi ke rumah yowi untuk menceritakan kepada para laki-laki dewasa bahwa ia ingin memperistri Irewa. Meski demikian Meage tak dapat menduga hati Bapa Labobar, ayah Irewa. Meage lalu mencari kesempatan untuk bisa membantu Bapa Labobar mengerjakan kebun. Begitulah cara yang dilakukan masyarakat Aitubu mengetahui hati calon mertuanya. Suatu hari, tanpa mengucap sepatah kata pun Meage masuk begitu saja ke dalam kebun yang sedang dikerjakan Bapa Labobar. Bapa Labobar paham situasinya bahwa Meage sedang mencoba mengetahui isi hatinya. Maka ia diam saja ketika Meage masuk ke kebunnya dan membantu melakukan pekerjaan kebunnya. Meage pun senang, itu berarti Bapak Labobar menerimanya menjadi calon suami Irewa. Berbagai ritual tata cara pelamaran antara keluarga Meage dan keluarga Irewa dilaksanakan. Dengan demikian secara resmi Meage sudah diterima sebagai suami Irewa. Namun Meage masih harus menunggu beberapa waktu karena Irewa belum menstruasi. Irewa masih tetap tinggal di rumah bersama mama dan saudara- saudaranya. Meski begitu keduanya merasa bahagia. Perkampungan Aitubu dan Hobone sudah lama saling bermusuhan. Suatu hari seorang pemuda Hobone memukuli orang Aitubu. Kejadian tersebut membuat orang-orang Aitubu marah. Kemudian di waktu yang berbeda, seorang pemuda Aitubu dibunuh oleh pemuda Hobone. Terakhir dan yang terbaru Irewa diculik oleh pemuda Hobone bernama Malom. Malom Wos adalah pemuda Hobone yang pernah menyatakan diri menyukai Irewa namun Irewa menolaknya. Walaupun pesan cintanya ditolak, Malom tak tahu malu, ia masih mencoba melamar Irewa lagi dan lagi. Sosok Irewa yang cantik dan lincah membuat Malom suka pada gadis yang masih sangat muda. Sebelumnya Malom sudah memiliki istri, namun sudah meninggal karena sakit. Malom tak bisa hidup tanpa perempuan di sampingnya. Itulah sebabnya ia ingin mencari seorang istri pengganti untuk dikawininya. Irewa diberi tahu bahwa ia harus menikah dengan Malom. Irewa menolak. Seorang perempuan boleh menolak lamaran pemuda yang tak dicintainya, tetapi tak bisa menolak jika dijadikan yonime berdasarkan kesepakatan dan keputusan orang banyak. Yonime bisa dibilang sebagai alat perdamaian. Ia harus menikah dengan Malom agar tak ada lagi perang antara perkampungan Aitubu dan Hobone. Menjadi yonime merupakan hal yang berat bagi Irewa karena Irewa terpaksa kawin dengan orang yang tak dicintainya